Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Israel Bikin Daging Ayam Siap Konsumsi lewat Kultur Sel

Atikah Ishmah Winahyu
23/6/2021 18:29
Israel Bikin Daging Ayam Siap Konsumsi lewat Kultur Sel
Seorang pengunjung makan burger yang dibuat dari daging ayam hasil kultur sel di restoran dekat lokasi produksi SuperMeat, Israel.(AFP/Jack Guez. )

TAMPILANNYA terlihat seperti ayam dan rasanya seperti ayam. Para konsumen di Israel menyantap 'daging' itu yang dikembangkan laboratorium. Para ilmuwan mengklaim konsumsi tersebut sebagai cara ramah lingkungan untuk memberi makan populasi dunia yang terus bertambah.

Di restoran kecil dalam gedung pada taman sains, di kota Ness Ziona, Israel, pengunjung mengunyah burger dan daging cincang gulung nasi yang dibuat dengan teknologi cultured chicken atau sel induk ayam. Pemanfaatan sel daging ayam itu di lokasi produksi SuperMeat, tak jauh dari restoran tersebut.

"Enak. Rasanya luar biasa," kata Gilly Kanfi dari Tel Aviv yang telah mendaftar untuk mengikuti acara makan itu beberapa bulan sebelumnya. "Jika tidak tahu, saya akan mengira ini burger ayam pada umumnya,” imbuhnya.

The Chicken, demikian restoran ini disebut, merupakan semacam tempat tes untuk SuperMeat. Restoran menyelenggarakan uji makanan secara berkala untuk menghasilkan umpan balik pelanggan sambil menunggu persetujuan peraturan.

Hilangkan penyembelihan

Interior restoran bernuansa gelap dan elegan dibingkai oleh jendela besar menghadap ke laboratorium yang terang benderang. Di laboratorium itu, teknisi memantau tong baja besar tahan karat tempat fermentasi.

"Ini pertama kali di dunia orang benar-benar dapat merasakan produk daging yang dibudidayakan, sambil mengamati produksi dan proses pembuatan di depan mata mereka," kata Ido Savir, CEO SuperMeat.

Di sini, setidaknya, laboratorium telah menjawab pertanyaan lama tentang ayam atau telur yang lebih dulu. Proses pengembangan daging itu melibatkan budi daya sel yang diambil dari telur ayam yang dibuahi.

Kultur sel diberi makan cairan nabati termasuk protein, lemak, gula, mineral, dan vitamin. Dengan semua pakan yang langsung masuk ke produksi, ia tumbuh dengan cepat dan penggandaan massal dalam hitungan jam, menurut perusahaan.

 

Savir, seorang vegan dengan latar belakang ilmu komputer, melihat dirinya sebagai garis depan revolusi makanan mencoba membantu memasok makanan sambil membatasi dampaknya pada planet ini. Para pengembang daging ayam itu mengatakan mereka bekerja untuk menyediakan cara yang lebih etis dan berkelanjutan untuk menciptakan daging yang bebas dari kekejaman dan peyembelihan melalui produk yang ditanam tanpa menggunakan rekayasa genetika atau antibiotik. "Perusahaan saat ini mampu memproduksi ratusan kilogram setiap minggu," kata Savir.

Hemat sumber daya

Dia berharap agar produk ini mendapatkan persetujuan peraturan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS dan kemudian akan meningkatkan produksi ke skala komersial. "Dengan cara ini kita akan dapat mengurangi jumlah lahan, penggunaan air, dan begitu banyak sumber daya lain serta menjaga produk tetap sehat dan bersih," katanya.

Ia mencatat tingginya prevalensi penyakit di antara ayam yang diproduksi di pabrik. Produksi daging global diproyeksikan meningkat 15% pada 2027, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.

SuperMeat bukanlah yang pertama mengembangkan teknologi tersebut. Pada Desember, restoran Singapura membuat sejarah dengan menjadi yang pertama menjual daging ayam hasil produksi laboratorium.

Perusahaan Israel telah mengembangkan produk serbaguna, memadukan sel otot, lemak, dan jaringan ikat untuk membuat potongan yang berbeda, bahkan termasuk makanan hewan. Zhuzha, seekor anjing terrier banteng putih yang ikut makan bersama pemiliknya, dengan antusias melahap makanan anjing SuperMeat yang diberikannya. "Hewan peliharaan juga menyukai daging kami," kata Savir sambil tersenyum.

Pengunjung lain mengatakan produk itu sebagus aslinya. "Ini benar-benar mengejutkan saya," kata Lisa Silver. "Jika bisa mendapatkannya di restoran, saya akan menjadi vegan sepenuhnya. Ini pengubah permainan bisnis,” imbuhnya.

 

Adiknya, Annabelle, itu merupakan momen pertama kali dia makan daging dalam beberapa tahun. "Salah satu alasan saya awalnya menjadi vegetarian yakni karena tidak etis, tidak berkelanjutan," katanya. "Untuk mendapatkan daging tanpa kekejaman itu luar biasa, sempurna, saya bisa makan ini setiap hari," tambahnya.

Ramah vegetarian?

Namun pertanyaan tentang produk tersebut harus dianggap sebagai daging tidak hanya dihadapi oleh para vegetarian, tetapi juga otoritas rabi Yahudi.

"Memproduksi daging dengan cara bebas kekejaman yang tidak merusak lingkungan merupakan perkembangan positif yang akan menyelamatkan masalah dunia," kata Rabbi Eliezer Simcha Weisz, anggota Dewan Kepala Rabbinat Israel.

Sementara para rabi harus mempelajari proses baru itu dan mengawasinya, Weisz mengatakan dia berharap produk tersebut pada akhirnya akan menerima penunjukan halal.

Tal Gilboa, seorang aktivis veganisme terkemuka yang menjabat sebagai penasihat mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel memimpin teknologi pengembangan sel daging. Gilboa ingin dunia beralih ke pola makan nabati dan melihat daging yang dibudidayakan sebagai cara pragmatis bagi orang-orang untuk mengambil langkah pertama menuju vegetarianisme.

"Populasi dunia meningkat dengan kecepatan yang sangat tinggi," katanya. Ia menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk mengimbanginya melalui teknologi.

 

Savir percaya bahwa teknologi dapat mengubah umat manusia menjadi lebih baik. "Seperti yang kita lihat dengan revolusi ponsel pintar, begitu ini tersedia, kita akan mulai memproduksi begitu banyak daging," katanya. "Ini akan meningkatkan ketahanan pangan bagi negara-negara di seluruh dunia, proses yang sangat berkelanjutan, ramah hewan, dan efisien,” tandasnya. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya