Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Kurikulum Pendidikan PR Harus Bisa Penuhi Kebutuhan Industri

Basuki Eka Purnama
14/9/2024 20:47
Kurikulum Pendidikan PR Harus Bisa Penuhi Kebutuhan Industri
Achmad Zaky (kiri) dan Muhammad Zulkifli (kanan).(MI/HO)

KURIKULUM pendidikan ilmu komunikasi khususnya bidang studi Public Relations (PR) sudah saatnya berbasis kebutuhan industri. Perguruan tinggi yang memiliki  bidang studi ini sudah harus memulai merumuskan kurikulum berdasarkan apa yang menjadi tuntutan dan kebutuhan pasar, khususnya pelaku bisnis dari beragam sektor yang membutuhkan talenta-talenta PR yang siap kerja.

Menurut pakar komunikasi industri Asia Tenggara Muhammad Zulkifli, saat ini sudah saatnya teori-teori pengajaran di universitas bisa diaplikasikan dalam strategi dan rencana-rencana kerja perusahaan sehingga lebih aplikatif. 

Mahasiswa PR sudah harus membangun portofolio sejak masih kuliah sehingga saat masuk ke dunia kerja sudah tidak gagap lagi.

Baca juga : Universitas LIA Benchmarking Kurikulum ke ITB

“Sudah saatnya antara kampus dan industri berkolaborasi dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Apalagi sekarang teknologi berkembang sedemikian cepat, kemampuan adaptasi terhadap teknologi bukan lagi nilai tambah bagi sarjana PR, tapi sudah menjadi kebutuhan utama, khususnya teknologi Generative AI,” tuturnya saat ditemui pada acara peresmian izin operasional Universitas Cakrawala di Jakarta, Jumat (13/9).

Pendiri SEA Insight Institute ini juga mengatakan SDM hasil cetakan perguruan tinggi di bidang PR saat ini masih banyak yang belum siap kerja. Penyebabnya, karena tuntutan nilai ujian lebih diutamakan daripada tuntutan pengalaman.

“Ada banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk magang di berbagai proyek yang berkaitan dengan public relations. Tidak perlu menunggu tugas magang dari kampus. Saat awal kuliah pun bisa menawarkan diri ke berbagai perusahaan PR untuk kerja paruh waktu. Tidak perlu dibayar, karena yang terpenting adalah portofolio,” ungkap Zulkifli.

Baca juga : Dunia Kerja, MBKM, IKU, dan Implikasi Kurikulum 

Zulkifli juga menyebutkan banyaknya platform pembelajaran yang tersebar secara gratis di internet juga bisa dijadikan sebagai salah satu portofolio pembelajaran.

“Laporan Coursera baru-baru ini cukup menarik, ketika di Singapura yang mendaftar untuk kursus Generative AI meningkat 815% dibanding tahun lalu. Kalau saya melihat bahwa peningkatan tajam di negeri tetangga ini bukan hanya mencerminkan minat warga di sana untuk belajar teknologi, tapi juga menunjukkan upaya pelaku industri, pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi untuk mempersiapkan apa yang disebut dengan istilah AI-ready economies,” kata Zulkifli

Di momen yang sama, mantan CEO BukaLapak sekaligus pendiri Universitas Cakrawala Achmad Zaky mengatakan kurikulum yang dirumuskan dalam kampus tersebut berbasis kebutuhan industri sehingga mahasiswa tidak perlu belajar sesuatu yang tidak relevan.

Baca juga : Hadapi Era Industri 4.0, Pendidikan Berbasis STEAM Cetak Lulusan Siap Kerja

“Belajar dari Western Governors University sebagai penyuplai lulusan siap kerja terbanyak untuk Google, Facebook dan lainnya. Bukan Stanford University. Biaya kuliahnya terjangkau dan kurikulumnya inovatif,” ujarnya.

Pendiri dari Achmad Zaky Foundation tersebut juga menjadi bagian dari pemberi beasiswa untuk para mahasiswa, selain GARIS Institute dan Yayasan Dibimbing Pendidikan Indonesia.

“Mahasiswa-mahasiswa kami adalah mereka yang sudah bekerja sejak masih sekolah, sehingga Cakrawala menjadi wadah untuk mereka dalam mengejar ketertinggalan dalam pendidikan. Ketertinggalan tersebut karena mereka memang sibuk untuk membantu keluarga mereka,” jelasnya.

Kehadiran Universitas Cakrawala adalah untuk mendukung mereka dalam mengangkat keahlian mereka sehingga ke depannya dapat bekerja di tempat yang lebih baik dengan pendapatan yang lebih meningkat. Fokusnya adalah bidang teknologi dan bisnis yang menghadirkan pembelajaran komprehensif untuk jurusan Bisnis Digital, Keuangan dan Investasi, Ilmu Komputer, Sistem dan Teknologi Informasi, dan Sains Data.

“Terdapat total 1.067 pendaftar dan kami telah menyeleksi 600 mahasiswa sebagai angkatan pertama. Visi kami adalah Cakrawala bisa mengembangkan program studi di luar digital,” ungkapnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik