Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PEMERINTAH Indonesia terus berupaya menurunkan angka tuberkulosis (TB) melalui berbagai strategi yang lebih tajam dan inovatif. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina memaparkan rencana akselerasi pengentasan TB pada 2025. Menurutnya, Kemenkes telah mengidentifikasi sejumlah permasalahan dan menyusun langkah-langkah strategis untuk mempercepat penanggulangan penyakit ini.
“Kami telah mengidentifikasi berbagai permasalahan dan bagaimana menajamkan program, sehingga ini terdapat sejumlah akselerasi program tuberkulosis tahun 2025. Pada prinsipnya kita meneruskan program sebelumnya, namun tentu kita pertajam. Kita banyak hal, hasil evaluasi semua kita pertajam dan ada beberapa inovasi yang dilakukan,” ujar Ina dalam acara Indonesia Bebas TBC yang diselenggarakan Selasa (21/1).
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah optimalisasi screening aktif menggunakan X-ray yang terintegrasi dengan pemeriksaan genetis. “Dalam pemeriksaan kesehatan genetis juga ada screening untuk TBC, sehingga diharapkan nanti kita jadinya lebih luas lagi untuk bisa menyaring pasiennya,” jelas Ina. Diagnostik TB kini menggunakan tes cepat molekuler, open PCR, dan pemeriksaan bakteriologi berbasis teknologi.
Selain itu, integrasi data informasi TB menjadi fokus utama untuk mengurangi kasus underreporting. “Dari sejumlah kasus-kasus underreporting, itu bisa didapatkan dengan integrasi data ini. Dengan integrasi data ini ke dalam satu sehat, itu kita juga bisa mengawal dan monitoring pasien dengan jauh lebih baik,” imbuh dia.
Selain itu, penguatan sistem transportasi spesimen menjadi solusi bagi fasilitas kesehatan (faskes) yang belum memiliki laboratorium TB. “Tidak semua faskes, apalagi yang swasta, memiliki laboratorium pemeriksaan untuk TB. Namun dengan sistem transportasi spesimen, ini bisa dibantu untuk mereka mengirimkan sampel untuk diperiksakan,” kata Ina.
Kemenkes juga memperluas layanan rumah sakit khusus TB resistan obat (TBC-RO). Pasien dengan kondisi stabil nantinya dapat dirujuk ke puskesmas satelit. Pengobatan TB menjadi salah satu perhatian utama, mengingat prosesnya memakan waktu lama.
Untuk TB sensitif obat, durasi pengobatan 6–9 bulan, sementara TB resistan obat membutuhkan waktu hingga 18 bulan. “Inovasi pengobatan yang lebih ringkas, lebih cepat, kemudian lebih mudah, nggak terlalu banyak, itu tentu selalu dilakukan dengan berbagai riset,” ujar Ina.
Salah satu terobosan adalah regime BIPAL-M, yang dapat memangkas durasi pengobatan TB resistan obat dari 12–18 bulan menjadi hanya 6 bulan. “Saat ini juga sedang ada penelitian untuk pengobatan 4 bulan. Jadi semakin ringkas, semakin cepat, dan semakin mudah, tentu pas berhasil pengobatan bisa lebih baik,” tambahnya.
Dalam aspek pencegahan, Ina menyoroti pentingnya pengobatan bagi pasien dengan TB laten. “Orang-orang ini perlu dilakukan pemeriksaan, memastikan tidak ada TB aktif, dan kalau memang tidak ada TB aktif, dia agar meminum obat pencegahan,” ungkapnya.
Khusus untuk kontak serumah, kebijakan baru memungkinkan mereka langsung memulai terapi pencegahan TBC tanpa perlu diagnosa TB laten. Selain itu, riset vaksin terbaru tengah dikembangkan dan diperkirakan tersedia pada 2027. (Z-9)
Indonesia mencatatkan angka kematian akibat tuberkulosis atau TB sebesar 134 ribu jiwa per tahun atau sekitar dua orang meninggal setiap lima menit.
Masyarakat diajak untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TB sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
Akibat penyakit tersebut 15 orang meninggal dunia sebelum mendapatkan pengobatan.
Pasien TB RO harus minum lebih banyak obat setiap hari dan menjalani pengobatan dalam jangka yang lebih lama sesuai dengan rekomendasi dari tim ahli klinis agar bisa sembuh.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Dalam riset bertajuk Potential Risk of New Tuberculosis Cases in West Java, tim peneliti BRIN melakukan analisis risiko spasial dan temporal terhadap sebaran kasus Tb baru di wilayah Jawa Barat.
DIREKTUR Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Ina Agustina menyampaikan, 76% kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di 11 provinsi prioritas.
Kemenkes mencatat pada Maret 2025 sebanyak 356.638 orang dengan HIV (ODHIV) dari total estimasi 564 ribu ODHIV yang harus ditemukan pada 2025 untuk segera diberi penanganan.
Kemenkes) berkomitmen untuk mengeliminasi HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) pada 2030. Edukasi, deteksi dini, dan pengobatan menjadi kunci dalam mencapai target ini
Kemenkes) mengakselerasi program vaksinasi human papiloma virus atau HPV nasional demi menekan angka kematian akibat kanker serviks.
Para peserta CKG yang terbukti memiliki masalah kesehatan, mereka dapat secara gratis mengakses layanan lanjutannya mengikuti skema BPJS Kesehatan.
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved