Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Jadi Orang Hebat

Basuki Eka Purnama
30/4/2024 11:17
Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Jadi Orang Hebat
Sejumlah anak-anak penyandang autisme menampilkan bakat pada kegiatan Autism Awareness oleh Kampusnya Manusia di Bekasi, Jawa Barat.(ANTARA/ Fakhri Hermansyah)

DOKTER spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rini Sekartini mengatakan anak dengan spektrum autisme dapat didukung potensinya hingga menjadi orang hebat.

"Pada masa balita, kenali kemampuan atau kelebihan anak. Baik dari segi seni maupun ilmiah. Bila sudah diidentifikasi, sebaiknya berikan porsi latihan kegiatan tersebut lebih besar, ajak berkompetisi atau melakukan pameran hasil karya mereka," kata Rini, dikutip Selasa (30/4).

Dia menjelaskan spektrum autisme adalah gangguan perkembangan saraf otak pada awal kehidupan, ditandai adanya defisit dalam 2 domain, yaitu interaksi sosial, komunikasi,perilaku dan aktivitas berupa pola perilaku stereotipikal, repetitif, restriktif, serta minat yang terbatas.

Baca juga : Tangani Individu Dewasa Autistik, LSPR Gelar Forum Diskusi

"ASD (autism spectrum disorder) bukan gangguan fungsional semata tetapi didasari oleh gangguan organik seperti perubahan neurokimiawi otak, kelainan neuroanatomi, dan faktor genetik," katanya.

Dia menjelaskan autisme bukan suatu penyakit infeksi dan penanganan dapat dilakukan, antara lain berupa perbaikan perilaku anak, serta kemampuan mereka beradaptasi dan bersosialisasi.

Menurutnya, penanganan tersebut memerlukan waktu yang panjang, dan peran orangtua serta anggota keluarga lainnya krusial dalam hal itu. 

Baca juga : Autisme Sudah Bisa Didiagnosa Sejak Anak Usia Setahun

Keluarga, katanya, wajib mengulang latihan yang dilakukan seperti terapi bicara dan okupasi. Semua anggota keluarga perlu kompak dalam membantu anak dengan autisme untuk berkembang dan menjadi mandiri.

"Terapi dapat membantu meningkatkan fungsi dan kemampuan anak, tetapi terapi yang utama dan pertama adalah keluarga," katanya.

Dia menjelaskan terdapat dua faktor risiko autisme, yaitu genetik dan lingkungan. 

Baca juga : Anak Rentan Terkena Radang Telinga Tengah

Pada faktor genetik, katanya, jika seseorang memiliki saudara laki-laki, saudara perempuan, saudara kembar, atau orangtua yang autis, kemungkinan besar seseorang juga mengidap autisme.

"Misalnya, jika salah satu kembar identik didiagnosis ASD, kemungkinan kembar lainnya juga autis adalah 60%-90%," kata Rini.

Adapun faktor-faktor risiko lain, katanya, seperti kelahiran prematur, atau berat badan lahir sangat rendah. 

Baca juga : Ini Syarat Anak Autisme Bisa Bersekolah Inklusif

Dia juga mengatakan, risiko autisme lebih tinggi pada anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan pada mereka yang tidak menderita penyakit tersebut.

Dia juga menyebut autisme lebih sering dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

"Studi menunjukkan paparan orangtua terhadap logam berat dan racun lingkungan lainnya selama kehamilan," ujar Rini.

Dia juga menyebut, pada faktor lingkungan lain, beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan antara infeksi virus tertentu atau ketidakseimbangan metabolisme dan kemungkinan terlahir dengan autisme.

"Anak-anak yang lahir dari orangtua yang lebih tua juga memiliki peluang lebih besar, menurut CDC," katanya.

Ada juga faktor prenatal atau ketika kehamilan anak tersebut, katanya, antara lain obesitas, demam, gizi buruk, polusi udara, dan paparan pestisida. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya