Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
TIDUR merupakan kebutuhan dasar yang memengaruhi kesehatan tubuh dan otak manusia. Bukan hanya soal berapa lama kita tidur, tetapi juga bagaimana pola tidur dijalani setiap harinya.
Penelitian terbaru justru menemukan temuan mengejutkan. Tidur dengan jadwal yang terlalu ketat ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan otak, hampir sama resikonya dengan pola tidur yang berantakan.
Riset menunjukkan orang dengan jadwal tidur teratur cenderung memiliki jantung lebih sehat, usia lebih panjang, serta risiko demensia yang lebih rendah.
Namun, masih dipertanyakan apakah manfaat ini juga berlaku pada mereka yang telah mengalami penurunan memori ringan atau gejala awal Alzheimer.
Para peneliti melibatkan 458 orang dewasa berusia 45-89 tahun yang memiliki keluhan tidur maupun ingatan. Hal ini untuk menjawab pertanyaan sebelumnya.
Selain dipantau melalui akselerometer di pergelangan tangan, para peserta juga mengikuti serangkaian tes kognitif untuk mengukur kemampuan fokus, daya ingat, dan kemampuan memecahkan masalah. Hasil tes ini membantu peneliti melihat lebih jauh keterkaitan antara pola tidur dan fungsi otak.
“Pola tidur sehari-hari diduga memengaruhi kesehatan kognitif dan penyakit Alzheimer,” tulis para penulis studi.
Beberapa peserta turut memberikan sampel darah yang kemudian dianalisis untuk mengukur kadar protein BDNF, zat penting bagi kesehatan otak. Meskipun begitu, hubungan langsung antara pola tidur tidak teratur dan kadar BDNF masih diteliti lebih lanjut.
Hasil penelitian memperlihatkan peserta dengan pola tidur konsisten memiliki kemampuan berpikir yang lebih tajam. Mereka juga mencatat skor lebih baik dalam tes memori dan perhatian.
Menariknya, kadar BDNF justru rendah pada mereka yang memiliki jadwal tidur sangat ketat maupun benar-benar berantakan. Kondisi terbaik justru ditemukan pada individu dengan pola tidur cukup konsisten, tetapi tetap memberi ruang untuk fleksibilitas.
Menjaga pola tidur yang terlalu ketat ternyata bisa merugikan otak. Jadwal tidur yang sama persis setiap hari membuat otak kehilangan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.
Sebaliknya, pola tidur yang tidak teratur juga berdampak buruk bagi daya ingat dan konsentrasi. Oleh karena itu, keseimbangan dianggap sebagai pola tidur yang paling ideal. Rutinitas yang konsisten, tetapi tidak terlalu ketat.
Penelitian ini membuka cara pandang baru dalam menjaga kesehatan otak. Bukan hanya soal menghitung jam istirahat, melainkan bagaimana konsistensi pola tidur dan bangun dijalani setiap hari.
Menurut peneliti, keseimbangan inilah yang dapat membantu menurunkan risiko Alzheimer dan demensia. Pola tidur yang stabil, dengan sedikit ruang fleksibilitas, mampu menjaga ketajaman berpikir sekaligus ketahanan otak dalam jangka panjang.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep Medicine ini menekankan pentingnya menjaga pola tidur yang konsisten, tetapi tidak terlalu kaku.
Kesehatan otak bukan hanya ditentukan oleh durasi tidur, melainkan juga oleh kemampuan otak beradaptasi terhadap ritme harian. (Earth/Z-2)
Penelitian terbaru menggunakan organoid otak manusia mengungkap peran baru mikroglia, sel imun otak, dalam meningkatkan jumlah interneuron.
Riset terbaru University of Michigan menemukan neuron di hipotalamus berperan menjaga kadar gula darah, terutama pada empat jam pertama tidur.
Obesitas berdampak pada menurunnya daya ingat, konsentrasi, hingga risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, dan demensia.
Gejala seperti mudah lupa, sulit fokus, atau brain fog sering dianggap remeh, padahal bisa menjadi tanda awal penurunan fungsi kognitif.
Seorang pria di Amerika Serikat terdiagnosis neurocysticercosis, infeksi cacing pita di otak, setelah bertahun-tahun mengonsumsi bacon kurang matang.
Mind blanking adalah kondisi ketika pikiran benar-benar kosong meski sedang terjaga. Studi terbaru ungkap fenomena ini bisa menjadi cara otak “reset” di tengah aktivitas.
OTAK merupakan organ tubuh inti dari manusia yang harus dijaga kesehatannya. Menjaga kesehatan otak dapat melalui makanan-makanan tertentu yang dapat kita konsumsi.
Individu dengan otak dan kekebalan tubuh yang lebih muda secara biologis memiliki peluang hidup lebih panjang hingga 56%.
Penelitian terbaru mengungkap duduk terlalu lama berkaitan dengan penurunan fungsi otak dan peningkatan risiko Alzheimer.
Menurut ahli neurosains, kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 WIB berisiko menurunkan kesehatan otak, prestasi akademik, dan kestabilan emosi anak dan remaja akibat kurang tidur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved