Kemenkes Minta Masyarakat Waspada DBD di Musim Hujan

Alya Putri Abi
09/11/2024 15:43
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada DBD di Musim Hujan
Ilustrasi(Antara)

Masyarakat diimbau mewaspadai Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, pada musim hujan. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot. Jika tidak ditangani, DBD bisa berisiko fatal.

Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang semua kalangan, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Indonesia, dan kasusnya cenderung meningkat pada musim hujan.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan dua Surat Edaran (SE) dari Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yang membahas upaya antisipasi peningkatan kasus Dengue serta kewaspadaan terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis di musim penghujan.

Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, Aji Muhawarman, menyebutkan bahwa hingga minggu ke-30 tahun 2024, ada 202.012 kasus DBD dengan 1.202 kematian. Kasus DBD tercatat di 481 kabupaten/kota di 36 provinsi, sementara kematian terjadi di 255 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan bahwa berdasarkan data distribusi kasus DBD menurut kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok usia 15 hingga 44 tahun merupakan yang paling banyak terjangkit DBD. 

Sementara itu, untuk kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok usia 5 hingga 14 tahun adalah yang paling rentan. Kasus kematian DBD terbanyak pada 2024 tercatat di lima kabupaten/kota, yaitu Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara. 

Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap penyebaran DBD dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M Plus. Langkah-langkah tersebut meliputi:

  1. Menguras penampungan air: Langkah ini dilakukan untuk menghilangkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, yang dapat berkembang biak di dalam air. Menguras bak mandi, penampungan air lainnya, seperti wadah atau ember, membantu mengurangi jumlah tempat berkembang biaknya larva nyamuk.
  2. Menutup tempat penampungan air: Menutup tempat penampungan air penting untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya. Dengan menutup rapat tempat penyimpanan air seperti drum atau tempayan, nyamuk tidak bisa mengakses air untuk bertelur, sehingga mengurangi risiko berkembangnya nyamuk pembawa virus dengue.
  3. Mendaur ulang barang bekas: Barang-barang bekas seperti kaleng, botol plastik, atau ban bekas yang sering ditemukan di sekitar rumah bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk jika dibiarkan terisi air hujan. Daur ulang barang-barang bekas ini dengan cara yang benar, atau buang jika sudah tidak digunakan lagi, untuk menghindari terbentuknya genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk.
  4. Plus, yaitu memperbaiki saluran air: Perbaikan saluran air dilakukan untuk memastikan air mengalir dengan baik dan tidak menggenang di sekitar rumah. Saluran air yang tersumbat bisa menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Dengan memastikan saluran air lancar, kita dapat mengurangi potensi sarang nyamuk di lingkungan sekitar. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan DBD tersebut, diharapkan risiko terpapar dapat berkurang. Jaga pola hidup sehat dan segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti mual atau ruam merah agar mendapatkan penanganan yang tepat. (Kemenkes/Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya