Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
MALARIA dan demam berdarah dengue (DBD) adalah dua penyakit infeksi yang sering membingungkan banyak orang. Pasalnya keduanya memiliki gejala yang sama berupa demam tinggi.
Sekilas sama, namun keduanya disebabkan patogen yang berbeda dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Berikut adalah perbedaan utama antara malaria dan demam berdarah dengue, serta informasi penting yang perlu Anda ketahui tentang masing-masing penyakit.
Baca juga : Meningkat Tajam, Kasus DBD di Klaten Tembus 1.009 Sepanjang 2024, 31 Warga Meninggal
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium, yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Ada beberapa spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, termasuk Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae.
Gejala malaria biasanya muncul 10 hari hingga 4 minggu. Namun di beberapa kasus gejala baru muncul setelah 7 hari digigit nyamuk. Gejala yang ditunjukan berupa demam tinggi, menggigil, keringat malam, sakit kepala, nyeri otot, diare sulit bernapas, dan kelelahan. Tanpa pengobatan yang tepat, malaria dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah, seperti malaria serebral, yang dapat menyebabkan kejang, gangguan kesadaran, dan kematian.
Malaria dapat diobati dengan berbagai obat antimalaria, seperti klorokuin, artemisinin, dan kombinasi terapi berbasis artemisinin. Pencegahan malaria melibatkan penggunaan obat pencegah malaria, serta perlindungan dari gigitan nyamuk, seperti menggunakan kelambu dan repelan nyamuk.
Baca juga : DBD Berulang Berisiko Lebih Parah
Demam berdarah dengue, sering disebut dengue, disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi. Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Gejala dengue biasanya muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala awal meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan sendi (sering disebut "breakbone fever"), sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan ruam kulit.
Dalam kasus yang lebih parah, dengue dapat berkembang menjadi dengue berdarah, yang ditandai dengan pendarahan, penurunan jumlah trombosit darah, dan kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok dan kematian.
Baca juga : Ini Dampak Penderita DBD saat Terlambat Ditangani
Tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue, namun perawatan suportif seperti hidrasi yang cukup dan pengelolaan gejala sangat penting. Pencegahan utama dengue adalah menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu, repelan nyamuk, dan menghindari area dengan banyak nyamuk.
Memahami perbedaan antara malaria dan demam berdarah dengue sangat penting untuk diagnosis yang tepat dan penanganan yang efektif. Kedua penyakit ini memerlukan perhatian medis segera dan tindakan pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko infeksi.
Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau telah terpapar nyamuk di daerah endemik, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. (Z-3)
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Hari Kesadaran Kekerasan terhadap Lansia Sedunia diperingati WEAAD pertama kali diperingati pada 15 Juni 2006 dan diakui oleh PBB.
Jika jus jambu sudah terbukti secara ilmiah menaikkan trombosit, terapi dengue sudah sejak lama akan menggunakan jus ini.
Mungkin Anda pernah melihat ada nyamuk yang hanya mengincar orang tertentu. Misalnya dalam satu ruangan, ada orang yang diserang habis-habisan oleh nyamuk, sedangkan yang lain tidak.
Masyarakat diminta melakukan tindakan 3M, dengan membersihkan wadah-wadah yang bisa menampung genangan air bersih sebagai tempat nyamuk bersarang.
Pada 2024 tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian. Pemerintah, kata Dante, menargetkan zero dengue death pada 2030.
Peneliti Harvard menemukan dua obat yang bisa membunuh parasit malaria dalam tubuh nyamuk.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
Walaupun kecil, nyamuk bisa menjadi vektor penyakit berbahaya seperti demam berdarah (DBD), malaria, chikungunya, dan zika.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved