Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BALI adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan budaya, termasuk dalam hal aksara. Penggunaan aksara Bali di kantor pemerintahan dan swasta di provinsi ini diatur oleh Peraturan Gubernur Bali mengenai Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Tahun 2018.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat Bali untuk memahami aksara Bali secara mendalam agar mereka dapat ikut serta dalam penggunaannya dan pelestariannya.
Aksara Bali berasal dari aksara Brahmi India, melalui perantara aksara Kawi, dan memiliki hubungan erat dengan aksara Jawa.
Baca juga : Bulan Bahasa Bali, Upaya Lestarikan Bahasa dan Aksara Bali
Sejak pertengahan abad ke-15, aksara Bali telah digunakan secara aktif dalam sastra dan tulisan sehari-hari di Bali, dan masih diajarkan sebagai bagian dari kurikulum lokal, meskipun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari telah menurun.
Aksara Bali adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 18 hingga 33 aksara dasar, tergantung pada bahasa yang digunakan.
Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan mewakili satu suku kata dengan vokal inheren /a/, yang dapat diubah dengan diakritik tertentu.
Baca juga : Upaya Lestarikan Bahasa Dan Aksara Bali
Penulisan aksara Bali dilakukan dari kiri ke kanan, dan secara tradisional tidak menggunakan spasi antarkata (scriptio continua), meski dilengkapi dengan beberapa tanda baca.
Sebagian besar aksara Bali ditemukan dalam lontar, yaitu daun palem yang diproses khusus untuk dijadikan media tulis.
Media lontar telah digunakan di Indonesia sejak zaman Hindu-Buddha dan memiliki sejarah panjang di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Baca juga : Mengenal Aksara Sunda dan Contohnya
Daun palem yang digunakan untuk lontar di Bali adalah dari jenis palem tal (Borassus flabellifer), juga dikenal sebagai palem siwalan.
Hanya daun dari palem tertentu yang cocok untuk dijadikan lontar, dan yang dianggap terbaik di Bali berasal dari daerah kering di utara Karangasem, sekitar Culik, Kubu, dan Tianyar.
Aksara Bali digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menulis bahasa Bali. Tak hanya itu, aksara Bali ini juga dipakai untuk menulis rerajahan yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau kekuatan magis.
Baca juga : Mengenal Aksara Nusantara Sebagai Kekayaan Budaya Indonesia
Aksara Bali dibagi menjadi dua kategori berdasarkan fungsinya, yaitu aksara Biasa dan aksara Suci.
Aksara Biasa digunakan untuk menulis bahasa Bali dalam kegiatan sehari-hari, sementara aksara Suci digunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan keagamaan.
Kedua jenis aksara ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa variasi. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis aksara tersebut:
1. Aksara Wreastra
Aksara Wreastra terdiri dari 18 aksara konsonan yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, dan nya.
Vokal dalam aksara ini diambil dari aksara wisarga yang dipadukan dengan pangangge, seperti ulu, pepet, taleng, tedong, suku, dan taleng tedong.
2. Aksara Swalelita
Aksara Swalelita terdiri dari 47 aksara, yang mencakup 14 aksara vokal dan 33 aksara konsonan. Vokal dalam aksara Swalelita terdiri dari A, a, I, i, U, u, E, Ai, O, Au, re, ro, le, dan le.
Aksara konsonan dalam Swalelita dibagi lagi menjadi lima kelompok berdasarkan jenisnya: Kantia, Talawia, Musdanya, Dantia, dan Ostia.
3. Aksara Wijaksara
Aksara Wijaksara meliputi Ongkara, Rwa Bhineda, Triaksara, Pancaksara, Panca Brahma, Desaksara, Caturdasaksara, dan Sodasaksara.
Beberapa dari nama-nama aksara tersebut merupakan kombinasi dari aksara Wijaksara lainnya, seperti Caturaksara, Soaksara, dan Ekadaksara.
4. Aksara Modre
Aksara Modre adalah jenis aksara Bali yang sulit dibaca karena adanya pengangge aksara dan penggunaan gambar-gambar tertentu. Aksara Modre dibagi menjadi empat tipe: tipe utama, tipe aksara kotak, tipe lambang-lambang, dan tipe lainnya.
Untuk menulis angka dalam aksara Bali, perlu latihan terlebih dahulu. Menulis angka dengan aksara Bali bisa menjadi cukup rumit, terutama bagi pemula yang baru belajar aksara ini.
Namun, sebelum itu, mari kita mulai dengan mempelajari cara menghitung angka 1 hingga 10 dalam bahasa Bali di bawah ini:
1: besik,siki
2: dua, kalih
3: telu
4: papat
5: lima
6: nenem
7: pitu
8: kutus
9: sia
10: dasa
Di aksara Bali, tanda baca seperti titik dan koma dalam huruf Latin digantikan dengan istilah carik. Dalam bahasa Indonesia, carik berarti "selesai".
Carik terdiri dari dua jenis, yakni carik siki dan carik kalih. Carik siki berfungsi mirip dengan tanda koma, sedangkan carik kalih berfungsi seperti tanda titik.
Carik siki memiliki bentuk yang mirip dengan angka "1" dalam huruf Latin. Sementara itu, carik kalih ditandai dengan dua simbol yang terletak berdekatan.
Menulis aksara Bali memiliki aturan khusus yang perlu diperhatikan. Meskipun prosesnya mirip dengan menulis dalam bahasa lain, aksara Bali memiliki kompleksitas tambahan.
Dalam buku "Celah-celah Kunci Pasang Aksara Bali" oleh I Nengah Tinggen, dijelaskan beberapa aturan menulis aksara Bali sebagai berikut:
Koster juga berkomitmen agar menjalankan aksara Bali di tataran sekolah oleh para siswa saat berada di sekolah dan di luar sekolah secara masif.
Nilai-nilai yang dilahirkan dari kegiatan Bulan Bahasa Bali diharapkan dapat menyentuh hati seluruh masyarakat Bali, agar tidak ada ketakutan dalam menghadapi perkembangan dunia.
Koster memberikan waktu tiga bulan kepada pengelola mall dan pemilik gerai untuk menggunakan aksara bali pada nama gerai
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Ayu Martini menekankan pentingnya menjaga sistem subak yang menjadi warisan budaya dunia.
diharapkan para petani dapat memanfaatkan limbah organik yang sering dianggap sebagai sampah, pasalnya masih banyak petani belum memahami cara pengolahannya.
DESA Panji Anom, Kabupaten Buleleng (Bali Utara), dan Desa Abiansemal, Kabupaten Badung (Bali Selatan) bersama SW Indonesia menjawab dua tantangan besar di masyarakat.
Mobil Terbang, Robot Humanoid, dan Kolaborasi Global Hadirkan Masa Depan Transportasi Rendah Emisi
Kehadiran BNN di Bali diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi masyarakat dalam mendorong berbagai perbaikan, khususnya dalam upaya pemberantasan narkotika.
KEPALA BNN Komjen Marthinus Hukom memberi kuliah umum kepada lebih dari seribu mahasiswa di Bali bertempat di Auditorium Universitas Udayana Bali, Selasa (15/7).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved