Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
"SAYA seharusnya pergi belajar hari ini, tetapi sekarang saya pergi ke pemakaman," keluh Shlomo Alperin, 23, yang masih syok menyaksikan serangan paling kejam selama bertahun-tahun di Tel Aviv, Israel. Dari flatnya di Bnei Brak, pria ultraortodoks itu mendengar suara tembakan pada Selasa (29/3) malam, sebelum melihat tubuh tetangganya terkulai di dalam mobil dan dua pria tewas di kafe yang sering dikunjungi pekerja konstruksi Ukraina.
Polisi dan kedutaan Ukraina mengonfirmasi pada Rabu (30/3) kematian dua warga negara Ukraina, di samping dua warga sipil Israel dan seorang petugas polisi. "Ini menyakitkan. Ini tetangga Anda," kata Alperin. "Tetangga saya kehilangan nyawanya untuk hal sia-sia."
Polisi mengidentifikasi pelaku sebagai Diaa Armashah, 27, warga Palestina dari desa Yabad, Tepi Barat. Mereka mengatakan dia tiba di suatu jalan pusat di Bnei Brak bersenjatakan senapan serbu M-16 dan menembaki orang yang lewat sebelum ditembak mati oleh petugas.
Orang Israel yang terbunuh, Yaakov Shalom, 36, dan Avishai Yehezkel, 29, ialah penduduk ultraortodoks Bnei Brak, dikuburkan di kota mereka pada Rabu. Dua warga Ukraina yang kehilangan nyawa ialah pekerja konstruksi, kata Lior Rahimi, sambil menunjuk ke toko dan kafe di pojok.
Baca juga: Sekjen PBB dan Menlu AS Kutuk Serangan Teroris di Israel
"Mereka biasa duduk di sini berjam-jam setiap hari sepulang kerja," kata pria berusia 38 tahun itu. Ia menggambarkan mereka sebagai pria yang ramah dan suka membantu.
Serangan terbaru di pusat kota Bnei Brak mengingatkan penduduk akan intifada kedua atau pemberontakan rakyat Palestina, dua dekade lalu ketika penyerang Palestina membunuh ratusan warga sipil Israel. "Ada ketakutan yang nyata!" kata Neta Levi, ibu dari dua anak. "Menakutkan berada di jalan dan saya akan mengurangi kepergian saya."
"Saya akan menghindari tempat-tempat di mana ada banyak orang," katanya kepada AFP di Ramat Gan, kota di sebelah Bnei Brak. Dia menghindari memberi tahu putranya, yang berusia tujuh dan 11 tahun, agar mereka tidak menjadi khawatir. "Saya tidak berpikir itu benar-benar mungkin untuk mencegah serangan bahkan jika kita meningkatkan keamanan di jalan-jalan," kata ibu yang berusia 37 tahun itu.
Shlomi Roth mengatakan istrinya ingin menjaga anak-anak mereka di rumah. "Dia kaget. Ini pertama kali terjadi di sini dalam waktu yang sangat lama," kata warga Bnei Brak itu, 27.
Baca juga: Gereja Ortodoks Yunani Kecam Ekstremis Israel Kuasai Asrama Jerusalem
Shlomi Raichman, warga Bnei Brak lain, mengatakan, "Sampai sekarang tampaknya jauh dari kita, tetapi sekarang sudah dekat, dan perasaan kita tidak dilindungi sebagaimana mestinya." (AFP/OL-14)
Prancis menegaskan dukungannya terhadap pembentukan misi stabilisasi internasional sementara yang bertujuan memastikan keamanan bagi warga Israel dan Palestina.
Kementerian Kesehatan Jalur Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat malnutrisi di tengah krisis pasokan pangan di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 227 orang.
KETUA BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera menyampaikan bahwa Ketua DPR Puan Maharani mengirim surat resmi kepada PBB untuk mendesak pembukaan blokade Gaza.
HAMPIR dua tahun sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, dengan korban jiwa di Jalur Gaza melampaui 60.000 orang, dukungan global untuk pengakuan negara Palestina semakin menguat.
MENTERI Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengumumkan bahwa kabinet akan menentukan sikap resmi terkait pengakuan negara Palestina pada September mendatang.
GELOMBANG dukungan internasional untuk pengakuan negara Palestina terus bertambah, dengan lebih dari 145 negara kini menyuarakan komitmen mereka.
PERDANA Menteri Australia Anthony Albanese menegaskan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyangkal penderitaan warga Jalur Gaza, Palestina.
PERDANA Menteri Australia Anthony Albanese menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak mengakui penderitaan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina.
TIGA puluh keluarga Palestina terpaksa membongkar rumah dan meninggalkan wilayah barat laut Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, pada Senin (11/8) malam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved