Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DOKTER spesialis gizi klinik Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dr. Rozana Nurfitri Yulia, M.Gizi, Sp.GK mengatakan penderita diabetes melitus (DM) harus memperhatikan pilihan gula yang dikonsumsi untuk menjaga gula darah tidak naik drastis.
"Yang harus kita perhatikan pertama ada DM nggak, gula darahnya tinggi nggak, diabetes ga, kalau orang dengan diabetes kalau saya saran hanya gula pengganti, kalau nggak diabetes boleh maksimal 4 sendok makan," katanya dalam diskusi daring seperti dilansir dari Antara.
Rozana mengatakan gula yang biasa dikonsumsi masyarakat atau yang dijual di pasaran biasanya gula putih dan mengandung sukrosa.
Baca juga : Pasien Diabetes Masih Boleh Konsumsi Gula Pasir Asalkan...
Dia mengatakan pada penderita diabetes sukrosa masih diperbolehkan dikonsumsi dalam jumlah sewajarnya. Yang menjadi bahaya jika sukrosa sudah menjadi pemanis dalam minuman kemasan.
"Yang bahaya sukrosa yang dimasukkan ke dalam kemasan, itu menyebabkan peningkatan asam urat," ujarnya.
Terkait dengan pilihan gula, ia menyebut baik gula pasir putih maupun gula merah sama-sama memiliki sukrosa, namun dalam gula merah masih memiliki mineral yang tidak terkandung dalam gula putih sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis.
Baca juga : Ini Tips Mengurangi Konsumsi Gula pada Anak
Rozana juga mengatakan penderita diabetes harus berhati-hati mengonsumsi madu yang dijual di pasaran karena sebagian besar mengandung sukrosa berlebihan.
"Yang sering disalahgunakan menjadi pemanis adalah madu, itu juga nggak boleh untuk orang DM karena dari penelitiannya di semua institusi bahwa madu kita hampir 50 persen mengandung sukrosa, kalau saya nggak pernah menyarankan konsumsi madu," kata dia.
Dokter lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan, penderita diabetes biasanya sudah terbiasa dengan rasa manis yang berlebihan sehingga reseptor manis di lidah menjadi tidak terkontrol. Itu sebabnya konsumsi gula juga menjadi berlebih.
Baca juga : Ozempic, Obat Diabetes yang Dapat Memperlambat Penuaan dan Mengurangi Risiko Kardiovaskular
Ia mengatakan hal itu bisa dilatih dengan menurunkan asupan gula pada makanan dan minuman sehari-hari seperti memilih yang kandungan gula lebih rendah dan rendah kalori.
Sebagai solusi, Rozana menyarankan untuk menggunakan gula pengganti seperti gula saset yang memang diperuntukkan bagi penderita diabetes. Disarankan juga dikonsumsi hanya sebanyak satu saset perhari.
"Kita latih hanya satu saset, kalau kita latih karena dia terbiasa rasa manis itu bisa menurun, saran saya konsumsi satu saja perhari kalau orang diabetes melitus," katanya. (Ant/M-4)
dr Ika menghimbau untuk memperhatikan apakah ada luka gores pada kaki sebelum hendak melakukan terapi ikan.
Pola gaya hidup lebih penting untuk dikendalikan daripada hanya mengendalikan faktor genetik karena anak akan mengikuti kebiasaan aktivitas dan apa yang dikonsumsi orangtua.
Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan Klungkung juga aktif melakukan edukasi ke sekolah-sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemeriksaan tersebut masih bersifat awal karena dilakukan dengan metode cek gula darah sewaktu (tanpa puasa).
Diabetic foot dapat menyebabkan infeksi berat, gangren, hingga amputasi jika tidak ditangani dengan tepat.
Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama pada malam hari, biasanya disebabkan oleh tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes.
Gula merah memiliki warna cokelat kemerahan dan rasa manis yang khas, sedikit karamel, berbeda dengan gula pasir yang cenderung manis murni.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved