Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Kisah Sedih Tenaga Medis di Balik Perjuangan Melawan Covid-19

Nur Aivanni
15/4/2020 14:57
Kisah Sedih Tenaga Medis di Balik Perjuangan Melawan Covid-19
Seorang perempuan memotret mural tenaga medis di Denver, AS, yang dianggap sebagai pejuang covid-19.(AFP)

PARA dokter, perawat dan petugas kesehatan telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa di tengah pandemi virus korona (covid-19). Dari Yaounde hingga New York, pandemi telah menginfeksi lebih dari 1,9 juta orang dan menyebabkan 118.000 orang kehilangan nyawa.

Di satu sisi, petugas rumah sakit menghadapi banyak sekali pasien. Mereka juga harus menghadapi kekurangan peralatan dalam banyak kasus, serta khawatir terinfeksi. Seringkali, mereka dihadapkan pada keputusan yang sulit saat merawat pasien.

Di Italia, salah satu negara yang paling parah terdampak pandemi, puluhan dokter dan perawat meninggal akibat covid-19 dan ribuan petugas kesehatan terinfeksi.

Baca juga: WHO Nyatakan Covid-19 Sebagai Pandemi

Silvana de Florio, koordinator keperawatan di unit perawatan intensif covid-19 dari Rumah Sakit Tor Vergata di Roma, menggarisbawahi pentingnya penggunaan masker, sarung tangan, baju pelindung untuk menghindari penularan.

"Kami tidak menyisihkan waktu tertentu untuk itu. Tetapi kami memperkirakan bahwa untuk shift tujuh jam, sekitar 40-50 menit dihabiskan hanya untuk berpakaian," tutur Florio.

Di Ekuador, seorang perawat yang sedang sakit mengatakan 80 rekannya telah terinfeksi. Sekitar 5 orang tenaga medis dinyatakan meninggal dunia. "Kami pergi berperang tanpa senjata," ucap perawat berusia 55 tahun dengan lirih.

Lebih lanjut, dia mengatakan peralatan di rumah sakit tidak siap menghadapi pandemi covid-19. Pasien dengan "gejala yang parah" tiba di unit gawat darurat, tetapi karena kurangnya pengujian, pasien tersebut diperlakukan seolah-olah terkena flu dan diperbolehkan pulang.

Baca juga: Kasus Covid-19 Global Melebihi 1,9 Juta

"Kami tidak memiliki alat pelindung diri (APD), tetapi kami tidak bisa menolak untuk merawat pasien," terang dia.

Kurangnya APD juga dikeluhkan tenaga medis di Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan Presiden Asosiasi Perawat Negara Bagian New York Judy, Sheridan-Gonzalez. "Kami tidak memiliki senjata dan pakaian baja untuk melindungi diri dari musuh," katanya saat melakukan aksi protes di luar rumah sakit belum lama ini.

Benny Mathew, seorang perawat di New York, mengatakan dirinya terinfeksi virus setelah merawat setidaknya empat pasien tanpa pakaian medis yang memadai. Di Filipina, terbatasnya jumlah ruang perawatan intensif dan ventilator, menyebabkan para dokter terbebani keputusan yang mengerikan. Banyak dari mereka juga takut untuk pulang ke rumah.

"Kami mengkhawatirkan keluarga kami," tukas dokter Ferdinand de Guzman.(AFP/OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya