Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tewas dalam Aksi, Gadis Myanmar yang Ingin Donor Organ Tubuh

Atikah Ishmah Winahyu
05/3/2021 03:50
Tewas dalam Aksi, Gadis Myanmar yang Ingin Donor Organ Tubuh
Seorang pria memegang poster Kyal Sin saat orang-orang menghadiri prosesi pemakamannya di Mandalay, Kamis (4/3).(AFP/STR.)

NAMA Deng Jia Xi yang juga dikenal sebagai Kyal Sin menjadi perbincangan hangat di media sosial Twitter. Dia seorang perempuan berusia 19 tahun yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa untuk memprotes kudeta militer Myanmar dan meminta para pemimpin sipil dibebaskan.

Kyal Sin selalu membiarkan pakaiannya berbicara. Pada salah satu unjuk rasa antikudeta Myanmar, dia menempelkan tanda di belakang jaket hitamnya. "Kami membutuhkan demokrasi. Keadilan untuk Myanmar. Hormati suara kami."

Beberapa minggu kemudian dia ditembak mati oleh polisi, tepatnya pada Rabu (3/3) dalam protes di jalanan kota Mandalay. Saat itu, kaosnya bertuliskan, "Semuanya akan baik-baik saja."

Slogan tersebut menjadi refrein pedih yang bergema di media sosial dan ribuan orang hadir untuk pemakamannya di Mandalay pada Kamis (4/3). Kyal Sin dijuluki malaikat yang berusaha memulihkan demokrasi rapuh negaranya dan mengalahkan kekhawatiran akan keselamatannya sendiri saat memprotes diakhirinya pemerintahan militer.

Gadis muda yang gemar menari itu bergabung dengan ratusan ribu orang di seluruh negeri menyerukan pembebasan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Aung San ditahan sejak militer mengambil alih pada 1 Februari.

Sebelum pergi melakukan aksi demonstrasi minggu ini, dia mendaftarkan golongan darah dan nomor teleponnya di halaman Facebook serta mengatakan bahwa organnya tersedia untuk disumbangkan jika terjadi sesuatu padanya. "Jika perlu, anda dapat menghubungi saya dengan bebas di nomor telepon ini kapan saja," tulisnya.

"Saya bisa menyumbangkan (organ saya) jika saya meninggal. Jika seseorang membutuhkan bantuan segera, saya dapat menyumbang bahkan jika itu menyebabkan kematian saya," imbuhnya.

Dia termasuk salah satu dari sekitar 38 orang yang menurut PBB tewas pada Rabu (3/3), hari paling mematikan di Myanmar sejak kudeta. Rekaman yang di-posting di media sosial menunjukkan saat-saat terakhir Kyal Sin selama demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan, merangkak di sepanjang jalan, dan berlari mencari perlindungan di tengah suara tembakan serta semburan gas air mata.

Seorang dokter memastikan bahwa gadis itu telah ditembak di kepala. Beberapa jam setelah berita kematian Kyal Sin, duka menyeruak di media sosial.

Dalam momen yang lembut bulan lalu, dia mengikat pita merah yang melambangkan keberanian di pergelangan tangannya, menurut foto yang dia unggah. "Saya tidak ingin mem-posting terlalu banyak tentang ini, terima kasih saja, ayah," tulis Kyal Sin, bersama dengan tagar Keadilan untuk Myanmar.

Akhir tahun lalu, Kyal Sin dan ayahnya mengambil foto jari ungu mereka yang ternoda tinta setelah memberikan suara pada pemilihan demokratis kedua Myanmar. Pemilu itu kemudian dimenangkan oleh partai Suu Kyi.

"Untuk pertama kali dalam hidup, saya telah menjalankan tanggung jawab sebagai warga negara, satu suara dari hati," tulis Kyal Sin di Facebook, mem-posting foto dirinya sedang mencium jari bertinta.

Pada Kamis pagi, para pelayat menyanyikan lagu revolusioner populer berjudul Kami Tidak Akan Melupakan Sampai Akhir Dunia saat mereka melewati peti mati gadis itu dengan membawa karangan bunga. Truk yang dipenuhi bunga dengan poster pahlawan di bagian depan, memimpin prosesi penguburannya ke makam diikuti dengan mobil jenazah hitam.

"Hati saya sangat sakit hati," salah satu temannya mem-posting di Facebook. "Beristirahatlah dengan tenang temanku," tulis teman laki-laki lain. "Kami akan melawan revolusi ini sampai akhir,” tandasnya. (France24/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya