Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERUBAHAN iklim menyebabkan gelombang panas melambat secara signifikan, mengekspos manusia pada suhu ekstrem untuk jangka waktu yang lebih lama dari sebelumnya, demikian menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, Jumat (29/3).
Meskipun penelitian sebelumnya telah menemukan perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih panjang, lebih sering, dan lebih intens, makalah baru ini berbeda dengan memperlakukan gelombang panas sebagai pola cuaca yang berbeda yang bergerak sepanjang arus udara, sama seperti badai.
Untuk setiap dekade antara tahun 1979 hingga 2020, peneliti menemukan gelombang panas melambat dengan rata-rata lima mil (delapan kilometer) per jam per hari.
Baca juga : PBB: Perubahan Iklim Perburuk Gelombang Panas dan Kualitas Udara
"Jika gelombang panas bergerak lebih lambat, itu berarti panas dapat bertahan di suatu wilayah lebih lama, sehingga memiliki efek pada komunitas," kata penulis senior Wei Zhang dari Universitas Negara Bagian Utah kepada AFP.
Para peneliti membagi dunia menjadi sel-sel grid tiga dimensi dan mendefinisikan gelombang panas sebagai zona sejuta kilometer persegi di mana suhu mencapai setidaknya persentil ke-95 dari suhu maksimum historis lokal. Kemudian mereka mengukur pergerakan mereka dari waktu ke waktu untuk menentukan seberapa cepat udara panas tersebut bergerak.
Mereka juga menggunakan model iklim untuk menentukan bagaimana hasilnya akan terlihat tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, dan menemukan bahwa faktor-faktor buatan manusia memainkan peran besar.
Baca juga : 2023 Jadi Tahun Terpanas Sejak Era Praindustri, Hasil Studi Copernicus
"Bagi kami cukup jelas bahwa faktor dominan di sini untuk menjelaskan tren ini adalah dorongan antropogenik, yaitu gas rumah kaca," kata Zhang.
Perubahan tersebut telah meningkat terutama sejak 1997 dan selain penyebab manusia, pelemahan sirkulasi udara atmosfer atas juga dapat berperan, demikian disebutkan dalam makalah tersebut.
Durasi gelombang panas juga meningkat, dari rata-rata delapan hari pada awalnya, menjadi 12 hari selama lima tahun terakhir periode studi.
Baca juga : Spanyol Catat Rekor Suhu Tertinggi Bulan Desember
"Hasil ini menunjukkan bahwa gelombang panas yang bergerak lebih lambat dan bergerak lebih lambat serta lebih besar akan menyebabkan dampak yang lebih menghancurkan pada sistem-sistem alami dan sosial di masa depan jika GHG terus meningkat, dan tidak ada langkah mitigasi yang efektif diambil," tulis para penulis.
Zhang mengatakan ia khawatir dengan dampak yang tidak proporsional pada wilayah yang kurang berkembang.
"Terutama, kota-kota yang tidak memiliki infrastruktur hijau yang cukup atau tidak banyak pusat pendinginan untuk beberapa orang, terutama untuk populasi yang kurang beruntung, akan sangat berbahaya," peringatannya. (AFP/Z-3)
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Sebanyak 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir.
"Karena Pulau Gag masuk dalam kategori pulau kecil, kegiatan penambangan bukan kegiatan yang diprioritaskan, serta dilarang sebagaimana Pasal 1 angka 3, Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 35 huruf K,"
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Salah satu penyebab utama banjir rob adalah kondisi geologi tanah di wilayah tersebut yang masih berupa aluvial muda dan dominan lempung, sehingga air pasang sulit meresap ke dalam tanah.
Pada 2024, Climate Hack mengangkat isu-isu iklim krusial seperti pengelolaan sumber daya alam, limbah, transportasi, hingga pertanian dan kehutanan.
Indeks panas, ukuran suhu udara dan kelembapan relatif, berada di tingkat ‘bahaya’ di Manila dan dua wilayah lain di Filipina.
Lebih dari 47.000 orang meninggal di Eropa akibat suhu panas yang ekstrem pada tahun 2023, dengan Inggris menempati peringkat ketujuh dalam jumlah kematian keseluruhan.
Tim Indonesia berusaha mengantisipasi cuaca ekstrem selama berlangsungnya Olimpiade Paris 2024 dengan memasang Air Conditioner atau AC di kamar Olympic Village
Gelombang panas melanda Paris saat penyelenggaraan Olimpiade 2024 berlangsung. Atlet-atlet yang berlaga bahkan ada yang mengenakan rompi es.
Gelombang panas dengan suhu mencapai 35 derajat Celsius atau lebih telah tiba di Jepang, meningkatkan konsumsi pada beberapa produk seperti semangka, es krim, dan minuman.
Sebanyak 9.105 orang dilarikan ke rumah sakit karena sengatan panas di Jepang melonjak empat kali lipat selama minggu terakhir
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved