Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KRISIS iklim dan pertumbuhan populasi yang pesat menjadi salah satu tantangan dalam menciptakan ketahanan pangan. Akademisi I Nengah Muliarta menawarkan pengolahan talas togog menjadi tepung. Meskipun selama ini lebih dikenal sebagai pakan ternak, namun talas togog yang bernutrisi tinggi ini bisa menjadi solusi inovatif diversifikasi pangan.
Akademisi Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi (FPST), Universitas Warmadewa (Unwar) itu menyatakan talas togog (Colocasia esculenta) merupakan varietas talas yang kaya akan karbohidrat, serat, dan berbagai vitamin penting. Kemampuannya tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk yang kurang subur, serta ketahanannya terhadap kondisi cuaca ekstrem menjadikannya pilihan ideal untuk daerah rawan pangan.
“Dengan memperkenalkan talas togog sebagai bahan pangan, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada sumber pangan konvensional yang lebih rentan terhadap fluktuasi cuaca,” kata I Nengah Muliarta saat memberikan pelatihan kepada anggota PKK Desa Batuan, Gianyar, Bali, Kamis (7/8).
Muliarta yang juga sebagai Ketua Tim Pengabdian ini mengatakan, berdasarkan data BPS tahun 2021 konsumsi beras per kapita di Indonesia mencapai 114,7 kg per orang per tahun. Konsumsi kemudian menurun pada saat ini hingga mencapai 90,6 kg per orang per tahun.
Sementara berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2022, konsumsi umbi-umbian yang kaya karbohidrat justru sangat rendah hanya 3,26 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan potensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan ubi atau talas sebagai pangan diversifikasi menjadi sangat menjanjikan.
“Permasalahannya sekarang bagaimana caranya agar mudah dikonsumsi atau digunakan dan daya simpannya panjang. Salah satunya dengan mengubahnya menjadi tepung, seperti yang kami lakukan saat ini,” ungkap Muliarta.
Menurut Muliarta, mengolah talas togog menjadi tepung merupakan strategi yang menjanjikan. Tepung talas dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat berbagai makanan seperti kue, roti, dan mie. Tepung talas juga dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu bagi penderita alergi gluten. Bahkan, ucap Muliarta, beberapa hasil penelitian menyatakan indeks glikemik talas tergolong sedang hingga rendah. Hal tersebut dapat kembali diturunkan dengan pengolahan tertentu, sehingga baik untuk pengelolaan gula darah.
Sementara itu Ketua PKK Desa Batuan, Kadek Dewi Sunastrini, berharap dengan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang baru bagi UMKM di Desa Batuan.
"Ini bisa menjadi upaya dalam pengembangan produk baru dan menjadi bagian dari pengembangan usaha bidang kuliner," kata Sunastrini.(M-2)
Program makan bergizi gratis (MBG) diharapkan juga menjadi langkah strategis dalam memperkenalkan diversifikasi pangan bagi generasi milenial.
WAKIL Presiden Ma’ruf Amin mengakui apabila sektor pertanian di Indonesia terus mengalami kemunduran dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Ma’ruf meminta pemerintah menjalankan kebijakan
Meski penanaman melon dilakukan pada musim kemarau, kata Wahyudi, DKPP Lamongan mampu memanen melon varietas red aroma dengan berat 1,5-1,7 kg per buah.
Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan melalui pola makan yang seimbang, pangan lokal Indonesia menjadi alternatif yang sehat dan mendunia.
GURU Besar dan Kepala Pusat Bioteknologi IPB University Dwi Andreas Santosa menilai perlu dilakukan diversifikasi pangan di wilayah Papua untuk mengatasi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved