Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Susu Ikan tidak Bisa Disandingkan dengan Susu Sapi

M. Iqbal Al Machmudi
13/9/2024 20:26
Susu Ikan tidak Bisa Disandingkan dengan Susu Sapi
Dua orang anak menunjukkan produk susu ikan saat peluncuran di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (15/8/2023).(ANTARA)

AHLI gizi Masyarakat, Tan Shot Yen menekankan bahwa kandungan susu sapi tidak bisa dibandingkan dengan susu ikan yang saat ini banyak diperbincangkan masyarakat. Susu ikan yang dimaksud merupakan produk dari ikan yang sudah diolah menjadi suatu produk ultraproses.

Dalam ilmu gizi kenal ada empat tahapan yang disebut sebagai makanan-makanan yang dikonsumsi. Pertama adalah makanan utuh yang dibutuhkan anak-anak dan harus dipenuhi oleh pemerintah. Makanan utuh itu artinya sama sekali belum diproses.

"Tapi bisa diproses di rumah tangga. Seperti bikin ikan pesmol, pempek, ikan kuah asam. Lalu kemudian yang berikutnya adalah makanan yang diolah tetapi untuk bumbu. Seperti misalnya gula aren, minyak kelapa. Ketiga adalah makanan proses dan yang keempat produk ultraproses," kata Tan saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (13/9).

Baca juga : Susu Ikan jadi Alternatif Makan Bergizi Gratis, Gerindra: Aspirasi Masyarakat

Susu ikan tersebut merupakan produk ultraproses. Yang tidak bisa disandingkan head to head dengan susu sapi yang terpasteurisasi karena itu adalah produk makanan utuh.

"Selain itu, susu ikan yang dimaksud juga seperti suplementasi atau kepentingan medik khusus (PKMK) seperti kapsul ikan gabus yang meningkatkan kadar albumin bagi pasien-pasien yang membutuhkan peningkatan albumin. Jadi ini adalah posisinya sebagai suplementasi," ujar dia.

Kemudian seperti taburia yang dibagikan di posyandu sebagai fortifikasi makanan anak-anak.

Selanjutnya terkait masalah pemrosesan. Susu ikan tersebut membutuhkan biaya tinggi jangan sampai memunculkan masalah baru. "Bicara tentang affordability. Jadi jangan sampai kita menyelesaikan masalah dengan masalah baru. Tentu kita bicara tentang pemrosesan harganya lebih tinggi daripada menangkap ikan di laut," ungkapnya.

"Jadi jangan sampai pemerintah yang kelihatannya sedang berhemat, lalu kemudian uangnya malah habis untuk membeli produk," pungkasnya. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya