Tetap Sehat Selama Musim Pancaroba: Mengenali Penyakit Musiman dan Cara Mencegahnya
Indriyani Astuti
22/11/2024 15:28
ilustrasi(istock)
PERGANTIAN musim, dari kemarau ke musim hujan sering kali memengaruhi kesehatan banyak orang. Kondisi cuaca yang berubah-ubah, suhu yang tidak stabil, dan kelembapan yang meningkat dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, mulai dari flu hingga demam berdarah.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyakit yang sering muncul di musim pancaroba dan langkah pencegahannya.
Menurut studi dalam jurnal Viruses (2016), risiko infeksi virus, termasuk influenza, meningkat di cuaca yang lebih dingin dan kering. Virus influenza menyebar cepat dan dapat menginfeksi melalui selaput lendir di hidung dan tenggorokan. Selama musim pancaroba, sistem kekebalan tubuh cenderung melemah, meningkatkan risiko tertular flu, apalagi ketika aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam ruangan, yang memperbesar peluang penularan virus melalui udara.
Flu memang penyakit yang tidak begitu parah, namun cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mencegah flu, konsumsilah makanan bergizi, cukup istirahat, minum air putih, tambahkan asupan vitamin untuk kekebalan tubuh, dan pertimbangkan untuk mengambil vaksin flu.
Penyakit ISPA menyerang saluran pernapasan akibat infeksi virus atau bakteri. Penyakit ini bisa menular melalui udara atau dari benda yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi batuk, demam, pilek, sakit kepala, nyeri tenggorokan, sesak napas, dan terkadang sinusitis (pilek, demam, nyeri wajah). Beberapa penyakit yang masuk dalam kategori ISPA yaitu sinusitis, batuk pilek, pneumonia, radang tenggorokan akut (faringitis), COVID 19, dan laringitis akut.
Musim pancaroba memperburuk risiko ISPA akibat perubahan cuaca yang ekstrem. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan mencuci tangan secara teratur, menghindari merokok, membatasi kontak tangan dengan wajah, terutama area hidung dan mulut, mengonsumsi makanan kaya serat, mengonsumsi vitamin, serta rutin berolahraga. Jika gejala memburuk, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih lanjut.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dikenal dengan demam berdarah atau dengue, adalah penyakit musiman yang rentan terjadi saat musim hujan mulai datang, di mana telur nyamuk Aedes aegypti menetas lebih banyak. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya menggigit penderita terinfeksi, dan virus ini berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-12 hari sebelum bisa menular ke manusia.
Gejala awal pada fase pertama meliputi demam tinggi yang mendadak, nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan terkadang ruam merah. Pada fase kritis, biasanya pada hari ketiga hingga hari ketujuh, suhu tubuh menurun, tetapi risiko pendarahan meningkat. Dalam kasus parah, pasien bisa mengalami pendarahan internal, penurunan tekanan darah, dan kelelahan ekstrem.
Pencegahan penyebaran DBD dapat dilakukan dengan langkah 3M Plus: Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah penyimpanan air, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Pertimbangkan juga vaksinasi dengue dan segera ke fasilitas kesehatan jika gejala muncul. Pada daerah yang sudah ditemukan kasus DBD, biasanya pemerintah setempat melakukan fogging memutus rantai penularan penyakit DBD.
Chikungunya disebabkan oleh virus CHIKV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Serupa dengan DBD, penyakit ini menyebar saat nyamuk menggigit orang yang terinfeksi. Gejalanya meliputi demam mendadak, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, mata merah, mual, muntah, dan ruam makulopapular (ditandai dengan area merah pada kulit yang ditutupi dengan tonjolan tinggi).
Sama seperti upaya pencegahan DBD, mencegah penularan Chikungunya yaitu dengan 3M Plus, Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah penyimpanan air, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan lotion anti-nyamuk, mengenakan pakaian panjang, dan menghindari bepergian ke daerah yang tengah mengalami wabah chikungunya.
Gejala diare ditandai dengan frekuensi Buang Air Besar yang meningkat disertai dengan konsistensi tinja yang encer, yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Di musim pancaroba, penyakit diare lebih sering terjadi karena infeksi virus seperti rotavirus. Hal ini dikarenakan sanitasi yang kurang higienies, dimana air yang dikonsumsi terinfeksi virus.
Cara mencegah terjadinya diare, adalah dengan memastikan air yang dikonsumsi benar-benar matang. Pastikan air minum telah dimasak sampai matang, termasuk hindari konsumsi sayuran dan buah mentah, kecuali yang bisa dikupas. Selain itu, sering-sering lah cuci tangan dengan bersih, untuk menghindari penyebaran virus dan bakteri melalui tangan.
Nama penyakit ini mungkin terdengar kurang familiar. Namun, faktanya kasus leptospirosis banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, karena iklim panas dan lembap yang mendukung bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Beberapa hewan yang dapat menularkan bakteri ini meliputi anjing, babi, kuda, sapi, dan tikus. Penularan ke manusia bisa terjadi melalui kontak langsung dengan urine hewan pembawa bakteri, atau melalui air, tanah, makanan, atau minuman yang terkontaminasi.
Gejala leptospirosis meliputi demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah, sakit perut, dan munculnya bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan. (H-3)
Bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung dan Dinas Kesehatan Kota Bandung, perusahaan menggelar program kolaboratif bertajuk “Gerakan Berantas Nyamuk Bersama
Dinas Kesehatan Kota Semarang, kecamatan hingga kelurahan serta seluruh warga dan relawan terus gencar melakukan pemberantasan jentik nyamuk setiap pekan.
Indonesia negara endemik dengue dengan kasus dengue tertinggi di Asia. Kematian yang diakibatkan DBD pada 2025 sebanyak 250 kasus yang terjadi di 123 kabupaten/kota di 24 provinsi.
Penyebab utama diare ini terjadi karena masuknya kuman yang akan mengganggu aktivitas organ pencernaan. Diare ini dapat disembuhkan dengan beberapa pengobatan.
Bahwa ada banyak faktor yang dapat menyebabkan diare, seperti infeksi virus, alergi makanan, intoleransi laktosa, hingga efek samping dari obat-obatan.
Program ini merupakan bentuk edukasi untuk masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengobatan masalah kesehatan seperti diare dan sakit maag di saat perjalanan mudik.