Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
HARGA obat di Indonesia yang mahal masih menjadi PR. Menteri Kesehatan Budi Gunadi menyebut harga obat di Indonesia 4–5 kali lipat lebih mahal dari negara tetangga.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melihat beberapa masalah yang masih dialami Indonesia terkait mahalnya harga obat. Salah satunya perihal rantai pasok yang panjang.
"Mata rantai distribusinya perlu diawasi. Bisa saja salah satu penyebabnya karena panjangnya mata rantai distribusi mulai transportasi, perizinan," kata Pengurus Harian YLKI Sri Wahyuni kepada Media Indonesia, Jumat (23/8).
Baca juga : Menkes Minta Kepala BPOM Baru Bantu Turunkan Harga Obat
"Indonesia hanya peracik tapi tidak mempunyai bahan baku. Sebaiknya rantai pemasarannya diperpendek. Jika makin panjang makin mahal karena harus bayar fee pemasaran juga," imbuhnya.
YLKI juga melihat selama ini bahan baku obat masih impor dan dikenai bea masuk yang tinggi. "Jadi harus diturunkan minimal setengahnya. Syukur-syukur kalau dibebankan dari bea masuk," jelas Yuni.
Ia juga menyarankan untuk memperbanyak obat generik ketimbang obat paten. "Karena bayar patennya juga mahal," pungkasnya. (H-2)
Kontroversi terkait obat generik di Tiongkok mencuat setelah kekhawatiran dokter mengenai ketidakefektifan obat-obat tersebut.
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan obat kanker paru generik pertama di Indonesia, Erlotinib dan sudah tersedia di e-katalog Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Obat ketika pertama kali muncul disebut obat paten dan saat patennya habis, semua berubah namanya menjadi obat generik."
Harga obat yang tinggi di Indonesia terjadi karena 90% bahan baku obat masih impor
Obat generik memiliki kualitas produk yang setara obat paten. Produksinya mengikuti standar internasional, Good Manufacturing Practises (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
Kepala BPOM Taruna Ikrar yang baru dklantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti masalah harga obat-obatan yang mahal di Indonesia.
Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) yang baru Taruna Ikrar untuk menurunkan harga obat di Indonesia.
Terkait bahan baku farmasi dalam negeri, perlu ada perhitungan rinci tentang nilai ekonomi ketersediaan bahan baku ini di bandingkan dengan kebutuhan penggunaannya di dalam negeri.
Ketua Umum PP IAI menilai izin edar tidak mempengaruhi harga obat yang tersebar di Indonesia.
Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong agar pemerintah penyusunan regulasi dan kebijakan yang lebih variatif sehingga harga obat dapat terjangkau oleh masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved