Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Diterpa Pandemi, Uni Eropa Dihantui Krisis Utang

Adiyanto
19/1/2021 07:00
Diterpa Pandemi, Uni Eropa Dihantui Krisis Utang
logo IMF( Brendan SMIALOWSKI / AFP)

PEMERINTAH Eropa khawatir pandemi covid-19 akan semakin memicu melebarnya kesenjangan antara negara-negara di kawasan tersebut dan menghidupkan kembali ingatan akan krisis utang seperti di pertengahan dekade 2000-an.

Banyak yang telah berubah dalam ekonomi Eropa sejak krisis satu dekade lalu, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa negara-negara yang paling menderita saat itu, masih paling rentan saat ini.

Para menteri keuangan Uni Eropa, Senin (18/1), bertemu melalui konferensi video untuk membahas kekhawatiran mereka dengan melonjaknya utang  dan stagnannya pertumbuhan gaji/pendapatan di kawasan itu.

Yunani, Spanyol, dan Italia,  menjadi negara yang tingkat utangnya melonjak. Kondisi itu diperparah karena perekonomian mereka ditopang industri pariwisata yang terpulul wabah korona. Selain ketiga negara itu, utang pemerintah Prancis dan Belgia juga diprediksi melonjak dari sebelumnya. Sementara itu, Jerman terhindar dari krisis pandemi ini berkat aliran ekspor yang stabil ke Tiongkok.

 "Pola yang tidak menguntungkan dari krisis ini adalah bahwa negara-negara yang masih bergulat dengan tantangan sisa terbesar (dari krisis utang di pertengahan dekade 2000-an), cenderung menjadi negara yang sangat terpukul oleh pandemi," kata seorang pejabat senior Uni Eropa

Keluhan tentang perbedaan antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin yang terpukul parah terus berulang selama pandemi di Eropa, mulai muncul di Italia. Warga di negara itu mengeluhkan kurangnya solidaritas dari mitra Eropa mereka. Keluhan itu semakin keras ketika tingkat kematian meningkat dan penguncian menyebar di Spanyol dan negara-negara lain. Kondisi ini mengarah pada keputusan bersejarah Juli lalu bagi pemerintah UE untuk bersama-sama menyuntikan dana 750 miliar euro (US$ 900 miliar) sebagai dana bantuan.  Namun, stimulus berupa uang tunai, yang akan masuk ke prioritas Eropa seperti menghadapi darurat iklim atau mengembangkan teknologi baru, diperkirakan baru akan terasa di akhir tahun.

Sementara itu, pengeluaran utang merajalela di Eropa. Menurut perkiraan Uni Eropa mulai November, defisit di Prancis akan mencapai 10,5% dari produk domestik bruto (PDB) untuk akhir tahun 2020 dan mencapai 12,2% di Spanyol. Bandingkan dengan Jerman yang hanya 6% dari PDB.

Tingkat pengeluaran berlebih ini akan membuat pasar keuangan menjadi panik, mengancam solvabilitas negara dan masa depan mata uang tunggal euro. Tapi kali ini bisa berbeda. Bank Sentral Eropa telah menenangkan pasar dengan membeli banyak utang publik, yang pada dasarnya menyelesaikan masalah di masa mendatang.

Berkat intervensi ini, negara yang sangat berhutang budi seperti Italia, memiliki suku bunga pinjaman 10 tahun hanya 0,65%, sementara yang lain bahkan memiliki suku bunga negatif, yang berarti pemberi pinjaman membayar hak istimewa untuk meminjamkan uang.

Beberapa ekonom percaya intervensi ECB , dan perluasan program vaksinasi yang sukses, akan menggerkkan kembali ekonomi  sehingga akan cukup untuk membuat Eropa kembali stabil. "Kami mengalami dua krisis dalam 10 tahun, yang biasanya terjadi sekali dalam satu abad," kata Joao Leao, menteri keuangan Portugal, yang saat ini menjabat sebagai presiden bergilir UE. (AFP/M-4)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya