Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Myanmar akan Bebaskan Lebih dari 5.000 Demonstran

 Nur Aivanni
18/10/2021 17:34
Myanmar akan Bebaskan Lebih dari 5.000 Demonstran
Pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.(Alexander Zemlianichenko / POOL / AFP)

PEMIMPIN junta Myanmar, pada Senin (18/10), mengumumkan akan melakukan pembebasan lebih dari 5.000 orang yang dipenjara karena memprotes kudeta pada Februari 2021.

Ada kekacauan di Myanmar sejak kudeta, dengan lebih dari 1.100 warga sipil tewas dalam tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat dan lebih dari 8.000 ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.

Lebih dari 7.300 saat ini berada di balik jeruji besi, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Pemimpin Junta Min Aung Hlaing mengatakan total 5.636 tahanan akan dibebaskan untuk menandai festival Thadingyut nanti pada Oktober 2021.

Pengumuman itu muncul setelah keputusan ASEAN untuk mengecualikan Min Aung Hlaing dari KTT blok 10 negara tersebut yang akan datang atas komitmen pemerintahannya untuk meredakan krisis berdarah.

Jenderal Min Aung Hlaing tidak memberikan rincian tentang siapa yang akan dimasukkan dalam daftar tersebut dan otoritas penjara tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP.

Pihak berwenang Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa anti-kudeta dari penjara di seluruh negeri pada Juni, termasuk wartawan yang kritis terhadap pemerintah militer.

Mereka yang masih ditahan termasuk jurnalis Amerika Danny Fenster, yang telah ditahan sejak ditangkap pada 24 Mei.

Dikatakan Min Aung Hlaing, lebih dari 1.300 dari mereka yang akan dibebaskan akan dibebaskan dengan syarat mereka menandatangani perjanjian yang berjanji untuk tidak melakukan pelanggaran kembali.

"(Perjanjian semacam itu) Pada dasarnya merupakan bentuk pembebasan bersyarat yang memerlukan pengawasan mengancam secara konstan," kata David Mathieson, seorang analis yang sebelumnya berbasis di Myanmar, kepada AFP. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya