Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
IRAN setuju dengan negara-negara besar dunia pada 2015 untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi hukuman. Akan tetapi pada 2018, Presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump keluar dari perjanjian dan menerapkan kembali sanksi.
Itu mendorong Iran untuk membatalkan komitmennya. AS dan Israel terus menuduh Iran berusaha membangun senjata nuklir. Iran membantah tuduhan itu. Dengan pembicaraan tentang pemulihan kesepakatan yang akan dimulai di Wina pada Senin (29/11), mari kita lihat kembali sejarahnya yang panjang berliku.
Negosiasi dimulai pada Juni 2013 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan AS, serta ditambah Jerman. Kesepakatan akhir dicapai pada Juli 2015. Ini mengakhiri perselisihan 12 tahun atas masalah nuklir Iran.
Baca juga: Inggris dan Israel Berupaya Keras Mencegah Iran Jadi Kekuatan Nuklir
Tujuan kesepakatan tersebut yaitu membuat Iran hampir mustahil memproduksi bom atom, tetapi memungkinkan untuk mengejar program nuklir sipil. Teheran berjanji mengurangi kapasitas nuklirnya selama beberapa tahun, membatasi pengayaan uraniumnya pada 3,67%. Ini cukup untuk pembangkit listrik, tetapi jauh di bawah lebih dari 90% yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.
Iran setuju untuk memangkas jumlah sentrifugal pengayaannya dari lebih dari 19.000 menjadi 5.060 selama satu dekade. Ia juga setuju untuk memodifikasi reaktor air beratnya di Arak untuk mencegahnya menggunakan plutonium untuk keperluan militer. Kesepakatan itu mulai berlaku pada Januari 2016.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan melakukan inspeksi untuk memastikan Iran memenuhi komitmennya. Kesepakatan itu membuka jalan bagi pencabutan sebagian sanksi internasional terhadap Teheran dan membuka pintu bagi investor asing.
Baca juga: Israel Prihatin Amerika Serikat akan Cabut Sanksi terhadap Iran
Namun, embargo PBB atas penjualan senjata konvensional dan rudal balistik ke Iran dipertahankan masing-masing hingga Oktober 2020 dan 2023. Tiga penanda tangan Eropa--Inggris, Prancis, dan Jerman--seperti AS menentang pencabutan embargo senjata konvensional. Tetapi kekuatan itu berkeras mereka berkomitmen pada kesepakatan nuklir 2015 dan mengatakan sanksi PBB tidak boleh diterapkan kembali.
Investasi mulai mengalir ke Iran setelah kesepakatan nuklir. Tetapi pada Mei 2018, Trump menarik AS keluar dari perjanjian itu dan menyebutnya, "Busuk". Sanksi menyusul dengan Washington yang secara khusus menargetkan sektor minyak dan keuangan Iran.
Baca juga: Kala Perang Siber Iran-Israel Meluas ke Warga Sipil
Pada Mei 2019, Teheran mulai mundur dari kesepakatan itu. Ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan itu mungkin akan hancur. (AFP/OL-14)
Peimpin Korea Utara, Kim Jong Un, serukan percepatan perluasan kemampuan senjata nuklir di negaranya.
AMERIKA Serikat (AS) dilaporkan kembali menempatkan senjata nuklir di Inggris untuk pertama kali sejak hampir dua dekade terakhir.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
PARA pemimpin negara-negara anggota G7 menyerukan agar ketegangan di Timur Tengah segera diredakan. G7 menyatakan sikap bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
INDIA dan Pakistan kembali terlibat dalam saling tuduh, kali ini terkait pengelolaan senjata nuklir. Ketegangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata
Militer India mengatakan serangan itu hanya menargetkan teroris dan kamp pelatihan teroris dua kelompok militan, namun Pakistan membantah halĀ itu.
SERANGAN mendadak Israel terhadap Iran selama 12 hari pada Juni lalu tak hanya mengejutkan dunia internasional tetapi juga membuka tabir kerentanan serius dalam sistem keamanan.
IRAN akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral tingkat tinggi dengan Tiongkok dan Rusia pada hari ini waktu setempat.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian dilaporkan mengalami luka ringan saat serangan udara Israel, 16 Juni lalu.
IRAN menerima sistem rudal permukaan-ke-udara dari Tiongkok sebagai bagian dari upaya cepat membangun kembali pertahanan udaranya yang rusak akibat serangan Israel selama konflik 12 hari.
Sistem rudal HQ-9B Tiongkok mampu menempuh jarak hingga mencapai 260 kilometer dan ketinggian maksimum 27 kilometer.
PRESIDEN Iran Masoud Pezeshkian mengeklaim bahwa Israel mencoba membunuhnya dalam serangan udara yang terjadi kurang dari sebulan lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved