Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

'Twitter Killer' Jepang Dijatuhi Hukuman Mati

Widhoroso
15/12/2020 20:26
'Twitter Killer' Jepang Dijatuhi Hukuman Mati
Ilustrasi(DOK MI)

PENGADILAN Jepang, Selasa (15/12) menjatuhkan hukuman mati terhadap Takahiro Shiraishi, pelaku pembuhuhan terhadap sembilan orang. Pria berusia 30 tahun itu membunuh dan memutilasi para korban yang hampir semuanya merupakan perempuan muda yang dikenalnya melalui platform media sosial.

Menurut media lokal di Jepang, lebih dari 400 orang hadir untuk menyaksikan sidang putusan meskipun pengadilan hanya memiliki 16 kursi yang tersedia untuk umum. Dukungan publik untuk hukuman mati tetap tinggi di Jepang salah satu dari sedikit negara maju yang tetap mempertahankan hukuman mati.

Hakim Naokuni Yano menyebut kejahatan yang dilakukan Shiraishi merupakan perbuatan licik dan kejam. Hakim juga berkeyakinan terdakwa bertanggung jawab penuh atas tindakannya.

"Tak satu pun dari sembilan korban setuju untuk dibunuh termasuk memberikan persetujuan secara diam-diam. Sungguh sangat menyedihkan bahwa nyawa sembilan orang muda diambil. Martabat para korban diinjak-injak," kata hakim dalam persidangan.

Shiraishi ditangkap pada 2017 silam setelah ditemukan potongan tubuh manusia di flat yang dihuninya. Shiraishi dijuluki 'Twitter Killer' karena mencari para korban melalui media sosial tersebut.

Kasus pembunuhan ini menarik banyak perhatian dan mengejutkan Jepang. Pembunuhan berantai yang dilakukan Shiraishi juga memicu perdebatan tentang bagaimana aksi bunuh diri dibahas secara online.  

Shiraishi menggunakan Twitter untuk memikat mereka yang ingin bunuh diri dan mengundangnya ke rumahnya. Kepada para korban, ia mengatakan bisa membantu mereka yang ingin bunuh diri da, dalam beberapa kasus ia mengklaim dia akan bunuh diri bersama mereka.

Dalam dakwaan, Shirashi melakukan pembunuhan dengan cara mencekik dan memotong-motong delapan wanita dan satu pria berusia 15 hingga 26 antara Agustus dan Oktober 2017.  

Pembunuhan berantai yang dilakukan Shiraishi pertama kali terungkap pada 2017 ketika polisi menemukan bagian tubuh yang terpotong-potong di flatnya di kota Zama, Jepang, dekat Tokyo. Saat itu, polisi sedang menyelidiki kasus hilangnya seorang perempuan berusia 23 tahun. Belankanganm diketahui perempuan itu merupakan salah satu korban Shiraishi.

Oleh media di Jepang, flat tempat tinggal Shiraishi disebut rumah horor setelah penyelidik menemukan sembilan kepala bersama dengan sejumlah besar tulang lengan dan kaki yang disimpan dalam pendingin dan kotak perkakas. (BBC/R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya