Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
TUBERKULOSIS (TB) merupakan masalah kesehatan global yang hingga saat ini masih berupaya untuk ditangani. Dalam 200 tahun terakhir, ada sebanyak 1 miliar kematian akibat TB secara global. Indonesia sendiri menyumbang kasus dan angka kematian tertinggi akibat TB nomor dua di dunia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina mengungkapkan sejak tahun 2021 hingga 2024 memang terjadi peningkatan penemuan kasus maupun pengobatannya. Namun demikian, angka-angka yang ada masih belum mencapai target.
“Jadi kalau dilihat terjadi peningkatan penemuan kasus maupun pengobatannya. Tapi kalau dibandingkan dengan target kita memang masih harus bekerja keras, karena kalau berdasarkan target ini belum tercapai,” kata Ina dalam acara Indonesia Bebas TBC yang diselenggarakan Selasa (21/1).
Berdasarkan data Kemenkes, pada 2024 target penemuan kasus TB ialah sebesar 900 ribu kasus. Namun angka itu baru terpenuhi 860.100 kasus atau 95,6% dari target.
Selain itu, kasus diobati TB SO dan RO yang semestinya 100%, masing-masing hanya mencapai angka 89% dan 68%. Demikian juga dengan keberhasilan pengobatan, pada TB SO, ditargetkan keberhasilan pengobatan mencapai 90%, namun baru tercapai 83%. Sementara itu untuk keberhasilan pengobatan TB RO ditargetkan 80% namun baru tercapai 57%. Dan pemberian terapi pencegahan TB (TPT) yang ditargetkan mencapai 50% baru terealisasi 17,6%.
“Selain itu untuk kontak dengan pasien TB itu masih belum ada, jadi kita baru mendeteksi kasus TB aktif saja. Padahal semestinya kontak dengan pasien bisa diberikan terapi penjagaan supaya nanti tidak berkembang menjadi aktif. Nah, ini yang masih menjadi tantangan,” jelas Ina.
Ia mengungkapkan, penanganan TB tentu tidak bisa hanya mengandalkan sektor kesehatan dan pemerintah saja, tapi juga dibutuhkan kerja sama dari seluruh pihak, baik pusat maupun daerah, hingga masyarakat luas.
“Dibutuhkan upaya pentahelix, pemerintah, akademisi, masyarakat dan swasta, itu harus bersatu-padu untuk menyelesaikan masalah TB. Karena inilah satu masalah yang kompleks dan membutuhkan penanganan dari berbagai sisi dan berbagai sudut,” pungkas dia. (Z-9)
Indonesia mencatatkan angka kematian akibat tuberkulosis atau TB sebesar 134 ribu jiwa per tahun atau sekitar dua orang meninggal setiap lima menit.
Masyarakat diajak untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TB sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
Akibat penyakit tersebut 15 orang meninggal dunia sebelum mendapatkan pengobatan.
MENTERI Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan fakta mengejutkan. Di Indonesia, katanya, dua orang meninggal karena tuberkulosis (Tb) setiap lima menit.
Pasien TB RO harus minum lebih banyak obat setiap hari dan menjalani pengobatan dalam jangka yang lebih lama sesuai dengan rekomendasi dari tim ahli klinis agar bisa sembuh.
Ia menjelaskan, pengobatan Tb umumnya membutuhkan waktu antara 6 hingga 9 bulan.
Ketertinggalan Indonesia semakin mencolok jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Tiongkok dan India—dua negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia.
Dari 100 persen populasi yang terpapar bakteri Tb, hanya sekitar 10-15 persen yang benar-benar jatuh sakit. Dari yang jatuh sakit, sekitar 5-10 persen mengalami Tb berat.
EFISIENSI anggaran belanja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2025 dikhawatirkan berdampak pada penanganan tuberkulosis (Tb).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina memaparkan rencana akselerasi pengentasan TB pada 2025.
Salah satu tantangan besar dalam eliminasi TB adalah menjangkau pasien di daerah terpencil dengan akses yang sulit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved