Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
RUSIA, Jumat (5/2), mengusir diplomat dari tiga negara Eropa karena ambil bagian dalam aksi protes atas penahanan kritikus Kremlin Alexei Navalny.
Saat Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell sedang melakukan lawatan di Moksow, Rusia mengatakan telah menetapkan diplomat asal Polandia, Jerman, dan Swedia persona non grata karena ambil bagian dalam aksi demonstrasi mendukung Navalny, 23 Januari lalu.
Negara Barat mengecam penahanan Navalny, pertengahan Januari lalu, pembubaran aksi demontrasi pendukung Navalny dengan kekerasan, serta keputusan pengadilan pada Selasa (2/2) yang memvonis aktivis antikorupsi berusia 44 tahun itu dengan vonis penjara selama hampir tiga tahun.
Baca juga: Biden Tegaskan AS tidak Lagi Tunduk pada Rusia
Moskow mengumumkan pengusiran itu, beberapa jam setelah Borrell bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, untuk membahas hubungan antara kedua negara.
Kementerian Luar Negeri Rusia tidak mengungkapkan bagiaman ketiga diplomat itu ambil bagian dalam aksi demonstrasi itu namun hanya mengatakan ketiganya tidak mengikuti norma hukum internasional.
Rusia mengecam dukungan Eropa terhadap Navalny, kritikus utama Presiden Vladimir Putin, dengan menuding Eropa dan Amerika Serikat (AS) ikut campur dengan urusan dalam negeri Rusia.
"Hubungan kami tengah berada dalam situasi yang sangat sulit," ujar Borrell kepada Lavrov sembari menambahkan bahwa kasus Navalny menjadi titik terendah dalam hubungan kedua negara.
Kedua tokoh itu mengatakan masih ada harapan kerja sama di sejumlah area, termasuk dalam menghadapi pandemi covid-19.
Juru bicara Uni Eropa Peter Stano mengatakan Borrell mengetahui keputusan Moskow mengusir ketiga diplomat itu dalam pertemuan dengan Lavrov.
"Borrell mengecam keras keputusan Rusia itu dan menolak tudingan para diplmat itu melakukan aktivitas yang melanggar status mereka," ungkap Stano.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut aksi Rusia itu tidak bisa dibenarkan sementara Menteri Luar Negeri Swedia mengatakan tuduhan Moskow tidak berdasar dan memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil langkah balasan. (AFP/OL-1)
Uni Eropa resmi mengesahkan salah satu paket sanksi paling keras terhadap Rusia.
PARA menteri luar negeri Uni Eropa pada hari ini WIB akan membahas sejumlah opsi tindakan terhadap Israel terkait perang di Jalur Gaza, Palestina.
SINYAL Presiden Prabowo Subianto mengajak klinik dan rumah sakit asing buka cabang di Indonesia muncul usai pertemuannya dengan Uni Eropa.
PEMERINTAH Indonesia menyambut baik kebijakan terbaru Uni Eropa (EU) yang mempermudah akses visa Schengen multientry bagi warga negara Indonesia (WNI)
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto menyambut positif tercapainya kesepakatan IEU CEPA.
Penyelesaian IEU-CEPA ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat antara pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa.
Pengadilan di Moskow memerintahkan penangkapan in absentia terhadap Yulia Navalnaya, istri dari politisi oposisi Alexey Navalny, dengan tuduhan berpartisipasi dalam organisasi ekstremis.
Majalah Forbes memasukkannya sebagai salah satu orang terkaya di struktur militer Rusia.
Para pendukung Navalny di Rusia, meskipun tanpa harapan untuk perubahan politik, menemukan dukungan bersama dalam menghadapi pemerintahan keras Vladimir Putin.
Yulia Navalnaya meneruskan perjuangan suaminya, Alexei Navalny melawan Putin dengan gerakan Siang Melawan Putin, di mana warga ke TPS memilih kandidat selain Putin.
Leonid Volkov, figur oposisi utama Rusia dan sekutu dekat mendiang pemimpin oposisi Alexei Navalny, mengalami serangan di luar rumahnya di Lithuania, Selasa (12/3).
Sebanyak 43 negara mendesak penyelidikan internasional atas kematian oposisi Rusia Alexei Navalny.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved