Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KITA semua tahu betapa menggugah selera camilan manis bagi anak-anak, tapi tahukah Anda bahwa konsumsi gula berlebih bisa berisiko bagi kesehatan mereka? Masalah kesehatan seperti diabetes anak menjadi semakin umum, dan penting bagi kita sebagai orangtua untuk memahami batas aman konsumsi gula untuk anak-anak kita.
Hingga tahun ini, sebanyak 1.645 anak di Indonesia telah didiagnosis dengan diabetes, dengan sebagian besar kasus merupakan diabetes tipe 1. Namun, diabetes tipe 2, yang seringkali terkait dengan pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat, juga menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan.
Gula berlebih dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan, termasuk obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta gangguan pencernaan dan karies gigi. Gula tambahan juga tidak memberikan manfaat gizi, sehingga penting bagi kita untuk memantau asupan gula anak dengan cermat.
Baca juga : Cegah Peningkatan Penderita Diabetes, Konsumsi Gula Harus Diatur
Menurut European Society for Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition (ESPGHAN), anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi gula lebih dari 5% dari total energi harian mereka. Berikut panduan sederhana untuk batas konsumsi gula berdasarkan usia anak:
- Usia 2-4 tahun: Maksimal 15-16 gram gula
- Usia 4-7 tahun: Maksimal 18-20 gram gula
Baca juga : Bun, Waspadai Kandungan Gula Tambahan dalam Produk Susu dan MPASI Ya!
- Usia 7-10 tahun: Maksimal 22-23 gram gula
- Usia 10-13 tahun: Maksimal 24-27 gram gula
- Usia 13-15 tahun: Maksimal 27-32 gram gula
Baca juga : Anak Obesitas Berisiko Diabetes, Cegah dengan MPASI Bergizi Seimbang
- Usia 15-19 tahun: Maksimal 28-37 gram gula
Untuk memberikan gambaran, 4 gram gula setara dengan satu sendok teh gula, jadi penting untuk memperhatikan setiap gram yang dikonsumsi anak setiap hari.
Saat ini para dokter spesialis anak telah menekankan pentingnya membaca label makanan dan minuman. Banyak makanan olahan dan minuman manis, seperti sereal dan biskuit, mengandung gula tersembunyi. Misalnya, 10 gram gula dalam ¾ cangkir sereal setara dengan 2 setengah sendok teh gula. Jumlah ini bisa bertambah dengan cepat jika anak terus meminta tambah. Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk memperhatikan dengan seksama kandungan gula pada label produk.
Baca juga : Kebiasaan Ngemil pada Anak Tingkatkan Risiko Diabetes
1. Beri Contoh
Anak-anak cenderung meniru pola makan orang dewasa di sekitarnya. Tunjukkan pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan membatasi makanan manis di depan anak.
2. Batasi Porsi Manis
Sajikan makanan manis dalam porsi kecil dan hanya pada acara atau hari khusus. Jangan membuat makanan manis menjadi bagian rutin dari diet anak.
3. Ajak Konsumsi Buah dan Sayuran
Buah-buahan mengandung gula alami yang lebih sehat dibandingkan dengan gula buatan. Ajak anak untuk mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral.
4. Hindari Hadiah Manis
Jangan menggunakan makanan manis sebagai hadiah. Hal ini bisa menyebabkan anak mengaitkan makanan manis dengan imbalan, yang dapat meningkatkan kecanduan gula.
5. Buat Sendiri
Membuat makanan manis di rumah bisa menjadi cara yang lebih sehat dan menyenangkan. Ajak anak untuk membantu membuat kue atau camilan sehat, dan gunakan bahan yang lebih bergizi.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda tidak hanya membantu anak menjaga kesehatan, tetapi juga mengajarkan mereka pola makan yang lebih baik dan keseimbangan dalam konsumsi gula. Ingat, kebiasaan sehat yang dimulai sejak dini akan membentuk fondasi yang kuat untuk kesehatan anak di masa depan.
(Z-9)
Makanan ini biasanya memiliki rasa manis yang dominan dan sering dikonsumsi sebagai pencuci mulut, camilan, atau pelengkap.
Pola hidup yang sering mengombinasikan nasi sebagai karbohidrat utama dengan sumber karbohidrat lainnya dari tepung-tepungan dapat meningkatkan risiko diabetes melitus.
Konsumsi gula yang berlebih oleh anak dapat memperburuk kondisi eksim karena memicu proses peradangan.
para peneliti dari Max Planck Institute for Metabolism Research di Cologne, menerbitkan sebuah laporan jurnal Science yang meneliti efek konsumsi gula setelah kita merasa kenyang.
Anak-anak lebih rentan mengalami kerusakan gigi karena sering kali sulit diajak untuk menjaga kebersihan gigi dengan baik.
Takjil yang dipilih bisa berupa potongan buah-buahan, 1 atau 3 butir kurma, dan langsung dilanjutkan dengan makan besar.
Menjaga pola makan adalah hal mutlak bagi penderita diabetes. Pasalnya, makanan tertentu dapat memicu lonjakan gula darah yang berbahaya.
BANYAK orang menikmati minuman berenergi karena dianggap memberikan tambahan energi secara cepat. Ada yang meminumnya untuk olahraga, hingga untuk begadang main bareng (mabar) gim
Konsumsi GGL sebabkan remaja alami overweight dan obesitas yang mengundang berbagai penyakit termasuk risiko gagal ginjal yang mengharuskan cuci darah.
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Niar Umar menyayangkan masih adanya produk susu anak dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) menggunakan gula tambahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved