PASUKAN Sudan melepaskan tembakan yang menewaskan tujuh pengunjuk rasa pada Senin (17/1) dalam salah satu unjuk rasa paling mematikan baru-baru ini terhadap kudeta militer.
Kekerasan terbaru, yang terjadi di ibu kota serta di kota-kota besar lainnya, terjadi menjelang kunjungan penting para diplomat AS, ketika Washington berusaha menengahi untuk mengakhiri krisis selama berbulan-bulan di negara itu.
Perwakilan khusus PBB Volker Perthes mengutuk penggunaan peluru tajam untuk menghentikan aksi protes. Dia pun membenarkan setidaknya tujuh orang tewas dan banyak yang terluka, sementara kedutaan AS di Khartoum mengkritik tindakan kekerasan pasukan keamanan Sudan.
Sembilan anggota Dewan Keamanan PBB termasuk Inggris dan Prancis mendesak semua pihak untuk menahan diri dari penggunaan kekerasan, dengan menekankan pentingnya berkumpul secara damai dan kebebasan berekspresi.
Tujuh kematian pada Senin itu menjadikan 71 jumlah pengunjuk rasa yang terbunuh sejak pengambilalihan militer pada 25 Oktober yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
Perebutan kekuatan militer itu memicu kecaman internasional, dan menggagalkan transisi ke pemerintahan sipil setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir pada April 2019.
Para pengunjuk rasa - terkadang berjumlah puluhan ribu - secara teratur turun ke jalan meskipun ada tindakan keras keamanan dan pemutusan komunikasi secara berkala sejak kudeta.
Dalam protes di Khartoum, serta pinggiran Khartoum Utara dan kota kembar Omdurman di seberang Sungai Nil, petugas keamanan dikerahkan dalam jumlah besar, menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa.
Beberapa orang terlihat mengalami kesulitan bernapas dan lainnya mengalami pendarahan karena luka akibat tabung gas air mata, menurut seorang koresponden AFP.
Para pengunjuk rasa menggunakan batu dan membakar ban untuk membuat penghalang jalan, menuntut tentara kembali ke barak mereka, dan meneriakkan slogan-slogan yang mendukung pemerintahan sipil, kata saksi.
Saat malam tiba, ratusan pengunjuk rasa tetap di jalan-jalan di beberapa bagian Khartoum, sementara aktivis pro-demokrasi memimpin seruan secara daring untuk melanjutkan demonstrasi.
Burhan mengadakan pertemuan darurat dengan kepala keamanan pada Senin, yang menyalahkan kekacauan yang terjadi lantaran pengunjuk rasa menyimpang dari demonstrasi damai yang sah. Dia bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam pelanggaran selama aksi protes.
Pihak berwenang telah berulang kali membantah menggunakan peluru tajam dalam menghadapi demonstran, dan bersikeras sejumlah personel keamanan telah terluka selama aksi protes, termasuk seorang jenderal polisi yang ditikam sampai mati pekan lalu. (AFP/OL-13)
Baca Juga: AS Kirim Utusan ke Sudan untuk Desak Akhiri Kekerasan