Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOKTER spesialis obstetri ginekologi konsultan onkologi RSK Dharmais Widyorini Lestari Hanafi mengatakan skrining Human Papillomavirus (HPV) harus tetap dilakukan meskipun perempuan hanya memiliki satu pasangan (single partner) atau jika suami sudah lama meninggal.
"Terjadinya infeksi virus sampai kanker serviks butuh waktu 15 tahun, kalo suami meninggal lama, jangan tidak skrining, karena mungkin kalau sudah terinfeksi virus kalau suami meninggal bisa terjadi kanker serviks," kata dokter yang biasa disapa Wini, dikutip Kamis (24/4).
Wini mengatakan, faktor risiko utama penularan virus HPV adalah dari sanggama atau hubungan seksual aktif.
Meski hanya memiliki satu pasangan, risiko tertular HPV tetap ada. Risiko lainnya juga bisa terjadi pada perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual dapat meningkatkan terjangkitnya virus HPV.
Ia mengatakan, gejala sampai menjadi kanker serviks butuh waktu yang lama kurang lebih 15 tahun.
Pada saat sudah menjadi kanker akan muncul gejala seperti nyeri pinggul, keluar darah di luar tanggal menstruasi atau berdarah saat sanggama dan keputihan.
"Gejalanya tidak terlihat, kalau menimbulkan gejala biasanya sudah stadium berat, kalau datang ke dokter keluar darah di luar haid atau
sanggama keluar darah itu artinya sudah terkena kanker serviks," katanya.
Menurut data Globocan tahun 2022, Kanker serviks merupakan jenis kanker yang terjadi pada wanita dengan jumlah penderita terbanyak ke 4 (6,9%) di dunia dan ke 2 di indonesia (17,8%).
Secara global, berdasarkan data WHO 2019, kasus kematian kanker serviks pada tahun 2018 sebanyak 311.000 wanita, artinya setiap 2 menit ada satu wanita meninggal karena kanker serviks.
Maka itu, ia mendorong setiap perempuan melakukan skrining untuk mendeteksi adanya virus sejak awal dengan tes HPV DNA, yang saat ini sudah bisa dilakukan secara mandiri, yang sedang dilakukan oleh RS Kanker Dharmais bersama dengan Pusat Kanker dari Amerika.
"Pengambilan HPV DNA dikerjakan juga oleh dokter tapi untuk mengurangi rasa malu kita sekarang bisa mengambil (sampel) sendiri, tes mandiri ini sensitivitasnya 90 persen, kalo negatif artinya nggak ada virus, bisa diulang 10 tahun lagi," kata Wini.
Ia berharap adanya pilot project ini bisa memenuhi cakupan skrining lebih banyak karena rasa malu jadi kendala wanita dalam melakukan tes HPV, terutama di negara berkembang. (Ant/Z-1)
perempuan di Jakarta masih terjebak dalam ketidakpastian. Mulai dari pencarian kerja, dunia akademik, hingga kehidupan sehari-hari.
Acara ini merupakan puncak dari rangkaian pelatihan dan pendampingan yang telah mereka jalani selama enam kali pertemuan dalam Program Glorious Golo Mori.
Perempuan Indonesia punya peran besar dalam perjuangan kemerdekaan, mulai dari pendidikan, perlawanan bersenjata, hingga politik.
Program SisBerdaya dan DisBerdaya ini menjadi salah satu implementasi nyata dari komitmen tersebut, sekaligus strategi menjembatani kesenjangan digital di kalangan pelaku UMKM perempuan.
HAPPY Girlfriend Day (gf day) diperingati pada tiap 1 Agustus. Hari tersebut menjadi perayaan pasangan romantis. Namun, bukan saja untuk mereka yang memiliki pasangan,
KEBERPIHAKAN terhadap korban dalam tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang kerap melibatkan perempuan harus dikedepankan.
Perempuan di Indonesia masih enggan untuk melakukan skrining HPV karena rasa malu dan tidak nyaman saat pengambilan sampel oleh dokter atau bidan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved