Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BERDSARKAN Global TB Report 2023, Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus tuberculosis (TB) kedua tertinggi di dunia setelah India. Berdasarkan laporan tersebut, estimasi kasus TB di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus. Padahal sebelum covid-19, estimasi kasus TB di Indonesia berada di sekitar 800.000.
Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Tiffany Tiara Pakasi menyebut lonjakan estimasi kasus TB tersebut terjadi karena penemuan atau deteksi yang turun selama masa covid-19.
“Estimasi ini berdasarkan pemodelan yang dihitung oleh WHO, kalau kasus yang belum ditemukan berpotensi menularkan ke sekian orang. Deteksi yang turun menyebabkan estimasi insiden di masyarakat jadi meningkat,” kata Tiara dalam webinar Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/6).
Baca juga : Heru Perbolehkan pasien TBC non KTP DKI Berobat di Jakarta
Pada 2019, kasus yang ditemukan (notifikasi kasus) sekitar 568.000 atau 60% dari estimasi kasus saat itu (sekitar 800.000). Memasuki masa covid, deteksi itu semakin turun ke angka 393.323 kasus yang ditemukan pada 2020 atau 48% dari estimasi. Lalu kembali turun menjadi 46% di 2021.
“Pada 2022 kita bisa mulai kembali ke essential house care, fokus juga untuk TB yang dipantau langsung oleh Pak Menteri,” ungkap Tiara.
Pada 2022, kasus TB yang ditemukan mencapai 724.309 kasus dari 1.060.000 estimasi kasus atau sekitar 68%. Pada 2023 bahkan notifikasi kasusnya mencapai 821.200 atau 77%. Sementara pada 2024 hingga Mei baru ditemukan 249.618 atau 24% dari estimasi.
Baca juga : WHO Ungkap Skrining Tb Lebih Efektif Digabung dengan Terapi Pencegahan Tuberkolosis
“Jadi memang kalau dibilang lonjakan, pertama karena waktu itu kita belum menemukan atau mendeteksi dan mengobati mencapai target, ditambah penurunan penemuan kasus di masa covid-19. Akhirnya estimasi meningkat. Tapi kita bersyukur deteksi kita juga bisa dipulihkan di 2022 dan 2023,” jelasnya.
Untuk mencapai eliminasi TB pada 2030 sesuai dengan target global, Indonesia harus mencapai target menemukan kasus setidaknya 90% dari estimasi kasus. Kemudian dari pasien yang diobati harus bisa sembuh atau menyelesaikan pengobatan (success rate) minimal 90%.
“Indikator ketiga adalah mengatasi mereka yang belum TB aktif tapi sudah mengalami infeksi atau sudah ada bakterinya, diberikan terapi pencegahan TB (TPT). Setidaknya kelompok kontak serumah yang merupakan risiko tinggi setidaknya 80% diberikan TPT,” kata Tiara.
Baca juga : Kasus Tuberkulosis Anak Naik Dua Kali Lipat Dibanding 2021
Sejumlah tantangan masih ditemui. Misalnya tidak semua orang yang sudah dinyatakan TB langsung berobat. “Penyebabnya macam-macam, ada yang masih ragu, masih minta second opinion. Karena pengobatannya 6 bulan ada juga mau coba obat alternatif dulu,” ujar Tiara.
Ia menyampaikan enam strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi TB. Pertama, penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi TB.
Kedua, peningkatan akses layanan TB bermutu dan berpihak pada pasien. Ketiga, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan TB dan pengendalian infeksi.
Keempat, pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tata laksana TB. Kelima, peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dalam eliminasi TB. Keenam, penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan. (Z-8)
Dokter spesialis respirologi anak konsultan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Wahyuni Indawati menyatakan bahwa kontak erat di rumah merupakan faktor risiko utama dalam penularan TBC anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut Tuberkulosis (TBC) pada anak-anak bisa menyebabkan komplikasi berupa cacat permanen hingga kematian.
TBC adalah penyakit infeksius yang mudah menular secara langsung melalui udara. TBC rentan kepada anak-anak di usia tersebut karena daya tahan tubuh yang belum optimal.
"Indonesia tidak akan berhasil mengatasi TB jika tidak mengendalikan TB laten," kata Ketua Yayasan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) Nurul Luntungan.
Penyakit tuberkulosis (Tb) pada anak menjadi perhatian pemerintah. Ini karena kenaikan angkanya lebih dari dua kali lipat.
Kegiatan penemuan aktif untuk Tuberkulosis (Tb) sangat efisien dan efektif bila digabungkan dengan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis
Si kecil cenderung lebih mudah pilek dan batuk di musim hujan. Pengaruh cuaca pada perkembangan kuman menjadi salah satu penyebabnya.
Belum sempurnanya sistem daya tahan tubuh si kecil membuat mereka rentan mengalami batuk pilek. Berikut langkah-langkah yang dapat Bunda lakukan untuk meredakannya.
Cara orangtua mengenali napas cepat dan sesak pada anak ialah hitung napas anak dalam 1 menit.
Meskipun dianggap aman oleh para ahli, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, seperti pemilihan permen yang tepat dan batasan konsumsi mentol.
Mengatasi batuk tidak selalu memerlukan obat-obatan kimia. Beberapa bahan alami terbukti efektif untuk meredakan batuk.
Batuk adalah mekanisme tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari iritan, lendir, atau partikel asing.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved