Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PSIKOLOG Klinis Forensik dari Universitas Indonesia (UI) Kasandra Putranto membagikan sejumlah kiat pada orangtua untuk mengelola emosi guna mencegah terjadinya kekerasan pada anak-anak.
"Mengelola emosi ketika mengalami hari yang buruk sangat penting bagi orang tua agar anak tidak menjadi sasaran dari emosi negatif tersebut," kata Kasandra, Selasa (14/1).
Kasandra mengatakan langkah pertama yang dapat orangtua lakukan, yakni mengenali dan mengakui setiap emosi yang dirasakan. Misalnya seperti marah, frustasi, hingga rasa cemas.
Dengan mengenali emosi tersebut, orangtua dapat mengetahui cara untuk mengelola ragam emosi yang dirasakan.
Selanjutnya, orangtua dapat mulai membiasakan diri berbicara dengan tenang. Caranya dapat dilakukan dengan mengambil napas dalam-dalam dan berbicara dengan suara yang lembut pada anak untuk menjelaskan kondisi yang sedang terjadi.
Hal ini juga dinilai dapat membantu menghindari adanya ledakan emosi.
"Jika situasi terasa terlalu berat, ambil waktu sejenak untuk diri sendiri. Ini bisa berupa berjalan-jalan, meditasi, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk meredakan stres," ucap Kasandra.
Ia melanjutkan apabila emosi masih belum terkelola dengan baik, tiap orangtua dapat menggunakan teknik relaksasi berupa teknik pernapasan dalam, meditasi atau yoga dapat membantu menenangkan pikiran dan tubuh.
Ini dapat membantu orangtua untuk lebih siap menghadapi anak dengan emosi yang lebih stabil.
Perasaan yang dirasakan, katanya, juga bisa dibicarakan dengan pasangan atau teman dapat membantu melepaskan beban emosional. Dengan tujuan memberikan perspektif baru dan dukungan.
Kasandra juga menyarankan alih-alih melampiaskan emosi pada anak, orang tua bisa menggunakan pendekatan disiplin yang positif. Fokus pada komunikasi yang baik dan pengertian, serta berikan contoh perilaku yang baik.
Sedangkan bersama anak-anak, dianjurkan untuk mengajak mereka melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama, seperti bermain, membaca, atau berolahraga.
Menurutnya, cara ini dapat membantu memperkuat ikatan dan menciptakan suasana yang lebih positif.
"Setelah situasi mereda, luangkan waktu untuk merenungkan apa yang terjadi dan bagaimana mengelola emosi di masa depan. Ini dapat membantu orangtua belajar dari pengalaman dan menghindari pola yang sama," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Penelitian terbaru mengungkap AI modern seperti ChatGPT mampu menjawab tes kecerdasan emosional lebih akurat dibanding manusia.
Studi terbaru di Korea Selatan menunjukkan jam kerja panjang dapat mengubah struktur otak, terutama pada area yang mengatur emosi dan fungsi kognitif.
AKTRIS Luna Maya dikabarkan akan segera menikah dengan aktor Maxime Bouttier pada Rabu (7/5) di Ubud, Bali. Selebriti Melaney Ricardo berpesan kepada Luna untuk tidak stres
Gutomo Edi Saputra bertanggungjawab atas kematian Anggi Anggara dalam sebuah pertengkaran di Pasar Angso Duo, Kota Jambi. Ia mengabisi lawannya dengan sebilah pisau pemotong pempek
Pelajari seni kalimat persuasif! Kuasai teknik meyakinkan, mempengaruhi, dan menginspirasi orang lain dengan kata-kata yang tepat dan efektif.
Hasil kajian juga menyebutkan bahwa kekerasan dalam bentuk verbal dan psikis/emosi adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak dengan disabilitas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melontarkan kecaman keras atas insiden kekerasan yang menimpa dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, di RSUD Sekayu
Pasukan Garda Nasional mulai terlihat berpatroli di Washington DC, sehari setelah perintah Presiden AS Donald Trump.
Hasanuddin mengatakan lingkungan militer memang keras. Namun, sejak 1974 telah dikeluarkan instruksi yang melarang hukuman fisik berupa pemukulan atau penyiksaan.
Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser, akan berupaya menjaga kepercayaan warga di tengah pengerahan aparat federal
Pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan LLDIKTI dalam mengawal kasus kekerasan di kampus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved