Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AMNESTY International pada Selasa (1/2) melabeli Israel sebagai negara apartheid yang memperlakukan warga Palestina sebagai kelompok ras yang lebih rendah. Label dari Amnesty itu sama dengan penilaian kelompok hak asasi lain yang ditolak keras pula oleh negara Yahudi itu.
Setahun yang lalu, organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Israel B'Tselem mendapat kecaman ketika menegaskan bahwa kebijakan Israel telah dirancang untuk menegakkan supremasi Yahudi dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania dan memenuhi definisi apartheid.
Kelompok Human Rights Watch yang berbasis di New York pada April menjadi kelompok hak asasi internasional besar pertama yang secara terbuka melontarkan tuduhan kontroversial tersebut.
Laporan Amnesty yang berbasis di London, Inggris, itu didasarkan pada seruan-seruan sebelumnya dalam menegaskan bahwa apartheid dipaksakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki dan dalam Israel sendiri yang memiliki warga Arab lebih dari 20% populasi.
"Apakah mereka tinggal di Gaza, Jerusalem timur, dan seluruh Tepi Barat, atau Israel sendiri, orang Palestina diperlakukan sebagai kelompok ras yang lebih rendah dan hak-hak mereka secara sistematis dirampas," kata Sekretaris Jenderal Amnesty Agnes Callamard dalam pernyataannya.
"Kebijakan kejam Israel tentang pemisahan, perampasan, dan pengucilan di semua wilayah dalam kendalinya jelas merupakan apartheid." Amnesty menekankan bahwa pihaknya tidak membandingkan perlakuan Israel terhadap warga Palestina dengan kondisi di Afrika Selatan era apartheid tetapi mengatakan perilaku dan kebijakan Israel memenuhi kriteria untuk kejahatan apartheid sebagaimana didefinisikan dalam hukum internasional.
Callamard mengatakan kepada AFP bahwa warga Arab Israel tidak akan mengalami apartheid dengan cara yang sama seperti orang Palestina di Gaza tetapi rezim apartheid ada di kedua tempat.
Dalam pernyataan yang dirilis Senin, Kementerian Luar Negeri Israel meminta Amnesty untuk menarik laporan tersebut.
"Amnesti dulu merupakan organisasi terhormat yang kita semua hormati. Saat ini justru sebaliknya," kata Menteri Luar Negeri Yair Lapid.
Baca juga: Israel Hukum Tentara terkait Kematian Lansia Palestina dalam Tahanan
"Kutipan Amnesty merupakan kebohongan yang disebarkan oleh organisasi teroris," tambahnya. Ia menyebut laporan itu terputus dari kenyataan.
"Israel tidak sempurna, tetapi ini negeri demokrasi yang berkomitmen pada hukum internasional dan terbuka untuk pengawasan." (AFP/OL-14)
Sejumlah pesepak bola dan atlet lainnya juga mengunggah pesan solidaritas bagi warga Palestina yang tinggal di wilayah Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.
"Doa saya untuk mereka yang tidak dapat merayakan dengan damai hari ini," kata pemain Fenerbahce itu.
Pogba dan Diallo, keduanya beragama Islam, mengibarkan bendera itu sebagai dukungan untuk Palestina, saat Old Trafford diisi sekitar 10 ribu pendukung.
Penggemar sepak bola Israel pada Rabu (10/8) menemukan negara mereka tidak ada dalam daftar FIFA terkait negara-negara anggota menjelang kompetisi Piala Dunia.
Pihak Palestina tak keberatan dengan kehadiran Timnas sepak bola Israel di Indonesia pada ajang Piala Dunia U-20.
Produsen pakaian olahraga asal Jerman, Puma, akan mengakhiri kesepakatan sponsorship dengan tim sepak bola nasional Israel dalam keputusan yang diambil sebelum dimulainya perang di Gaza.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved