Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Ahli Gizi: Program Makan Gratis Tidak Akan Efektif Atasi Stunting Jika Mengabaikan Faktor Lain

Devi harahap
29/2/2024 19:15
Ahli Gizi: Program Makan Gratis Tidak Akan Efektif Atasi Stunting Jika Mengabaikan Faktor Lain
Pencegahan stunting harus dimulai dari sejak bayi dalam kandungan(Antara)

ADA banyak faktor yang perlu diperhatikan untuk mengatasi stunting di Indonesia. Sehingga tidak bisa jika hanya mengandalkan program makan siang dan susu gratis untuk siswa sekolah dan ibu hamil dari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

“Program ini seharusnya dianggap sebagai tambahan saja, sama seperti PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk anak sekolah sehingga perannya tidak bisa secara otomatis mencegah stunting, harus ada stimulan dari berbagai faktor. Jika pola makan gratis ini baik tapi jika makan pagi dan makan malam di rumahnya tidak dijaga maka tidak akan bisa mengatasi stunting,” jelas Ahli gizi masyarakat Tan Shot Yen saat dihubungi Media Indonesia pada Kamis (29/2).

Menurut Tan, terdapat 5 pintu yang menyebabkan seorang anak menjadi stunting. Hal itu sudah bisa dipengaruhi sejak masih dalam kandungan hingga berusia anak-anak. Mulai dari ibu hamil yang mengalami anemia, bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, hingga masa MPASI yang tidak sesuai prosedur secara kuantitas dan kualitas hingga pemberian asupan makanan yang tidak bergizi.

Baca juga : Program Makan Siang Gratis yang Menyasar Pelajar Untuk Atasi Stunting Dinilai Keliru

“Meskipun program makan dan susu gratis itu bertujuan baik tapi hanya bisa dianggap sebagai tambahan karena makan bergizi saja belum lengkap. Harus ditambah dengan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, promosi serta konseling menyusui dan gizi, hingga pemberian suplemen,” ujarnya.

Kendati demikian, Tan mengungkapkan sejak dulu program serupa makan siang gratis juga pernah diterapkan dan menjadi inisiatif program di beberapa sekolah swasta dengan berbagai pola berbeda dari masing-masing pendidik. Berbagai hal ini dinilai Tan belum berjalan bisa berjalan efektif.

“Jauh sebelum pemerintah mau campur tangan soal makan di usia sekolah, dulu sudah cukup banyak sekolah (khususnya swasta) yang memberlakukan kegiatan makan bersama minimal sekali seminggu, jadi para murid membawa bekal dengan beberapa ketentuan (menu) dari gurunya,” ungkapnya.

Baca juga : Target Stunting 14 Persen, Kemenkes Terapkan Pendekatan Gizi Spesifik

Penurunan Stunting Jadi Prioritas

Diketahui hingga saat ini, Pemerintah Indonesia menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional dengan target penurunan menjadi 14 persen pada 2024.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), secara nasional angka stunting pada 2022 menurun menjadi 21,6 persen. Dengan demikian, angka stunting menunjukkan penurunan sebesar 2,8 persen bila dibandingkan dengan 2021 yang mencapai angka 24,4 persen.

Mengutip dari dokumen visi, misi, dan program pasangan calon (paslon) nomor 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, akan memberikan makan siang harian gratis kepada siswa pra-sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan pesantren.

Baca juga : Menkes Tanggapi Anggaran Rp15 Ribu untuk Makan Siang Gratis

“Memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil. Program ini menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100 persen pada 2029,” tulis pernyataan dalam dokumen visi dan misi tersebut.

Dalam pemberian makan siang gratis bagi pelajar yang dianggarkan senilai Rp 15.000 per anak, Tan menyebutkan bahwa pemerintah nantinya harus cermat terhadap menu yang disajikan sebagaimana konsep gizi seimbang seperti yang digambarkan dalam metode ISI PIRINGKU agar tujuan menurunkan angka stunting tercapai

“Menu makanan harus berisi makanan pokok, sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan dengan kandungan karbohidrat, protein dan vitamin yang sehat bagi tubuh. Anggaran Rp 15.000 sudah cukup untuk memenuhi target dari konsep isi piringku terutama jika diolah dengan baik dan harus menggunakan bahan pangan lokal jangan impor sehingga kualitasnya bagus dan harga bisa ditekan,” ungkapnya.

Baca juga : Ibu Punya Peranan Penting Cegah Stunting

Tan lebih lanjut memberikan beberapa contoh terkait menu makan siang yang dinilai memenuhi gizi dengan biaya tak terlalu mahal sesuai dengan konsep PIRINGKU mulai dari menu tipe 1 yakni terdiri dari makanan pokok seperti lontong sayuran pecel, lauk-pauk tempe bacem serta buah pisang. Sementara untuk menu tipe 2 terdiri dari singkong rebus, Buntil, Sambal ikan roa dan buah pepaya. Selanjutnya ada pula jenis menu 3 yang terdiri dari nasi merah, lalap sambal, ayam bakar dan melon.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tujuan penanganan stunting tidak akan terwujud jika tidak tepat sasaran dan hanya mengandalkan program makan siang dan susu gratis bagi anak dan ibu hamil saja. Tan menegaskan, harus ada kolaborasi yang masif dengan banyak pihak dan jangan menihilkan faktor lainnya.

“Setiap orangtua terus memperhatikan menu makanan anak mulai dari sarapan hingga makan malam dengan mencukupinya dengan makanan yang sehat dan bergizi. Program ini bukan tidak efektif, tetapi kurang lengkap dan harus dilakukan berkesinambungan oleh peran keluarga di rumah sehingga bukan hanya oleh pemerintah,” tegasnya. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya