Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kemenkes: Anak di Papua Terkena Tb-RO 16 Kasus, bukan 215

M Iqbal Al Machmudi
16/11/2024 14:50
Kemenkes: Anak di Papua Terkena Tb-RO 16 Kasus, bukan 215
Ilustrasi(freepik.com)

KEMENTERIAN Kesehatan  (Kemenkes) menjelaskan pemeberitaan pada tanggal 14 November 2024 tentang 727 anak di Papua terinfeksi bakteri tuberculosis (Tb) adalah informasi yang kurang tepat karena terdapat kekeliruan di dalam menampilkan data penemuan kasus di Provinsi Papua.

Berdasarkan data Sistem Informasi Tb (SITB) dari Kemenkes terdapat 727 kasus Tb Sensitif Obat ditangani oleh Obat Anti Tuberkolosis, OAT pada anak di Provinsi Papua. Adapun, kasus 215 Tb Resisten Obat (Tb-RO) itu bukan pada anak-anak saja, namun untuk keseluruhan kasus Tb-RO anak-anak dan dewasa di Papua. 

Sekitar 7% atau 16 kasus merupakan kasus Tb-RO pada anak. Tb-RO adalah bentuk Tb yang tidak dapat diobati hanya dengan pengobatan standar, namun perlu diberikan obat Tb multidrug-resistant (MDR-TB).

"Penggunaan obat yang tidak tepat atau terputusnya pengobatan menjadi salah satu penyebab utama resistansi. Peningkatan penemuan kasus TBC bukan hanya mencerminkan meningkatnya jumlah kasus, tetapi juga mencerminkan upaya peningkatan deteksi dan pelaporan yang lebih baik dari pihak kesehatan di daerah tersebut," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aji Muhawarman dalam keterangannya Sabtu (16/11).

Semakin cepat dan banyak kasus Tb anak yang ditemukan, maka semakin besar kesempatan untuk lebih cepat menangani dan mengobatinya sampai tuntas. Pada anak-anak, pengobatan sering terhambat karena masalah kepatuhan dalam mengonsumsi obat, yang sering disebabkan oleh rasa tidak nyaman, dosis yang tidak sesuai, atau ketidakmampuan orang tua dalam memantau pengobatan dengan benar.

Adapun upaya pemerintah dalam penanggulangan Tb anak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan sistem kesehatan lokal misalnya kader atau bidan kampung dalam mendeteksi dan merujuk kasus Tb ke puskesmas secara lebih cepat.

"Meningkatkan pelaksanaan investigasi kontak atau pelacakan kontak serumah dan kontak erat dari setiap kasus Tb anak, untuk mencari sumber infeksi Tb pada orang dewasa di sekitarnya," ujarnya.

Mendistribusikan obat anti-TBC (OAT) untuk anak-anak serta masyarakat umum. Memberikan edukasi tentang pencegahan Tb dan meningkatkan kualitas dan jumlah tenaga medis yang terlatih untuk menangani Tb anak, terutama dengan kasus berat.  (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya