Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sejarah Hidup dan Kontribusi Ahmad Dahlan dalam Pendirian Muhammadiyah

Abriel Okta Rosetta
18/11/2024 10:05
Sejarah Hidup dan Kontribusi Ahmad Dahlan dalam Pendirian Muhammadiyah
Ahmad Dahlan(VOI)

Di balik perkembangan pesat Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, ada penggalangan kisah perjuangan seorang tokoh visioner, KH Ahmad Dahlan. Lahir di tengah kehidupan tradisional Jawa, Ahmad Dahlan menghadirkan pembaruan yang mengguncang tradisi. Dengan semangatnya memadukan ajaran Islam dan kemajuan modern, ia tak hanya mengubah wajah pendidikan, tetapi juga membangun fondasi bagi pemberdayaan sosial yang masih dirasakan hingga kini.

Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, yang dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam modern yang berperan besar dalam pembaruan pendidikan dan sosial di Indonesia. Melalui perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan, Ahmad Dahlan memberikan warisan besar bagi umat Islam di Nusantara. 

Berikut Mari kita simak kisah hidupnya dari masa kecil hingga akhir hayat, dengan penekanan pada perannya mendirikan Muhammadiyah.

Masa Kecil dan Pendidikan

Ahmad Dahlan lahir dengan nama Muhammad Darwis pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga yang taat beragama. Ayahnya, Abu Bakar, adalah seorang khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, sementara ibunya, Nyai Abu Bakar, juga berasal dari keluarga santri yang terpandang.

Sejak kecil, Ahmad Dahlan menunjukkan kecerdasan dan minat mendalam terhadap agama. Ia belajar Al Qur’an, fikih, dan ilmu agama Islam lainnya di bawah bimbingan ayahnya serta para ulama di sekitar Kauman. Pada usia 15 tahun, ia melakukan perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mendalami ilmu agama.

Selama di Mekah, ia terinspirasi oleh pemikiran pembaruan Islam dari ulama seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Pemikiran ini memengaruhi pandangannya terhadap Islam, terutama terkait pentingnya mengintegrasikan ajaran agama dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern.

Kembali ke Tanah Air dan Awal Gerakan Pembaruan

Sepulangnya dari Mekah, Ahmad Dahlan mengganti namanya dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan, sebagai simbol transformasi dirinya dalam menyebarkan pembaruan Islam. Ia mulai berdakwah di kampung halamannya, Kauman, dengan menekankan pentingnya pemurnian ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap menyimpang.

Namun, ajarannya sering kali mendapat penolakan dari kalangan ulama tradisional. Mereka menganggap pendekatan Ahmad Dahlan yang mengedepankan rasionalitas dan pemikiran modern sebagai ancaman terhadap tradisi yang telah lama berkembang.

Mendirikan Muhammadiyah

Pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Organisasi ini didirikan sebagai wadah untuk mewujudkan ide-ide pembaruannya, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sosial.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta menyesuaikannya dengan tantangan zaman. Ahmad Dahlan percaya bahwa umat Islam harus maju dalam bidang pendidikan dan kesehatan untuk menghadapi kolonialisme Belanda yang mendominasi kehidupan masyarakat saat itu.

Muhammadiyah memulai kegiatannya dengan mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengintegrasikan ilmu agama dan pengetahuan umum. Sistem pendidikan ini berbeda dengan pesantren tradisional. Dengan menggunakan metode pengajaran yang lebih terstruktur dan kurikulum yang mencakup mata pelajaran seperti matematika, sains, dan bahasa asing.

Selain di bidang pendidikan, Ahmad Dahlan juga fokus pada pemberdayaan sosial. Ia mendirikan rumah sakit, panti asuhan, dan layanan sosial lainnya untuk membantu masyarakat miskin. Dakwah Ahmad Dahlan tidak hanya terbatas di masjid, tetapi juga menjangkau pasar, sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya.

Melalui Muhammadiyah, ia mengajarkan pentingnya gotong royong dan solidaritas antarumat Islam. Ahmad Dahlan juga mendorong perempuan untuk berperan aktif dalam pendidikan dan dakwah. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan organisasi perempuan Aisyiyah pada 1917.

Akhir Hayat Ahmad Dahlan

Ahmad Dahlan meninggal dunia pada 23 Februari 1923 di Yogyakarta, pada usia 54 tahun. Meski wafat, perjuangan dan visinya terus hidup melalui Muhammadiyah yang berkembang pesat. Hingga kini, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, dengan jutaan anggota dan jaringan pendidikan, kesehatan, serta sosial yang tersebar di seluruh negeri.

Sebagai seorang tokoh pembaru, Ahmad Dahlan telah meletakkan dasar penting bagi modernisasi Islam di Indonesia. Pemikirannya tentang pendidikan dan pemurnian agama tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Muhammadiyah yang ia dirikan kini memiliki ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, dan lembaga sosial yang berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa. Warisan Ahmad Dahlan menjadi bukti nyata bahwa Islam dapat berdampingan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa kehilangan esensinya.

Kisah hidup Ahmad Dahlan adalah bukti nyata bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang penuh keikhlasan. 
Perjuangannya dalam mendirikan Muhammadiyah menciptakan warisan organisasi yang kuat hingga memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi bagi masyarakat. (Muhammadiyah/Z-11).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya