Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DOKTER spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rini Sekartini mengatakan anak dengan spektrum autisme dapat didukung potensinya hingga menjadi orang hebat.
"Pada masa balita, kenali kemampuan atau kelebihan anak. Baik dari segi seni maupun ilmiah. Bila sudah diidentifikasi, sebaiknya berikan porsi latihan kegiatan tersebut lebih besar, ajak berkompetisi atau melakukan pameran hasil karya mereka," kata Rini, dikutip Selasa (30/4).
Dia menjelaskan spektrum autisme adalah gangguan perkembangan saraf otak pada awal kehidupan, ditandai adanya defisit dalam 2 domain, yaitu interaksi sosial, komunikasi,perilaku dan aktivitas berupa pola perilaku stereotipikal, repetitif, restriktif, serta minat yang terbatas.
Baca juga : Tangani Individu Dewasa Autistik, LSPR Gelar Forum Diskusi
"ASD (autism spectrum disorder) bukan gangguan fungsional semata tetapi didasari oleh gangguan organik seperti perubahan neurokimiawi otak, kelainan neuroanatomi, dan faktor genetik," katanya.
Dia menjelaskan autisme bukan suatu penyakit infeksi dan penanganan dapat dilakukan, antara lain berupa perbaikan perilaku anak, serta kemampuan mereka beradaptasi dan bersosialisasi.
Menurutnya, penanganan tersebut memerlukan waktu yang panjang, dan peran orangtua serta anggota keluarga lainnya krusial dalam hal itu.
Baca juga : Autisme Sudah Bisa Didiagnosa Sejak Anak Usia Setahun
Keluarga, katanya, wajib mengulang latihan yang dilakukan seperti terapi bicara dan okupasi. Semua anggota keluarga perlu kompak dalam membantu anak dengan autisme untuk berkembang dan menjadi mandiri.
"Terapi dapat membantu meningkatkan fungsi dan kemampuan anak, tetapi terapi yang utama dan pertama adalah keluarga," katanya.
Dia menjelaskan terdapat dua faktor risiko autisme, yaitu genetik dan lingkungan.
Baca juga : Anak Rentan Terkena Radang Telinga Tengah
Pada faktor genetik, katanya, jika seseorang memiliki saudara laki-laki, saudara perempuan, saudara kembar, atau orangtua yang autis, kemungkinan besar seseorang juga mengidap autisme.
"Misalnya, jika salah satu kembar identik didiagnosis ASD, kemungkinan kembar lainnya juga autis adalah 60%-90%," kata Rini.
Adapun faktor-faktor risiko lain, katanya, seperti kelahiran prematur, atau berat badan lahir sangat rendah.
Baca juga : Ini Syarat Anak Autisme Bisa Bersekolah Inklusif
Dia juga mengatakan, risiko autisme lebih tinggi pada anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan pada mereka yang tidak menderita penyakit tersebut.
Dia juga menyebut autisme lebih sering dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
"Studi menunjukkan paparan orangtua terhadap logam berat dan racun lingkungan lainnya selama kehamilan," ujar Rini.
Dia juga menyebut, pada faktor lingkungan lain, beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan antara infeksi virus tertentu atau ketidakseimbangan metabolisme dan kemungkinan terlahir dengan autisme.
"Anak-anak yang lahir dari orangtua yang lebih tua juga memiliki peluang lebih besar, menurut CDC," katanya.
Ada juga faktor prenatal atau ketika kehamilan anak tersebut, katanya, antara lain obesitas, demam, gizi buruk, polusi udara, dan paparan pestisida. (Ant/Z-1)
Selain dukungan dalam bentuk kebijakan, efektivitas sistem perlindungan perempuan dan anak sangat membutuhkan political will dari para pemangku kepentingan.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas serta memicu diabetes dan gangguan kesehatan jantung.
FENOMENA masalah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi sejak lama, dan bukan menjadi hal yang asing lagi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved