Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SEBUAH studi terbaru mengungkap fakta mencemaskan: kebiasaan duduk terlalu lama ternyata berdampak langsung pada kesehatan otak — bahkan olahraga rutin sekalipun tak cukup untuk membalikkan kerusakannya.
Kita mungkin mencantumkan hobi mendaki gunung atau berselancar di profil kencan, tapi kenyataannya, banyak dari aktivitas favorit kita dilakukan sambil duduk. Entah itu menonton serial Netflix, bermain gim, atau membaca buku, semua dilakukan dari sofa. Bagi mereka yang bekerja di depan komputer, waktu duduk bisa mencapai sebagian besar hari.
Selama ini kita tahu duduk terlalu lama berkaitan dengan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol. Kini, penelitian dari Vanderbilt University Medical Center yang dimuat dalam Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association menyebut bahwa duduk berjam-jam juga bisa mengecilkan volume otak, khususnya di area yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer.
Dalam studi yang melibatkan 404 orang berusia di atas 50 tahun ini, sebagian besar peserta tergolong aktif secara fisik. Sekitar 87% dari mereka rutin melakukan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat selama 150 menit per minggu, sesuai anjuran Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Aktivitas ini bisa mencakup berjalan cepat, bersepeda, hingga jogging.
Namun, di balik gaya hidup aktif tersebut, data menunjukkan bahwa para peserta tetap menghabiskan rata-rata 13 jam per hari dalam posisi duduk.
Hasil pemindaian otak dan tes kognitif setelah tujuh tahun menunjukkan, semakin lama waktu duduk, semakin tipis lapisan korteks otak, terutama di area yang terkait dengan daya ingat. Kondisi ini disebut sebagai "cortical thinning" dan menjadi salah satu penanda awal Alzheimer.
Yang mengejutkan, bahkan pada peserta yang aktif berolahraga, penurunan fungsi otak tetap terjadi jika mereka terlalu lama duduk dalam sehari. Efek ini bahkan lebih signifikan pada mereka yang memiliki gen risiko Alzheimer (APOE-ε4), dengan kehilangan materi abu-abu di bagian frontal dan parietal otak yang penting untuk daya ingat dan konsentrasi.
“Menurunkan risiko Alzheimer bukan hanya soal berolahraga sekali sehari,” tegas Dr. Marissa Gogniat, penulis utama studi, dalam rilis resmi Vanderbilt. “Mengurangi waktu duduk sepanjang hari sangat penting, bahkan jika Anda sudah rutin berolahraga.”
Temuan ini menunjukkan dalam pendekatan medis yang dipersonalisasi, tenaga kesehatan sebaiknya tidak hanya menilai pola olahraga pasien, tetapi juga durasi duduk harian mereka. Disarankan untuk mengurangi perilaku sedentari selain meningkatkan aktivitas fisik.
Jadi, jika Anda sudah rajin lari pagi tapi tetap duduk seharian di depan layar, itu belum cukup. Mungkin sudah saatnya mempertimbangkan meja berdiri — demi kesehatan otak Anda di masa depan. (The Healthy/Z-2)
Peneliti ETH Zurich berhasil menciptakan lebih dari 400 jenis sel saraf dari sel induk manusia menggunakan kombinasi morfogen dan rekayasa genetik.
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
FDA menyetujui tes darah pertama untuk deteksi dini Alzheimer. Diagnosis kini lebih mudah, cepat, dan tanpa prosedur invasif seperti PET scan dan pungsi lumbal.
Kebiasaan tidur larut malam atau begadang terbukti dapat meningkatkan risiko demensia, termasuk Alzheimer.
Lansia di Indonesia menghadapi berbagai masalah kesehatan, termasuk hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
Menurut ahli neurosains, kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 WIB berisiko menurunkan kesehatan otak, prestasi akademik, dan kestabilan emosi anak dan remaja akibat kurang tidur.
Kebiasaan duduk dan rebahan terlalu lama ternyata tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan fisik, tetapi juga berisiko menyebabkan penyusutan otak
DHA atau Docosahexaenoic Acid adalah salah satu jenis asam lemak omega-3 yang sangat penting bagi kesehatan otak. Nutrisi ini tidak hanya mendukung daya ingat dan konsentrasi
Kebiasaan adalah pola tindakan yang kita lakukan setiap hari, sering tanpa sadar. Namun, banyak dari kebiasaan ini yang bisa membawa dampak buruk, terutama bagi kesehatan otak.
Menjaga kesehatan otak sangat penting demi meningkatkan kualitas hidup, terutama saat menua. Ini tips yang bisa dilakukan dalam keseharian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved