Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mengenang Spencer Thorsland, Harapan dan Warisan di Tengah Kehilangan

Abriel Okta Rosetta
21/12/2024 16:50
Mengenang Spencer Thorsland, Harapan dan Warisan di Tengah Kehilangan
Satu tahun setelah kepergian Spencer Thorsland, remaja Brandon yang gigih melawan kanker.(Keloland)

Setahun sudah berlalu sejak Spencer Thorsland, seorang remaja berusia 13 tahun dari Brandon, South Dakota, meninggalkan dunia ini. Perjalanan hidupnya, meski singkat, penuh dengan keberanian, cinta, dan semangat yang terus dikenang oleh keluarga, teman, serta komunitasnya. Pada Januari tahun lalu, Spencer menghembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan kanker. Semasa hidup, ia membuka pintu rumahnya untuk tim Keloland News, membagikan kisah perjuangannya hingga akhir hayat. Di tengah rasa sakit yang kian memburuk, Spencer tetap menunjukkan senyuman yang menjadi ciri khasnya.

Salah satu momen paling dikenang adalah ketika teman-teman sekelas Spencer bergabung dengannya di bioskop untuk menonton film Wonka. Perjalanan tersebut, yang berlangsung beberapa minggu sebelum kepergiannya, menjadi kenangan manis bagi ibunya, Lori Huml.

"Dia begitu bahagia saat itu. Meski keadaannya semakin memburuk, dia tidak pernah mengeluh tentang rasa sakit. Itu adalah hari yang penuh senyum dan kebahagiaan," kenang Lori, dikutip dari laman situs Keloland, Sabtu (21/12).

Namun, pada 8 Januari, yang juga merupakan hari ulang tahun saudaranya, Ranger, Spencer berpulang. Kepergian itu meninggalkan luka mendalam di hati keluarga, terutama bagi Ranger, yang menulis esai penuh emosional tentang hari yang seharusnya menjadi perayaan baginya.

"Saya melihat Spencer untuk terakhir kalinya. Dia tidak bergerak, tidak bernapas. Itu adalah hari terburuk dalam hidup saya," tulis Ranger dalam esainya.

Untuk menjaga kenangan Spencer tetap hidup, keluarganya mendirikan yayasan bernama This Is The Way. Yayasan ini bertujuan mengumpulkan dana beasiswa bagi mahasiswa yang ingin berkarier di bidang medis, sebuah langkah untuk mendukung generasi masa depan menemukan obat bagi penyakit seperti yang dialami Spencer.

"Kami percaya bahwa obat untuk kanker mungkin sudah ada di luar sana, tetapi kita membutuhkan generasi berikutnya untuk menemukan potongan teka-teki terakhirnya," ujar Lori.

Di rumah keluarga Spencer, kata "Akhirnya," yang menjadi mantra semangatnya, kini terlukis di dinding. Kata ini melambangkan keyakinan bahwa suatu saat semua rasa sakit akan berakhir. Selain itu, keluarga juga berencana menjual barang dengan cetakan kata tersebut untuk mendukung yayasan.

Dalam memperingati satu tahun kepergiannya, keluarga Spencer akan kembali mengundang komunitas untuk menonton film bersama, kali ini Mufasa. Awalnya hanya direncanakan untuk keluarga dan teman dekat, tetapi acara ini berubah menjadi upaya memenuhi teater dengan orang-orang yang ingin mengenang Spencer.

"Kami ingin menjadikan ini hari yang menyenangkan, hari untuk mengingat Spencer," kata Lori. (Keloland/Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya