Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
FLU Singapura umumnya dianggap ringan, dampaknya dapat menjadi serius terutama jika tidak ditangani dengan tepat. Dalam paparan melalui Zoom pada Selasa (04/03), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Edi Hartoyo memberikan wawasan mendalam mengenai gejala dan penanganan flu Singapura.
"Kasus flu Singapura seringkali tidak mendapat perhatian serius karena gejalanya yang umumnya ringan. Namun, kita harus memahami bahwa beberapa komplikasi yang mungkin timbul bisa berakibat fatal," ungkap Edi dengan tegas.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI ini menjelaskan bahwa gejala flu Singapura tidak selalu konsisten. Namun, ia menekankan bahwa gejala neurologis seperti kejang juga patut diwaspadai.
Baca juga : Ini Tips agar Mudik Aman dan Bebas dari Flu Singapura
Gejala penyakit flu Singapura biasanya muncul 3–6 hari setelah seseorang terinfeksi virus. Biasanya, gejala awal termasuk demam atau sakit tenggorokan, diikuti oleh munculnya sariawan, ruam, dan lepuh dalam rentang waktu 1–2 hari setelahnya.
Penderita flu Singapura dapat mengalami beberapa atau seluruh gejala berikut:
Flu Singapura ini juga dalam diagnosisnya biasanya dokter melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami pasien, riwayat aktivitas, dan perjalanan pasien sebelumnya, disertai pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan tersebut meliputi:
Baca juga : 7 Fakta Cacar Air yang Amat Menular, Cegah dengan Vaksin
- Tes darah: Mengambil sampel darah dari vena untuk memeriksa kondisi umum tubuh seperti jumlah sel darah dan konsentrasi zat tertentu seperti glukosa dan kolesterol.
- Tes feses: Mengambil sampel tinja untuk mencari tanda-tanda gangguan pencernaan atau infeksi saluran pencernaan seperti darah dalam tinja atau keberadaan parasit.
- Tes usap: Mengambil sampel dari permukaan tubuh atau membran mukosa untuk mencari tanda-tanda bakteri, virus, atau jamur, sering digunakan untuk diagnosis infeksi.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan, "Dalam beberapa kasus, flu Singapura dapat menyebabkan komplikasi neurologis serius seperti meningitis atau ensefalitis. Inilah mengapa penting bagi masyarakat untuk mengenali gejalanya dan segera mencari bantuan medis jika diperlukan," tambahnya.
Terkait penanganan flu Singapura, Edi menyoroti pentingnya istirahat yang cukup dan konsumsi cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi. Meskipun belum ada terapi spesifik untuk flu Singapura, penanganan simtomatik dan menjaga daya tahan tubuh tetap menjadi fokus utama.
Baca juga : Kena Cacar Air, Kapan Anak Bisa Kembali ke Sekolah?
"Ada baiknya untuk memberikan perhatian khusus pada anak-anak dengan sistem imun yang lemah atau gangguan kesehatan lainnya. Pemberian immunoglobulin bisa dipertimbangkan dalam kasus-kasus tertentu, meskipun dengan risiko yang perlu dipertimbangkan," jelas Edi.
Dalam kesempatan ini, Edi juga menegaskan bahwa pencegahan tetap menjadi langkah terbaik dalam menghadapi flu Singapura.
"Kita harus selalu mengutamakan upaya pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Dengan langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan secara teratur dan menghindari kontak langsung dengan penderita, kita dapat meminimalkan risiko penularan penyakit flu Singapura," tutupnya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dan diajarkan kepada Anda dan anak untuk mencegah flu Singapura adalah:
Kenali penyakit gondongan yang belakangan penularannya menyebar di kalangan anak-anak.
Vaksin cacar air (varicella) dapat menurunkan risiko infeksi dan mengurangi gejala jika terinfeksi, meskipun tidak sepenuhnya mencegah penyakit tersebut.
Monkeypox adalah penyakit yang semakin menarik perhatian dunia, terutama setelah beberapa kasus dilaporkan di berbagai negara.
Mumps, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai gondongan, adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus mumps.
Sebanyak 60-70% kasus demensia merupakan penyakit Alzheimer.
Ahli kesehatan keluarga dr. Meriana Virtin mengatakan Indonesia berada dalam sabuk talasemia dunia dengan angka sifat genetik 3-8% yang artinya sebanyak 8-22 juta penduduk membawa genetik.
Varian baru virus SARS-CoV-2 yang dikenal dengan nama Nimbus atau varian NB.1.8.1 mulai menarik perhatian dunia setelah penyebarannya meningkat di sejumlah negara Asia.
PARA ilmuwan di Tiongkok telah menemukan sejumlah virus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di dekat manusia.
Peneliti di Tiongkok menemukan 20 virus baru di ginjal kelelawar Yunnan, dua di antaranya mirip dengan virus mematikan Nipah dan Hendra.
HPV itu ada banyak jenisnya, inkubasinya, dan gejalanya. Tidak semua virus HPV bisa memicu kanker serviks. Sebagian hanya memiliki gejala seperti kutil dan menghilang dengan sendirinya.
Para ilmuan mendalami sistem imunitas yang dimiliki kelelawar untuk mengatasi virus.
Virus ini dapat masuk ke tubuh manusia lewat perantara nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved