Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
STUNTING masih menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Kondisi gagal tumbuh pada balita ini, ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi selama kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Jika tidak diatasi sebelum usia lima tahun, stunting dapat menjadi permanen.
Persoalan ini disampaikan oleh Yuly Astuti, Peneliti Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Stunting berdampak serius pada kesehatan jangka pendek, seperti menurunnya kekebalan tubuh, dan jangka panjang, seperti gangguan kognitif serta peningkatan risiko penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes,” ungkap Yuly.
Ia juga mengatakan bahwa stunting memiliki sifat genetik, sehingga wanita yang mengalami stunting berisiko melahirkan anak yang juga mengalami stunting.
Sejak 2017, stunting telah menjadi agenda nasional pemerintah melalui strategi penurunan stunting. Namun, data WHO dan UNICEF menunjukkan bahwa selama 2012–2020, penurunan prevalensi stunting di Indonesia hanya sebesar 2,7%, menempatkan Indonesia pada posisi kedua tertinggi di ASEAN setelah Timor Leste.
“Berbagai faktor memengaruhi kondisi ini, baik tidak langsung, langsung, maupun mendasar. Faktor tidak langsung mencakup kondisi sosial ekonomi ibu, seperti pendidikan, usia menikah, dan pendapatan rumah tangga. Sementara itu, faktor langsung melibatkan perilaku pemberian ASI dan vaksinasi,” tambah Yuly.
Beragam tradisi dan budaya di Indonesia memengaruhi pola pengasuhan anak, yang berdampak pada upaya penurunan stunting. Misalnya, praktik pemberian makanan yang tidak tepat dapat menghambat pertumbuhan anak. Penelitian Yuly di Kabupaten Karanganyar (2021–2023) dan kajian lainnya menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi ibu memiliki pengaruh besar terhadap prevalensi stunting.
Lebih lanjut, Yuly menjelaskan bahwa salah satu contoh hambatan sosial budaya adalah tingginya angka perkawinan anak. Ibu yang menikah di bawah usia 20 tahun berisiko lebih tinggi melahirkan anak stunting dibandingkan ibu yang menikah pada usia lebih dewasa.
“Ibu muda yang masih dalam masa pertumbuhan harus berbagi nutrisi dengan janinnya, sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini meningkatkan risiko bayi prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan salah satu faktor risiko stunting,” terangnya.
Budaya lokal juga memengaruhi angka stunting, seperti tradisi merarik di Nusa Tenggara Barat, di mana anak perempuan segera dinikahkan setelah menstruasi. Praktik ini didorong oleh alasan menjaga kehormatan keluarga, tetapi berdampak negatif pada kesehatan ibu dan anak.
Pendidikan ibu memegang peran penting dalam menentukan kualitas pengasuhan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang gizi dan kesehatan anak. Namun, tantangan lain datang dari pekerjaan ibu yang sering kali membatasi waktu pengasuhan. Selain itu, kurangnya fasilitas pendukung seperti ruang laktasi menghambat pemberian ASI eksklusif.
Praktik pemberian makanan prelaktal, seperti madu, kopi, atau air beras, serta membuang kolostrum karena dianggap susu basi juga menjadi penyebab utama.
“Pantangan makanan selama kehamilan dan menyusui, seperti larangan mengonsumsi susu, daging merah, dan seafood, turut memperburuk status gizi ibu dan anak,” kata Yuly.
Kurangnya imunisasi lengkap, terutama di daerah perdesaan, menambah kompleksitas masalah ini. Banyak orang tua yang ragu memberikan imunisasi karena kekhawatiran akan efek samping atau keyakinan agama. (H-2)
Vitamin D3 atau dikenal dengan cholecalciferol penting bagi penyerapan kalsium dan fosfat, mendukung kesehatan tulang, otot, gigi, dan fungsi organ lainnya.
Hutama Karya menyalurkan bantuan yang difokuskan pada peningkatan gizi masyarakat untuk mencegah stunting.
Dengan capaian itu, Sumedang menjadi daerah peringat 4 terbaik di Jawa Barat, dari total 27 kabupaten dan kota.
Yuly Astuti juga mengatakan bahwa stunting memiliki sifat genetik, sehingga wanita yang mengalami stunting berisiko melahirkan anak yang juga mengalami stunting.
Kebutuhan gizi dan nutrisi anak-anak, khususnya di seribu hari pertama kehidupan menjadi tanggung jawab utama orangtua. Hal tersebut dapat mencegah stunting.
ASRP berfokus pada optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0–23 bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan, salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat.
bila dibandingkan tahun 2024 dengan 2023 maka stunting berhasil diturunkan dari 4,8 juta menjadi 4,4 juta atau berhasil menurun 357.705 balita.
DISPARITAS prevalensi stunting antara provinsi masih sangat besar. Provinsi Bali menjadi provinsi terbaik dalam hal penurunan stunting, bahkan jauh di bawah angka nasional.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Kegiatan ini menjangkau 8 titik lokasi di Kabupaten Banyuwangi dan berkolaborasi dengan tiga Puskesmas: Genteng Kulon, Singojuruh, dan Gitik.
ANGKA prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur (Jatim) berhasil mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved