Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Keterlibatan WNI di Pengeboman Katedral Jolo belum Pasti

Denny Parsaulian
05/2/2019 10:30
Keterlibatan WNI di Pengeboman Katedral Jolo belum Pasti
(Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang -- Ist)

KETERLIBATAN warga negara Indonesia (WNI) dalam pengeboman di Gereja Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Sulu, Filipina pada 27 Januari 2019, belum pasti. Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang lewat keterangan resmi yang diterima Media Indonesia, Senin (4/2) malam.

Menurut Harry, keterangan itu untuk melengkapi keterangam yang disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Perkembangan terbaru di Jolo menjadi dasar kepastian bahwa WNI belum tentu terlibat pengeboman di Katedral di Jolo yang menewaskan 22 orang dan melukai 111 orang.

Penduduk beserta keluarga korban meninggal dan terluka menolak percaya pernyataan para pejabat setempat yang menyatakan pengebom bunuh diri asal Indonesia yang melakukan serangan tersebut.

Atas ketidakpercayaan warganya, Wali Kota Jolo Kherkar Tan lewat sebuah wawacara dengan media lokal Inquirer, Minggu (3/2), meminta kelompok-kelompok pegiat HAM lokal dan internasional untuk datang dan menginvestigasi pengeboman tersebut.

Baca juga: Bom Gereja Filipina, 5 Anggota Abu Sayyaf Menyerahkan Diri

“Saya meminta kelompok-kelompok HAM untuk datang ke sini melakukan sebuah pencarian fakta yang independen. Saya khawatir pengeboman itu ditutup-tutupi," kata Tan.

Pada kesempatan lainnya, Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Chief Oscar D Albayalde memberikan keterangan pers bahwa pihaknya telah menangkap pria warga Jolo, Kammah L Pae, yang diyakini sebagai tersangka utama dan juga donatur pengeboman.

Kammah menyerahkan diri bersama 4 pria lainnya saat mereka dikejar dan terkepung oleh gabungan polisi dan militer. Empat pria lainnya adalah Albaaji Kiaa Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kqisar Bakil Gadjali alias Isal, dan Salit Alih alias Papong.

Kelimanya adalah anggota kelompok 22 Abu Sayyaf pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan.

Kammah diyakini sebagai anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi. Mereka tiba di Jolo pada 24 Januari menggunakan perahu.

Kepala Polisi Chiel Albayalde menyatakan masih menunggu hasil pemeriksaan DNA dua tubuh yang belum teridentifikasi yang ditemukan di sekitar area Katedral Jolo untuk mengonfirmasi teori polisi. Sampai saat inj belum memperoleh hasil.

"Dengan demikian hingga saat ini belum dapat dipastikan adanya keterlibatan WNI dalam peristiwa pengeboman di Jolo, Filipina," tulis Dubes Harry dalam keterangannya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya