Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Korban Tewas Tindakan Keras Militer Myanmar Lampaui 500 Orang

 Nur Aivanni
30/3/2021 10:18
Korban Tewas Tindakan Keras Militer Myanmar Lampaui 500 Orang
Para demonstran penentang kudeta militer berkonvoi menggunakan sepeda motor di Daewi, Myanmar.(Handout / DAWEI WATCH / AFP)

LEBIH dari 500 orang tewas dalam penumpasan brutal junta Myanmar terhadap aksi protes yang menentang kudeta militer, yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Hal itu disampaikan oleh kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada Selasa.

Jumlah korban yang mengerikan itu muncul ketika kekuatan dunia meningkatkan kecaman mereka atas kampanye kejam militer yang melawan gerakan yang menuntut pemulihan demokrasi dan pembebasan Suu Kyi.

Washington menangguhkan pakta perdagangan dengan Myanmar dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan front persatuan global untuk menekan junta setelah lebih dari 100 pengunjuk rasa tewas dalam kekerasan pada akhir pekan.

Unjuk rasa harian di seluruh Myanmar oleh pengunjuk rasa tak bersenjata telah disambut dengan gas air mata, peluru karet dan peluru tajam.

AAPP mengatakan pihaknya telah mengonfirmasi bahwa total ada 510 kematian warga sipil. Kendati demikian, mereka pun memperingatkan jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

Sekjen PBB Guterres mendesak pemerintah Myanmar untuk melakukan transisi demokrasi yang serius. "Benar-benar tidak bisa diterima melihat kekerasan terhadap orang-orang, begitu banyak orang yang tewas," kata Guterres dalam konferensi pers.

"Kami membutuhkan lebih banyak persatuan...(dan) lebih banyak komitmen dari komunitas internasional untuk memberikan tekanan untuk memastikan bahwa situasinya dibalik," katanya.

Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Rabu untuk membahas situasi di Myanmar, kata sumber diplomatik, setelah Inggris menyerukan pembicaraan darurat.

AS, Inggris, dan UE semuanya telah menjatuhkan sanksi sebagai respons atas kudeta dan tindakan keras yang terjadi di Myanmar, tetapi sejauh ini tekanan diplomatik tersebut belum bisa membujuk para jenderal untuk meredakan situasi. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya