Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEMERINTAH mengutamakan penguatan sistem pemantauan dini untuk pencegahan potensi bencana hidrometeorologi yang diperkirakan terjadi pada awal tahun 2025. Hal itu ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno dalam Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis (2/1).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan wilayah Indonesia saat ini berada pada kategori curah hujan menengah hingga tinggi. Potensi curah hujan tertinggi akan berlangsung pada Desember 2024 hingga Januari 2025.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan langkah preventif dengan menetapkan 16 Kabupaten/Kota dengan status tanggap darurat dan 8 Kabupaten/Kota dengan status siaga darurat
Pratikno menjelaskan, mitigasi pro aktif dan mendorong perubahan pola pikir masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan adalah langkah pencegahan terjadinya bencana.
"Selain modifikasi cuaca, optimalkan infrastruktur yang sudah ada dan laksanakan apel rutin siaga bencana sehingga dapat mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi. Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar," jelas Pratikno.
Hadir dalam rapat tersebut, Kepala BNPB Suharyanto, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Pj. Gubernur Sulawesi Selatan Zudan Arif Fakrulloh, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Yasir Mahmud, Sekda Sulawesi Selatan Jufri Rahman, jajaran Forkopimda, Bupati/Wali Kota, serta Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan
Pemerintah pusat melalui BNPB telah menyerahkan bantuan Dana Siap Pakai kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk penanganan bencana hidrometeorologi. Pratikno menyebut, partisipasi aktif dari seluruh pihak sangat dibutuhkan guna menciptakan sinergi yang terkoordinasi dalam pelaksanaan penanganan bencana di lapangan.
"Semuanya harus berperan aktif sesuai dengan kapasitas masing-masing dan saling bahu-membahu demi menciptakan sistem pengelolaan bencana yang tangguh dan berkelanjutan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala BNPB Suharyanto menyebutkan Rakor dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi. Utamanya pada musim penghujan yang bertepatan dengan momen libur Natal tahun 2024 serta Tahun Baru 2025.
"Kami berupaya merumuskan langkah-langkah penanganan bencana yang terukur. Sehingga bisa membantu masyarakat terdampak bencana dengan maksimal sekaligus bisa dilakukan pencegahan bencana," ujarnya.
Sedangkan Kepala BMKG Dwikorita, menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus memantau perkiraan cuaca sehingga dapat mengantisipasi jika terjadinya curah hujan yang cukup tinggi.
"Untuk itu dalam rangka mitigasi bencana, Kami BMKG menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus memonitor perkembangan informasi cuaca melalui aplikasi smartphone Info BMKG. Di situ tertera informasi cuaca hingga 6 hari kedepan," ucapnya. (H-3)
Pelatihan mitigasi bencana penting, terutama bagi masyarakat Kabupaten Bandung yang berdekatan atau dilintasi Sesar Lembang.
Gelombang tinggi juga masih berlangsung di perairan selatan Jawa Tengah mencapai 2,5-4 meter, sedangkan di perairan utara setinggi 0,5-1,25 meter.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, serta hujan disertai petir.
Berdasarkan catatan BPBD Kendal ancaman banjir rob masih menjadi momok bagi ribuan keluarga di Kabupaten Kendal, setidaknya ada 7 desa/kelurahan di 3 kecamatan.
38 kota besar di Indonesia akan mengalami potensi hujan ringan, hujan sedang, hujan disertai dengan petir, berawan, dan berawan tebal yang akan melanda
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Selasa 1 Juli 2025.
Menghadapi tantangan pembangunan di wilayah dengan curah hujan tinggi, seperti Bogor, membutuhkan pemilihan bahan bangunan yang tepat.
Hujan yang mengguyur sejumlah wilayah DKI Jakarta menyebabkan 14 rukun tetangga (RT) di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan terendam banjir, hari ini.
"Ini merupakan akumulasi karena beberapa bulan terakhir curah hujan cukup tinggi. Sampai sekarang kami masih mewaspadai potensi pergerakan tanah susulan,"
PARA pemudik diimbau waspada saat hendak masuk atau melintas Jateng, Sebab, curah hujan intensitas sedang hingga tinggi diperkirakan masih berpotensi terjadi selama sepekan
Budi mengatakan bahwa terdapat peningkatan potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat pada 16-18 Maret 2025 di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
BRIN menyatakan bahwa banjir yang kerap melanda kawasan Jabodetabek tidak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga oleh berbagai faktor lain
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved