Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PIKUN dini atau demensia, yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada generasi milenial dan Gen Z. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 juta kasus demensia baru terdiagnosis setiap tahun di seluruh dunia.
Meskipun kebanyakan kasus terjadi pada orang tua, tak sedikit juga individu berusia 20 hingga 40 tahun yang mulai terdampak.
Demensia dini adalah gangguan neurodegeneratif yang memengaruhi kemampuan otak dalam hal memori, perhatian, dan berpikir. Sayangnya, gejalanya sering dianggap remeh pada usia muda, karena sering kali dikaitkan dengan kelelahan atau dampak stres. Namun, kondisi ini sebenarnya berkembang secara perlahan dan bisa semakin parah seiring waktu.
Neurodegeneratif merujuk pada kondisi yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otak. Penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, dan berbagai jenis demensia lainnya termasuk dalam kategori ini.
Penurunan fungsi otak berlangsung progresif dan dapat menyebabkan gangguan serius dalam berpikir dan mengingat. WHO menekankan pentingnya deteksi dini, karena gejala demensia pada tahap awal tidak selalu tampak jelas.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus demensia dini di kalangan individu berusia 20 hingga 40 tahun terus meningkat. Faktor utama yang memicu hal ini adalah gaya hidup tidak sehat, stres, serta kebiasaan buruk seperti kurang tidur.
Alzheimer’s Research UK melaporkan bahwa lebih dari 70.800 orang di Inggris mengalami demensia dini, dan sebagian besar dari mereka berusia muda. Gejala seperti lupa atau kesulitan berkonsentrasi sering dianggap sepele, padahal ini bisa menjadi tanda awal gangguan kognitif.
Kebiasaan sehari-hari yang tampaknya biasa bisa menjadi pertanda awal masalah kognitif yang serius. Beberapa pemicu utama yang berkontribusi pada meningkatnya risiko demensia dini antara lain:
Gaya Hidup Tidak Sehat
Pola makan buruk, kurang aktivitas fisik, serta konsumsi alkohol dan rokok dapat merusak kesehatan otak dan meningkatkan risiko gangguan kognitif.
Stres Kronis
Tekanan mental yang berkepanjangan, baik di tempat kerja maupun kehidupan pribadi, dapat merusak struktur otak dan mempercepat penurunan fungsi otak.
Kurang Tidur
Tidur yang tidak cukup menghambat proses pemulihan otak, mengurangi daya ingat, dan mempercepat penurunan kognitif.
Kurangnya Stimulasi Mental
Otak yang tidak dilatih atau dipacu dengan kegiatan intelektual—seperti membaca, mempelajari keterampilan baru, dan tantangan akademik—lebih rentan terhadap penurunan fungsi.
Kesehatan Mental yang Terabaikan
Depresi dan kecemasan yang berkepanjangan dapat merusak struktur otak dan mempercepat perkembangan demensia.
Beruntung, sebagian besar faktor risiko demensia dini dapat dikendalikan. Dengan perubahan kecil yang konsisten, kita dapat melindungi otak kita. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Olahraga Teratur
Aktivitas fisik secara rutin meningkatkan aliran darah ke otak dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Pola Makan Sehat
Makanan bergizi seperti sayuran, buah, ikan berlemak, dan kacang-kacangan yang kaya antioksidan sangat penting dalam melindungi otak dari kerusakan.
Tidur yang Cukup
Tidur berkualitas antara 7 hingga 9 jam setiap malam sangat penting untuk pemulihan otak dan mendukung daya ingat.
Stimulasi Mental
Melakukan aktivitas yang menantang otak, seperti membaca, memecahkan teka-teki, dan mempelajari hal baru, dapat merangsang otak dan menjaga fungsi kognitif tetap optimal.
Mengelola Stres
Meditasi, olahraga, atau berbagi cerita dengan orang terdekat bisa membantu mengelola stres, mengurangi dampak negatif pada otak.
Memperkuat Hubungan Sosial
Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa hubungan sosial yang kuat dapat mengurangi risiko gangguan kognitif hingga 30%. Interaksi sosial yang baik membantu merangsang fungsi kognitif dan meningkatkan kesehatan otak.
Demensia dini pada generasi muda adalah ancaman serius. Namun, dengan menerapkan gaya hidup sehat, deteksi dini, serta memperhatikan faktor risiko, kita dapat meminimalkan kemungkinan gangguan kognitif.
Merawat otak dengan menjaga kesehatan tubuh, pikiran, dan hubungan sosial adalah langkah fundamental dalam melindungi diri dari demensia di usia muda. (World Health Organization, Harvard Medical School, Alzheimer’s Research/Z-10)
Demensia adalah istilah umum untuk kumpulan gejala penurunan kognitif, sedangkan Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
Penelitian terbaru mengungkap duduk terlalu lama berkaitan dengan penurunan fungsi otak dan peningkatan risiko Alzheimer.
Dengan desain yang chic, warna-warna playful, dan material berkualitas tinggi, Louna hadir menemani gaya hidup modern yang tidak hanya aktif, tetapi juga berkarakter.
Gerai Bekasi dibangun dengan desain kontemporer yang memadukan estetika modern dan sentuhan lokal, menghadirkan pengalaman belanja yang nyaman dan inspiratif.
Gagal ginjal kini tidak lagi menjadi ancaman eksklusif bagi usia lanjut. Tren terbaru di tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan kasus gagal ginjal pada remaja dan dewasa muda.
Jika melihat data nasional, tercatat jumlah kasus penyakit kritis pada 2023 meningkat 30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 23 juta menjadi hampir 30 juta kasus.
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik.
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Aktor legendaris Bruce Willis dilaporkan tidak lagi bisa berbicara, membaca, atau berjalan akibat penurunan kondisi demensia.
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved