Putus Siklus Kekerasan untuk Dunia tanpa Luka

Despian Nurhidayat
17/12/2024 21:26
Putus Siklus Kekerasan untuk Dunia tanpa Luka
Wamen PPPA Veronica Tan.(DOK)

KEKERASAN adalah ancaman serius yang bisa dialami siapa saja tanpa memandang usia, gender atau latar belakang.  Kekerasan hadir dalam berbagai bentuk, fisik, psikis, seksual, ekonomi hingga kekerasan berbasis gender online. Seringkali juga dimulai dari hal-hal kecil yang luput dari perhatian. 

“Jika dibiarkan, kekerasan ini menimbulkan efek domino, melukai keluarga, menghancurkan komunitas dan merusak tatanan sosial. Karena itu pencegahan merupakan tanggung jawab bersama melalui edukasi, solidaritas dan pemberdayaan diri, kita dapat memutus siklus kekerasan ini,” kata Founder Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi, Meiline Tenardi, dalam acara 'Dunia Tanpa Luka' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, kemarin.  

Meiline percaya bahwa menghargai dan menghormati diri sendiri adalah langkah pertama untuk berkata tidak pada kekerasan dalam bentuk apa pun. “Dunia Tanpa Luka bukan hanya sekadar tema tapi menjadi harapan besar untuk menciptakan kehidupan yang lebih aman dan bermartabat,” tegas Meiline. 

Meiline mengatakan bahwa pihaknya merasa bangga dan terhormat dapat menyelenggarakan acara 'Dunia Tanpa Luka' yang merupakan bagian peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan.  “Kampanye global ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong langkah nyata untuk menghentikan kekerasan dalam bentuk apa pun berbasis gender,” ungkapnya. 

Di tempat yang sama, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan menambahkan bahwa selama dua bulan terakhir dia berpikir Kementerian PPPA bekerja dalam urusan pemberdayaan perempuan. “Tapi ternyata kita dihadapkan kepada segala permasalahan yang kita sendiri sadar bahwa itu sangat miris. Seperti kasus anak 14 tahun yang tega menusuk neneknya dan banyak lagi perkara lain,” ujar Veronica. 

Dia menegaskan bahwa akar permasalahan kekerasan yang terjadi di kota dan daerah tentu berbeda. “Kalau di kota perempuan sudah sadar berani <i>speak up<p> dan sementara di desa berbeda,” sambungnya. 

Langkah nyata atasi kondisi darurat
Kondisi darurat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak harus segera diatasi dengan langkah nyata yang mampu menjawab berbagai tantangan yang ada. 

"Bila kondisi kekerasan yang terjadi dinyatakan darurat, sudah seharusnya pemerintah mengambil langkah segera untuk mengatasinya. Tentu saja dengan langkah nyata dan terukur, serta melibatkan semua pihak," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Menurut Lestari, upaya segera itu harus mampu direalisasikan oleh para pemangku kepentingan  bersama masyarakat.  Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, pilihan untuk membangun sebuah gerakan menuntaskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak, bisa menjadi pilihan untuk dikedepankan. 

Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu mendorong agar sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pentingnya bebas dari tindak kekerasan dalam keseharian, dilakukan secara masif. 

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang sudah pada kondisi darurat ini menjadi prioritas pemerintah untuk diatasi.  Karena, tegas Rerie, perempuan dan anak merupakan bagian penting dari proses pembangunan sumber daya manusia (SDM) nasional yang berkarakter dan berdaya saing di masa depan. (S-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya