Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Penjelasan BMKG Soal Udara Dingin Selama Beberapa Waktu Terakhir

Atalya Puspa
20/7/2024 10:45
Ini Penjelasan BMKG Soal Udara Dingin Selama Beberapa Waktu Terakhir
Ilustrasi(Freepik)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengenai fenomena udara dingin yang akhir-akhir ini menyelimuti sejumlah wilayah Indonesia. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, fenomena suhu dingin menjelang puncak musim kemarau pada Juli-Agustus, terkadang bisa sampai September disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup menuju Benua Asia melewati Wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia.

"Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya," kata Guswanto dalam keterangan resmi, Sabtu (20/7).

Baca juga : Suhu Bandung Dingin di Puncak Kemarau, Begini Penjelasan BMKG

Selanjutnya, angin itu mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia, terutama Wilayah Bagian Selatan Khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin. 

Orang Jawa menyebutnya Mbedhidhing, Wilayah di Pulau Jawa yang terasa lebih dingin adalah Pegunungan Bromo (Wilayah Bromo,Tengger dan Semeru), Pegunungan Sindoro-Sumbing (Kota Wonosobo dan Temanggung) dan Wilayah Lembang Bandung. Bahkan, pada 7 Juli 2024, suhu minimum terjadi di Dataran Tinggi Dieng mencapai 1 derajat Celcius pada pukul 02.00.

Guswanto mengungkapkan di samping Monsun Australia, fenomena tersebut di atas juga disebabkan oleh faktor Posisi Geografis, Kondisi Topografis, Ketinggian Wilayah dan Kelembaban udara yg relatif kering.

Baca juga : BMKG: Suhu Dingin Pertanda Masuk Musim Kemarau

"Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto.

Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. 

Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.

Baca juga : Prakiraan Cuaca Hari Ini, Mayoritas Kota-Kota Besar Cerah Berawan

"Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah," imbuhnya.

Dalam satu pekan ke depan, lanjut dia, cuaca cerah - berawan diprakirakan masih akan mendominasi wilayah Indonesia khususnya bagian selatan. 

Meskipun demikian, potensi hujan dengan intensitas signifikan masih dapat terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan.

Baca juga : Prakiraan Cuaca Hari Ini, Kondisi Suhu di Indonesia Lebih Dingin 

Sementara itu Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengatakan berdasarkan pantauan BMKG, terdapat daerah tekanan rendah di perairan barat Filipina (bibit Siklon Tropis 91W) dan di Laut Filipina sebelah utara Papua (bibit Siklon Tropis 92W). 

Andri menjelaskan bahwa daerah tekanan rendah ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut Filipina bagian barat, Laut Sulawesi hingga perairan timur Filipina. 

Daerah konvergensi lainnya terpantau di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara bagian barat, Laut Seram, Laut Arafuru, dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.

"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah tekanan rendah dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi tersebut," ujarnya.

Fenomena intrusi udara kering/dry intrusion dari BBS melintasi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku, yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab di Sulawesi bagian tengah, Maluku, dan Pulau Papua.

Andri menambahkan bahwa peningkatan kecepatan angin hingga mencapai >25 knot, juga terpantau di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia sebelah barat daya, hingga selatan Jawa Barat, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Laut Halmahera, dan Laut Maluku yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut. Sedangkan, labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Selatan, Bengkulu, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Papua Tengah, Papua dan Papua Pegunungan.

"Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 18 - 25 Juli 2024. Diantaranya berupa hujan sedang - lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang terdapat di wilayah Sumatra Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua. Kondisi ini juga berpotensi menimbulkan angin kencang di wilayah Banten, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua Tengah," paparnya.

"Kepada masyarakat di wilayah tersebut, kami himbau untuk senantiasa waspada dan siap-siaga. Utamanya apabila sedang berkendara ketika angin kencang terjadi karena dapat mengakibatkan baliho dan pohon tumbang atau menerbangkan material-material berbahaya," tambah Andri. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya