Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PROGRAM makan siang dan susu gratis yang menyasar para pelajar dinilai keliru. Jika program tersebut ingin diarahkan pada pencegahan stunting, sebaiknya lebih tepat jika ditujukan kepada bayi dengan usia 6 bulan - 2 tahun.
“Pencegahan stunting akan menjadi salah treatment jika program ini diarahkan kepada anak sekolah. Usia anak sekolah PAUD atau SD sudah terlalu telat untuk mencegah stunting, karena metode pencegahan stunting itu bisa dilakukan pada bayi dengan usia di bawah 1000 hari atau kurang dari 2 tahun. Pemberian makan gratis pada anak sekolah akan lebih tepat dinamakan bantuan sosial saja,” Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat dihubungi Media Indonesia pada Kamis (29/2).
Selain itu, Hasto menyarankan agar program makan siang dan susu gratis ini juga ditujukan untuk para ibu hamil dan pasangan yang akan menikah. Dikatakan kedua golongan subjek ini akan lebih efektif dalam menurunkan angka stunting.
Baca juga : Menkes Tanggapi Anggaran Rp15 Ribu untuk Makan Siang Gratis
“Program ini nantinya bisa difokuskan pada ibu hamil dan calon pengantin, tidak harus disalurkan dalam bentuk makanan jadi, tapi bisa dalam bentuk paket yang berisi multivitamin dan susu seperti di negara-negara maju layaknya Amerika Serikat dan Australia. Jika ingin memberi makanan, bisa dibagikan khusus lauk seperti ikan presto, daging hewani dan telur dari dalam negeri yang efisien tapi berkualitas, masyarakat Indonesia tidak kekurangan karbohidrat tapi butuh protein hewani,” jelasnya.
Hasto mengatakan pencegahan stunting memiliki jangkauan refocusing yang terpola secara tematik. Program pencegahan stunting akan lebih cepat tercapai jika menjangkau calon pengantin baru yang ingin menikah dan berpotensi memiliki gangguan anemia. Secara data, jumlah calon pengantin di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat dengan jumlah rata-rata 1,9 juta per tahun.
“Sebanyak 1,9 juta calon pengantin ini akan disyaratkan untuk periksa laboratorium sebelum menikah, dari sana akan diketahui apakah mereka mengalami anemia atau tidak. Dari data ini, pemerintah bisa memberi bantuan paket atau pemberian makanan vitamin dan protein kepada calon pengantin yang mengalami anemia agar nantinya saat mengandung dan melahirkan bisa memiliki stamina yang bagus dan bayi yang dilahirkan tidak stunting,” jelasnya.
Hasto menjelaskan telah banyak negara-negara maju yang mempraktekkan pembagian paket multivitamin dan makanan yang mengandung omega 3, DHA, hingga asam folat dalam rangka menurunkan angka bayi stunting, kematian ibu melahirkan hingga kematian bayi dini. Dalam hal ini pencegahan stunting akan berhasil jika pendekatan, metode dan sasaran harus tepat.
“Tetapi jika objeknya salah sasaran, program ini tidak akan memberikan daya ungkit penurunan stunting dalam waktu cepat. Pemerintah harus kembali mengkajinya agar sejalan dan tepat untuk menurunkan angka stunting,” jelasnya. (Z-10)
Badan Gizi Nasional (BGN) berjanji akan melakukan pengawasan bersama dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG).
Di Konawe Utara, susu dan makan bergizi gratis dibagikan pada pelajar di kawasan lingkar tambang di Desa Puusuli, Kecamatan Andowia,
Hasan menyebut secara keseluruhan pemerintah telah menganggarkan pelaksanaan makan bergizi gratis sebesar Rp71 triliun. Program ini akan dijalankan pada 2025.
Pada uji coba program di SDN 01 Manggarai yang bekerja sama dengan Bank DKI, peserta didik mendapatkan menu makanan terdiri dari nasi uduk, semur telur, tempe orek, sayur labu dan buah pisang.
Nevi Zuairina menegaskan pentingnya melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam program makan bergizi gratis.
Solusi yang diambil ialah mengimpor induk sapi hidup. Selanjutnya dilakukan inseminasi dengan harapan dapat mempercepat produksi susu.
ASRP berfokus pada optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0–23 bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan, salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat.
bila dibandingkan tahun 2024 dengan 2023 maka stunting berhasil diturunkan dari 4,8 juta menjadi 4,4 juta atau berhasil menurun 357.705 balita.
DISPARITAS prevalensi stunting antara provinsi masih sangat besar. Provinsi Bali menjadi provinsi terbaik dalam hal penurunan stunting, bahkan jauh di bawah angka nasional.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Kegiatan ini menjangkau 8 titik lokasi di Kabupaten Banyuwangi dan berkolaborasi dengan tiga Puskesmas: Genteng Kulon, Singojuruh, dan Gitik.
ANGKA prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur (Jatim) berhasil mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved