Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MEWARNAI rambut kini menjadi kegiatan yang populer, terutama di kalangan anak muda. Sayangnya, belakangan muncul kekhawatiran mengenai potensi cat rambut sebagai penyebab kanker.
Apakah benar cat rambut dapat menyebabkan kanker, ataukah hanya sebuah mitos? Berikut ulasan lebih lengkapnya.
Sebelum memahami apakah cat rambut dapat menyebabkan kanker, ada baiknya untuk mengenal jenis-jenis cat rambut yang banyak beredar di pasaran. Menurut American Cancer Society, pewarna rambut mengandung berbagai bahan kimia yang bisa diserap tubuh melalui kulit. Ada tiga jenis utama cat rambut, yaitu:
Pewarna ini hanya menutupi permukaan rambut dan tidak meresap ke dalam batang rambut. Biasanya, pewarna ini hanya bertahan selama 1-2 kali keramas.
Pewarna ini tidak menembus batang rambut dan bertahan sekitar 5-10 kali keramas.
Pewarna ini mengubah struktur kimia rambut secara permanen, yang membuat warna rambut bertahan lebih lama.
Cat rambut mengandung bahan kimia yang bisa diserap tubuh melalui kulit kepala atau dihirup selama proses pewarnaan. National Cancer Institute mencatat lebih dari 5.000 bahan kimia dalam pewarna rambut, di antaranya berpotensi karsinogenik pada hewan. Ini menimbulkan pertanyaan apakah bahan-bahan tersebut juga bisa menyebabkan kanker pada manusia.
Penelitian mengenai kaitan antara cat rambut dan kanker masih beragam. Beberapa jenis kanker, seperti kanker kandung kemih, leukemia, dan non-Hodgkin lymphoma, sering dikaitkan dengan penggunaan cat rambut. Namun, hasil penelitian yang ada belum memberikan bukti yang kuat.
Menurut American Cancer Society, meskipun ada temuan yang menunjukkan bahwa paparan bahan kimia dalam cat rambut dapat meningkatkan risiko kanker, bukti yang ada masih belum cukup untuk menghubungkannya dengan kanker pada individu yang hanya sesekali mewarnai rambut.
Leukemia adalah jenis kanker darah yang menyebabkan produksi sel darah putih berlebihan. Beberapa penelitian mencoba mengaitkan bahan kimia dalam pewarna rambut dengan risiko leukemia, namun hasilnya tidak konsisten.
Menurut studi yang dipublikasikan WebMD, meskipun ada hubungan antara bahan kimia dalam pewarna rambut dan kanker, tidak ada bukti yang cukup kuat yang menunjukkan kebiasaan mewarnai rambut dapat menyebabkan leukemia langsung.
Risiko leukemia lebih tinggi bagi mereka yang bekerja dengan cat rambut setiap hari, seperti penata rambut, karena paparan bahan kimia yang lebih intens. Namun, bagi individu yang hanya sesekali mewarnai rambut, risiko ini relatif rendah.
Pewarna rambut mengandung bahan kimia seperti amina aromatik, hidrogen peroksida, dan amonia, yang dapat diserap melalui kulit kepala atau dihirup selama proses pewarnaan. Paparan bahan kimia ini lebih tinggi pada pekerja salon yang terpapar setiap hari, dibandingkan dengan konsumen biasa yang hanya mewarnai rambut sesekali.
Meskipun ada bukti yang menunjukkan hubungan antara penggunaan pewarna rambut dan peningkatan risiko kanker payudara, kanker kandung kemih, dan beberapa jenis kanker darah, risiko ini lebih tinggi pada mereka yang terpapar bahan kimia secara rutin.
Secara keseluruhan, meskipun beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara cat rambut dan peningkatan risiko kanker, termasuk leukemia, hasilnya masih tidak cukup konsisten untuk dianggap sebagai fakta yang pasti. Penggunaan pewarna rambut sesekali tidak secara signifikan meningkatkan risiko kanker.
Namun, bagi mereka yang terpapar bahan kimia setiap hari, seperti pekerja salon, risiko ini mungkin lebih tinggi. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati, mengikuti petunjuk penggunaan cat rambut, dan melakukan patch test untuk menghindari reaksi alergi atau iritasi. (Kemenkes/Halodoc/Z-3)
Ilmuwan dari University of Illinois kembangkan teknologi MRI metabolik super cepat yang dapat membedakan otak sehat dari tumor.
LINITIS plastica jarang terdengar di telinga masyarakat awam. Hal itu karena penyakit ini merupakan kanker lambung yang masih tergolong jinak namun dalam kategori langka.
PENELITIAN terbaru dari para ilmuwan di Universitas California, Los Angeles (UCLA) Health mengungkap bahwa kanker bisa dideteksi hanya dengan tes darah.
6 tips pola makan untuk pasien kanker yang mendukung pemulihan tubuh, meningkatkan daya tahan, dan menjaga kesehatan setelah pengobatan kanker.
KANKER hati merupakan salah satu penyakit yang membahayakan organ hati dan perlu diperhatikan secara serius, mengingat hati termasuk organ yang memiliki peran penting bagi tubuh.
BEBERAPA makanan ketika dikonsumsi dalam jumlah besar, maka hal ini bisa menjadi masalah. Salah satunya adalah meningkatkan risiko seseorang untuk terserang jenis kanker tertentu.
MANTAN anggota idol K-pop F.ABLE, Shim Jaehyun atau yang dikenal sebagai Jaehyun, meninggal usai berjuang melawan kanker darah atau leukemia.
MANTAN anggota K-pop F.ABLE, Shim Jaehyun atau dikenal dengan Jaehyun, meninggal di usia 23 tahun pada Minggu, 29 Juni 2025. Ia melawan kanker darah atau leukemia
Shim Jaehyun, yang dikenal dengan nama Jaehyun dan sebelumnya merupakan anggota grup K-pop F.ABLE, meninggal dunia pada usia 23 tahun
Berbeda dengan tumor padat, kanker darah menyerang sistem peredaran darah dan sumsum tulang, sehingga gejalanya kerap disalahartikan sebagai penyakit biasa.
Paparan radiasi berlebih dari zat kimia yang bisa menyebabkan leukemia tersebut bisa berasal dari tempat tinggal di lingkungan pabrik maupun dekat dengan pemancar listrik.
PAPARAN radiasi zat kimia yang berlebihan bisa memicu berbagai dampak kesehatan, termasuk kanker darah atau leukemia pada anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved