Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Guru Harus Sensitif Identifikasi Perundungan di Sekolah

Ihfa Firdausya
05/8/2024 22:02
Guru Harus Sensitif Identifikasi Perundungan di Sekolah
Sebanyak 1.000 siswa-siswi dari SMA, SMK, dan SLB se Kota Surabaya mensosialisasikan kampanye(MI)

KASUS perundungan pada anak di sekolah acap kali tidak tertangani dengan baik karena guru tidak sensitif terhadap fenomena ini. Ia terkadang tidak bisa mengidentifikasi suatu kejadian merupakan perundungan atau bukan.

Untuk itu, pengembangan kapasitas guru terkait perundungan perlu terus ditingkatkan. Hal itu disampaikan Wakil Ketua LP2M PP Muhammadiyah dan Dosen Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Khoiruddin Bashori dalam kegiatan Workshop Manajemen Konflik Berbasis Sekolah (MKBS) dalam rangkaian Kongres HUT Partai NasDem di Auditorium Ki Hajar Dewantara, Akademi Bela Negara NasDem, Jakarta Selatan, Senin (5/8).

"Belakangan ada sekolah yang orangtuanya mengadu karena anaknya dikeroyok sampai luka-luka. Ketika saya mencoba mengkonfirmasi kepada gurunya, jawab gurunya, 'Biasa, Pak, kelahi anak-anak. Hal-hal seperti itu malah diwajarkan," ungkap Khoiruddin.

Baca juga : Sekolah Harus Pahami Relasi Kuasa untuk Mencegah Perundungan

Menurutnya, kualitas interaksi guru dengan siswa harus diperhatikan. Ketika hubungan guru-murid tidak berkualitas, katanya, yang muncul adalah relasi kuasa. "Kalau komunikasinya lancar, enak, guru dengan anak-anak itu dekat, itu biasanya semua bisa dibicarakan secara baik," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa pengembangan kapasitas guru penting dilakukan untuk menciptakan sekolah yang aman dan nyaman.

Pelatihan atau edukasi pertama untuk guru adalah memberikan kesadaran untuk mengidentifikasi perundungan. "Ini termasuk perundungan atau bukan, bagaimana cara mencegahnya, kalau terjadi apa yang harus kita lakukan, strateginya apa? Itu hal-hal yang terus harus kita diskusikan karena di lapangan variasinya macam-macam," kata Khoiruddin.

Baca juga : Kemendikbud Ristek Perkuat Layanan Pendidikan Lewat Digitalisasi

Kemudian guru perlu dilatih soal empati dan iklusi. Tujuannya agar ia peka kalau ada tanda-tanda yang mengarah pada perundungan.

"Ini kok kayaknya (anak) selalu dijadikan sasaran. Coba kita selidiki apa yang terjadi. Siapa tahu (ada yang) sedang merencanakan sesuatu kepada korban," contohnya.

Kemudian, pengembangan keterampilan komunikasi. Khoiruddin menyebut komunikasi ada yang bersifat agresif, pasif, dan asertif. Yang terakhir itu yang paling baik. "Asertif itu terus terang tapi tidak menyakitkan hati. Ini yang harus dilatih," katanya.

Baca juga : 4 Ribu Guru Honorer Jakarta Direkomendasikan Masuk Dapodik

Selanjutnya, guru harus belajar untuk active listening atau mendengarkan secara aktif. "Jadi kalau mendengarkan itu ada respons. Kalau orang lain ngomong kita kasih tanggapan meskipun tanggapannya sedikit-sedikit," jelasnya.

Terakhir, sekolah perlu membuat kebijakan perihal penanganan bullying. Misalnya bagaimana kalau ada konflik, cara menyelesaikannya seperti apa, dan sebagainya. Tujuannya agar sekolah punya mekanisme kalau ada sebuah masalah dapat diselesaikan dengan baik.

"Kebijakan anti perundungan itu harus jelas, apa yang harus dilakukan. Lalu harus dikomunikasikan kepada semua pihak bahwa di sekolah ini kebijakannya seperti ini. Termasuk kepada anak dan orangtua," pungkasnya. (Z-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya