Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Teheran Peringatkan AS Tidak Merampas Kapal Tanker Iran

Ihfa Firdausya
19/8/2019 16:02
Teheran Peringatkan AS Tidak Merampas Kapal Tanker Iran
Kapal tanker Iran yang semula bernama Grace I menjadi Adrian Darya. AS meminta Inggris untuk menyita kapal tanker yang memuat minyak Iran(AFP/Johny Bugeja)

TEHERAN mengatakan bahwa pihaknya telah memperingatkan Washington agar tidak merebut kapal tanker Iran yang telah meninggalkan Gibraltar.

"Iran telah memberikan peringatan yang diperlukan kepada para pejabat Amerika melalui saluran resminya untuk tidak membuat kesalahan seperti itu karena akan memiliki konsekuensi yang serius," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi pada konferensi pers, Senin (19/8)

Mousavi mengatakan bahwa perintah pengadilan Gibraltar untuk membebaskan kapal tanker mereka merupakan pukulan bagi 'unilateralisme' AS.

"Amerika tidak terlalu berhasil dengan sanksi sepihak mereka yang tidak memiliki dasar hukum. Mereka harus sadar bahwa intimidasi dan unilateralisme tidak mendapat tempat di dunia saat ini," kata Mousavi.

Mousavi mendesak negara-negara lain untuk tidak menyetujui sanksi yang telah dijatuhkan AS terhadap Iran.

"Karena ia tidak sah dan tidak memiliki dasar hukum," ujarnya.

Sebelumnya, Iran telah berselisih dengan Inggris yang merupakan sekutu AS. Pada 4 Juli, pasukan Inggris Royal Marines menangkap kapal tanker Iran di lepas pantai Gibraltar yang merupakan wilayah 'Negeri yang dipimpin Ratu Elizabeth'. Kapal tanker Iran dicurigai mengirimkan minyak ke Suriah dan melanggar sanksi Uni Eropa.

Dua minggu kemudian, Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menyita sebuah kapal tanker berbendera Inggris di perairan Teluk yang strategis.

Mousavi mengatakan kepada wartawan pada Senin (19/8) bahwa ia menepis anggapan adanya kaitan antara dua penangkapan itu.

"Tidak ada hubungan apa pun antara kedua kapal ini," kata Mousavi.

Ketegangan antara Iran dan musuh bebuyutannya, AS, telah meningkat sejak AS melalui Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir, Mei 2018. AS juga mulai menjatuhkan sanksi terhadap republik Islam itu sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum".

Iran pun menanggapinya dengan menangguhkan beberapa komitmen mereka di bawah kesepakatan nuklir.

Situasi memanas dalam beberapa minggu terakhir seiring terjadinya peristiwa-peristiwa penyerangan kapal, jatuhnya drone, dan tanker minyak yang disita.

Pada puncak krisis di bulan Juni, Trump sempat mengupayakan serangan udara terhadap Iran tetapi membatalkannya pada menit-menit akhir. (AFP/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya