Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jurnalis Shiori Ito Menangi Gugatan Kasus Pemerkosaan

Melalusa Susthira K
18/12/2019 11:27
Jurnalis  Shiori Ito Menangi Gugatan Kasus Pemerkosaan
Jurnalis Jepang Shiori Ito diwawancarai para wartawan di luar pengadilan distrik di Tokyo, Jepang, Rabu (18/12).( AFP/Charluy Triballeau)

PENGADILAN Tokyo memberikan ganti rugi sebesar 3,3 juta yen atau sekitar 420 juta kepada jurnalis Shiori Ito, Rabu (18/12). Ito menggugat seorang mantan wartawan Jepang yang telah memperkosanya.

Kasus pemerkosaan tersebut menjadi yang paling terkenal dari gerakan #MeToo di Jepang, sebuah gerakan yang melawan pelecehan dan kekerasan seksual.

Dalam persidangan, Ito menggugat 11 juta yen dari Noriyuki Yamaguchi yang merupakan mantan reporter di Tokyo Broadcasting System Television Inc.

Ito menuduh Yamaguchi yang memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, telah memperkosanya setelah mengundangnya makan malam untuk membahas peluang kerja pada 2015 lalu.

Namun, Yamaguchi membantah melakukan perbuatan tersebut dan telah mengajukan tuntutan balik (countersuit) terhadap Ito dengan meminta ganti rugi sebesar 130 juta yen.

"Kami menang. kontra gugatan ditolak," ujar Ito di luar pengadilan sembari memegang spanduk bertuliskan kemenangan, Rabu (18/12).

Sebelum putusan itu dibacakan, Ito mengatakan kepada media bahwa ia telah menerima dukungan luas atas gugatan yang dilayangkannya tersebut.

"Sejak saya bangun pagi ini, saya telah melihat beberapa pesan dari seluruh dunia bahwa mereka bersama saya, tidak peduli bagaimana akhir kasus ini karena tindakan saya telah bermakna," tutur Ito kepada wartawan.

Ito yang angkat suara pada 2017 lalu, mengaku dipandang aneh, terutama di Jepang, atas keberaniannya menyuarakan kasus pemerkosaan tersebut. Namun, ketika gerakan #MeToo muncul tak lama setelahnya ia merasa tak sendirian.

"Saya pikir, bukan hanya saya! dan saya percaya ada orang lain yang berpikiran demikian,” ungkapnya.

Ito mengatakan bahwa masalah utama di media Jepang adalah tingginya proporsi laki-laki dalam posisi pengambilan keputusan.

Namun ia menambahkan bahwa situasinya telah mulai berubah dengan kisah pelecehan di luar negeri yang muncul di Jepang maupun tentang kisahnya yang diberitakan di luar negeri.

Selain itu, Ito mengatakan kepada AFP bahwa ‘penderitaan dalam diam’ dianggap sebagai kemuliaan dalam budaya Jepang.

"Saya dibanjiri dengan penghinaan dan ancaman. Namun yang paling memantik saya adalah email-email dari para wanita ini yang mengatakan betapa malu saya seharusnya mengungkapkan semuanya," tutur Ito dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Ito meyakini tersangka pemerkosanya telah melancarkan aksi dengan membiusnya, lalu mengklaim polisi telah gagal menguji zat.

Ia menyebut polisi membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memulai penyelidikan kriminal atas laporannya dan mengaku kepadanya bahwa akan menangkap Yamaguchi, namun nyatanya mereka tiba-tiba mundur.

Kasus perdata tersebut lantas menjadi berita utama di Jepang maupun luar negeri, karena sangat jarang bagi korban perkosaan untuk melaporkan kejahatan tersebut ke polisi - menurut survei pemerintah pada 2017, hanya 4 % wanita yang melapor. (AFP/Uca/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya