Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Apakah Konsumsi Daging Merah Meningkatkan Risiko Diabetes? Temuan Penelitian Terbaru

Eve Candela F
15/8/2024 14:12
Apakah Konsumsi Daging Merah Meningkatkan Risiko Diabetes? Temuan Penelitian Terbaru
Penelitian ilmuwan Harvard menunjukkan konsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 26% karena kandungan zat besi heme yang tinggi. (freepik)

APAKAH makan steak atau daging merah dapat meningkatkan risiko diabetes? 

Para ahli Amerika yang meneliti pola makan lebih dari 200.000 orang dewasa selama 36 tahun, mengatakan daging merah dapat meningkatkan risiko diabetes.

Dalam penelitian tersebut, ilmuwan Harvard menemukan orang dengan kadar zat besi heme (yang bersumber dari hewani) tinggi, yang ditemukan dalam daging merah, memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 hingga 26% lebih tinggi. Namun, hal yang sama tidak ditemukan pada sumber zat besi nabati seperti kacang-kacangan dan bayam, kata para ahli.

Baca juga : Manfaat Berjalan Setelah Makan Malam untuk Mengatur Gula Darah

Mereka menambahkan, penemuan mereka menunjukkan mengurangi daging merah dan menerapkan pola makan nabati dapat membantu menurunkan risiko diabetes. Para ahli juga memperingatkan para vegetarian dan vegan yang mengonsumsi suplemen zat besi heme bahwa suplemen tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Dengan menerbitkan temuan mereka di jurnal Nature Metabolism, para penulis mengatakan penelitian mereka menambahkan penelitian sebelumnya yang mendukung hubungan antara zat besi heme dan diabetes tipe 2. Para ilmuwan juga meneliti berapa banyak zat besi yang dikonsumsi peserta dan dalam bentuk apa. Apakah zat besi heme, zat besi nabati atau dari suplemen seperti pil penambah zat besi. 

Setelah itu, hasil informasi dari penelitian tersebut dibandingkan dengan informasi kesehatan peserta untuk mengetahui apakah mereka menderita diabetes tipe 2, dengan mempertimbangkan berbagai faktor kesehatan dan gaya hidup lainnya.

Baca juga : Konsumsi Penambah Darah, Bikin Kulit Glowing loh!

Hasilnya, orang-orang dengan asupan zat besi heme tertinggi ditemukan memiliki kemungkinan 26 persen lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok asupan terendah. Analisis terpisah juga meneliti susunan darah dari subkelompok peserta penelitian tersebut.

Pemeriksaan itu menekankan apakah darah memiliki biomarker, tanda kimia, yang terkait dengan bagaimana tubuh memproses zat besi serta penyakit diabetes. Kemudian para ahli menemukan asupan heme yang lebih tinggi dikaitkan dengan lebih banyak tanda diabetes tipe 2 dalam darah, serta biomarker yang lebih rendah dikaitkan dengan risiko diabetes yang lebih rendah, yang mendukung analisis mereka. 

Di samping itu, para penulis mengatakan penelitian mereka memiliki implikasi untuk pedoman diet dan strategi kesehatan masyarakat untuk mengurangi diabetes pada populasi. Mereka juga menandai temuan itu memiliki implikasi untuk para vegetarian dan vegan yang menambahkan zat besi heme ke dalam pola makan mereka yang mungkin berpikir mereka kebal terhadap dampak negatif kesehatan dari daging merah. 

Baca juga : Waspadai Diabetes Melitus pada Anak, Pahami Penyebab dan Cara Penanganannya

Zat besi heme juga kadang-kadang ditambahkan ke makanan palsu seperti burger vegan dalam upaya meningkatkan rasa dan tampilan dagingnya. 

Sementara itu, tahun 2021 hingga 2022, hampir 4,3 juta orang mengidap diabetes, dan 850.000 orang lainnya mengidap diabetes, yang sama sekali tidak disadarinya. Karenanya, hal ini memberikan kekhawatiran. Sebab diabetes tipe 2 yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi termasuk penyakit jantung dan stroke.

Profesor Frank Hu, seorang ahli gizi dan epidemiologi serta penulis studi tersebut, mengatakan "Studi ini menggarisbawahi pentingnya pilihan makanan sehat dalam pencegahan diabetes". 

Baca juga : Perkuat Peran Keluarga untuk Atasi Anemia pada Anak

Ia menambahkan, "Mengurangi asupan zat besi heme, terutama dari daging merah, dan menerapkan pola makan yang lebih berbasis nabati dapat menjadi strategi efektif dalam menurunkan risiko diabetes".

Di sisi lain, daging merah telah dianggap jahat selama puluhan tahun karena banyaknya bukti yang menunjukkan makan terlalu banyak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, dan kematian dini.

Meskipun merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang baik, termasuk zat besi, seng, dan vitamin B, makanan ini memiliki kadar garam dan lemak jenuh yang tinggi. Terkait risiko diabetes, daging merah sebelumnya dianggap berkontribusi terhadap masalah tersebut karena kandungan lemak jenuhnya dan kandungan garam dalam beberapa versi olahannya.

Mengonsumsi terlalu banyak lemak jenuh dapat meningkatkan risiko kegemukan, yang merupakan faktor risiko diabetes. Beberapa penelitian telah mengaitkan terlalu banyak garam, yang ditemukan dalam jumlah tinggi pada daging merah seperti bacon, juga telah dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2.

Produksi Insulin

Studi terbaru inilah yang merupakan bagian dari penelitian, yang menunjukkan zat besi heme sebagai faktor risiko lain, yaitu dapat mengganggu produksi insulin dalam tubuh. 

Insulin adalah hormon yang diproduksi tubuh untuk membantu mengelola kadar gula darah. Penderita diabetes tidak memproduksi cukup insulin secara alami yang berarti gula darah mereka menjadi terlalu tinggi. 

Namun, hubungan antara daging merah dan diabetes bersifat observasional, artinya belum dapat dibuktikan daging merah atau kadar zat besi hemenya secara langsung dapat menyebabkan diabetes tipe 2 atau apakah ada faktor lain yang berperan?

Penelitian terbaru juga dilakukan pada kelompok yang hampir 80 % adalah perempuan, yang sebagian besarnya berkulit putih, yang berarti temuan tersebut mungkin memiliki implikasi terbatas bagi laki-laki dan kelompok etnis lainnya. 

Keterbatasan lainnya adalah bahwa data mengenai asupan zat besi peserta dilaporkan sendiri, yang berarti hal itu dapat dipengaruhi oleh kesalahan. 

Kepala kesehatan Inggris menganjurkan untuk mengonsumsi setidaknya lebih dari 70 gram daging merah, seperti daging sapi, domba, atau babi. Atau mungkin daging olahan, seperti ham, bacon, dan salami.

Dengan demikian, daging merah juga kaya akan zat besi yang penting untuk produksi sel darah merah, dan jika tidak mengonsumsi cukup zat besi dapat meningkatkan risiko anemia. Kekurangan zat besi dapat memberikan gejala, seperti kelelahan, sesak napas, jantung berdebar-debar, kulit lebih pucat dari biasanya, dan sakit kepala.

Lebih lanjut, meskipun pola makan vegan atau vegetarian mengandung banyak zat besi, zat besi dalam makanan nabati tidak diserap oleh tubuh sebaik zat besi yang ditemukan dalam daging, sehingga sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang tepat. 

Asosiasi Ahli Diet Inggris menyarankan para vegan untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C dengan zat besi nabati yang membantu tubuh lebih mudah menyerap bentuk mineral zat besi ini. 

Contoh makanan kaya vitamin C antara lain jeruk, baik segar maupun yang dibuat jus, stroberi, paprika, kubis brussel, dan kentang.

Pria berusia 19 tahun dan perempuan di atas 50 tahun membutuhkan 8,7 mg zat besi sehari dan perempuan yang mengalami menstruasi antara usia 19-49 tahun membutuhkan sekitar 14,8 mg sehari, menurut NHS. 

Sebagai perbandingan, daging sapi giling mengandung sekitar 5,8 mg per porsi 160 g dan kacang lentil mengandung 4,9 mg per porsi 125 g.  Kacang-kacangan, roti gandum utuh, sereal sarapan yang difortifikasi, sayuran berdaun hijau, dan buah kering merupakan sumber zat besi yang baik, menurut NHS. 

Di Inggris, ada sekitar 5 juta orang yang mengidap diabetes, dan sekitar 850.000 di antaranya tidak menyadari bahwa mereka mengidap kondisi tersebut.  (dailymail/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik