Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PIKUN dini atau demensia, yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada generasi milenial dan Gen Z. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 juta kasus demensia baru terdiagnosis setiap tahun di seluruh dunia.
Meskipun kebanyakan kasus terjadi pada orang tua, tak sedikit juga individu berusia 20 hingga 40 tahun yang mulai terdampak.
Demensia dini adalah gangguan neurodegeneratif yang memengaruhi kemampuan otak dalam hal memori, perhatian, dan berpikir. Sayangnya, gejalanya sering dianggap remeh pada usia muda, karena sering kali dikaitkan dengan kelelahan atau dampak stres. Namun, kondisi ini sebenarnya berkembang secara perlahan dan bisa semakin parah seiring waktu.
Neurodegeneratif merujuk pada kondisi yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otak. Penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, dan berbagai jenis demensia lainnya termasuk dalam kategori ini.
Penurunan fungsi otak berlangsung progresif dan dapat menyebabkan gangguan serius dalam berpikir dan mengingat. WHO menekankan pentingnya deteksi dini, karena gejala demensia pada tahap awal tidak selalu tampak jelas.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus demensia dini di kalangan individu berusia 20 hingga 40 tahun terus meningkat. Faktor utama yang memicu hal ini adalah gaya hidup tidak sehat, stres, serta kebiasaan buruk seperti kurang tidur.
Alzheimer’s Research UK melaporkan bahwa lebih dari 70.800 orang di Inggris mengalami demensia dini, dan sebagian besar dari mereka berusia muda. Gejala seperti lupa atau kesulitan berkonsentrasi sering dianggap sepele, padahal ini bisa menjadi tanda awal gangguan kognitif.
Kebiasaan sehari-hari yang tampaknya biasa bisa menjadi pertanda awal masalah kognitif yang serius. Beberapa pemicu utama yang berkontribusi pada meningkatnya risiko demensia dini antara lain:
Gaya Hidup Tidak Sehat
Pola makan buruk, kurang aktivitas fisik, serta konsumsi alkohol dan rokok dapat merusak kesehatan otak dan meningkatkan risiko gangguan kognitif.
Stres Kronis
Tekanan mental yang berkepanjangan, baik di tempat kerja maupun kehidupan pribadi, dapat merusak struktur otak dan mempercepat penurunan fungsi otak.
Kurang Tidur
Tidur yang tidak cukup menghambat proses pemulihan otak, mengurangi daya ingat, dan mempercepat penurunan kognitif.
Kurangnya Stimulasi Mental
Otak yang tidak dilatih atau dipacu dengan kegiatan intelektual—seperti membaca, mempelajari keterampilan baru, dan tantangan akademik—lebih rentan terhadap penurunan fungsi.
Kesehatan Mental yang Terabaikan
Depresi dan kecemasan yang berkepanjangan dapat merusak struktur otak dan mempercepat perkembangan demensia.
Beruntung, sebagian besar faktor risiko demensia dini dapat dikendalikan. Dengan perubahan kecil yang konsisten, kita dapat melindungi otak kita. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Olahraga Teratur
Aktivitas fisik secara rutin meningkatkan aliran darah ke otak dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Pola Makan Sehat
Makanan bergizi seperti sayuran, buah, ikan berlemak, dan kacang-kacangan yang kaya antioksidan sangat penting dalam melindungi otak dari kerusakan.
Tidur yang Cukup
Tidur berkualitas antara 7 hingga 9 jam setiap malam sangat penting untuk pemulihan otak dan mendukung daya ingat.
Stimulasi Mental
Melakukan aktivitas yang menantang otak, seperti membaca, memecahkan teka-teki, dan mempelajari hal baru, dapat merangsang otak dan menjaga fungsi kognitif tetap optimal.
Mengelola Stres
Meditasi, olahraga, atau berbagi cerita dengan orang terdekat bisa membantu mengelola stres, mengurangi dampak negatif pada otak.
Memperkuat Hubungan Sosial
Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa hubungan sosial yang kuat dapat mengurangi risiko gangguan kognitif hingga 30%. Interaksi sosial yang baik membantu merangsang fungsi kognitif dan meningkatkan kesehatan otak.
Demensia dini pada generasi muda adalah ancaman serius. Namun, dengan menerapkan gaya hidup sehat, deteksi dini, serta memperhatikan faktor risiko, kita dapat meminimalkan kemungkinan gangguan kognitif.
Merawat otak dengan menjaga kesehatan tubuh, pikiran, dan hubungan sosial adalah langkah fundamental dalam melindungi diri dari demensia di usia muda. (World Health Organization, Harvard Medical School, Alzheimer’s Research/Z-10)
Casing produk kolaborasi bertajuk Reinventing Forms of The Future yang menyatukan desain cyber-mechanical dari Machine56 dengan pendekatan fashion-tech asal Singapura, Skinarma.
Nestlé Professional resmi menggebrak pasar kopi urban dengan konsep “on to go”, menghadirkan gerai sementara di titik-titik strategis untuk menawarkan kopi berkualitas.
Pemindaian tersebut memperlihatkan bahwa kedua ginjal pasien hampir terisi oleh ratusan batu kecil yang berdempetan seperti biji jagung.
DI tengah berkembangnya gaya hidup digital yang kian terintegrasi dengan perangkat audio, kebutuhan akan kualitas suara yang jernih, praktis, dan mendalam menjadi semakin penting.
Salah satu bentuk pengalaman yang semakin populer adalah program Do It Yourself (DIY), yang tak hanya melibatkan imajinasi, tetapi juga melahirkan karya personal yang penuh makna.
Pembangunan enam lapangan padel dimulai di kawasan pusat bisnis baru (CBD) Jakarta Barat. Proyek ini dikembangkan di atas lahan seluas 3.000 meter persegI.
Penelitian mengungkapkan kucing yang menderita demensia mengalami perubahan otak, mirip dengan manusia.
Demensia menyerang jutaan orang di seluruh dunia, menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik.
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Aktor legendaris Bruce Willis dilaporkan tidak lagi bisa berbicara, membaca, atau berjalan akibat penurunan kondisi demensia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved