Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ORANGTUA perlu meluangkan waktu membaca bersama anak untuk perkembangan literasi awal dan menumbuhkan minat baca anak. Hal itu dikatakan Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hesti Lestari, dikutip Jumat (2/2).
"Keluarga merupakan pihak yang akan memberi penekanan pada hal-hal penting di skill literasi awal. Jadi, kemampuan literasi dasar awal ini penting untuk memberi inisiasi kepada anak untuk membaca secara mandiri," kata Hesti.
Dia menambahkan, anak menghabiskan 89% waktunya di rumah selain di sekolah. Jadi, keluarga merupakan lini pertama dalam memperkenalkan kebiasaan membaca pada anak.
Baca juga : Ini Tips Mengatasi Anak Diare di Rumah
Orangtua yang menunjukkan kebiasaan membaca akan membuat anak tertarik untuk ikut melakukan hal yang dicontohkan itu.
Mebiasakan kegiatan membaca bersama anak akan meningkatkan ikatan secara emosional antara orangtua dan anak, yang nantinya akan berperan penting dalam perkembangan sosial emosional anak.
Menurut data UNICEF, literasi anak di Indonesia termasuk rendah dengan hanya satu dari 1.000 anak Indonesia aktif membaca.
Baca juga : Peringati 'World Read Aloud Day', 50 Anak Ikuti Kegiatan Literasi di TIM, Jakarta
Padahal, membaca merupakan kegiatan kognitif yang meliputi proses penyerapan pengetahuan yang dapat mengembangkan sifat analisis dan evaluasi di kehidupan sosial.
"Pada saat membaca, anak tidak hanya melihat bentuk. Di situ ada bentuk yang memiliki arti, bunyi, pemahaman dan di situ juga ada analisa. Jadi, membaca itu berdampak pada kehidupan sosial," papar Hesti.
Saat ini, penggunaan gawai yang tidak bijak dan diberikan tidak sesuai dengan perkembangan usia anak menjadi faktor anak tidak membaca buku.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Pantau Tumbuh Kembang Anak untuk Deteksi Dini Diabetes
Infrastruktur yang bisa memicu keinginan membaca, seperti perpustakaan, juga tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
Hesti kemudian mengatakan belajar membaca bisa dimulai sedini mungkin sejak anak belajar mendengar suara dan merespon apa yang ada di sekitarnya.
Anda bisa merangsang anak untuk tertarik membaca dengan membacakan cerita atau dongeng dengan intonasi yang menyenangkan serta gerakan tangan.
Baca juga : Anak Anda Mudah Lapar? Waspada Kemungkinan Diabetes Type 1
"Jadi, pengalaman awal dengan bahasa dan tulisan akan menentukan masa depan anak untuk menjadi pembaca dan penulis yang siukses. Itu bisa dimulai sejak awal, sesuai tahap perkembangan anak dari mulai dia bisa mendengar," ungkap Hesti.
Di usia 0-3 bulan, orangtua bisa membacakan buku cerita dengan intonasi suara yang menarik sembari menggerakan jari-jari tangan. Orangtua juga bisa memilih buku dengan warna yang menarik serta kontras karena anak di usia itu akan melihat warna dengan jelas jika kontras.
Di usia 6 bulan, anak bisa mulai dikenallan dengan buku yang memiliki gambar besar di setiap halamannya dengan sedikit tulisan. Orangtua bisa menceritakan apa yang ada di halaman buku itu untuk menarik minat anak.
Baca juga : Hanya Beberapa Menit Membaca Nyaring untuk Si Kecil, Segudang Manfaatnya
Kemudian, di usia 2-5 tahun, anak bisa mulai diajarkan cerita tentang moral kehidupan serta kebiasaan baik melalui kegiatan membaca.
Selanjutnya, di usia 5-8 tahun, anak bisa membaca buku dengan 1.000 kata sementara di usia 8-12, buku dengan 50 ribu hingga 75 ribu kata dengan genre yang lebih komplek.
Membaca akan meningkatkan pengetahuan literasi dan daya konsetrasi, meningkatkan imajinasi, dan orangtua bisa mengajarkan perkembangan sosial emosional pada anak.
Baca juga : Persiapan Kehamilan yang Baik Bisa Cegah Bayi Lahir Prematur
"Tidak ada istilah terlalu duni untuk memulai membaca bagi anak. Membaca sejak dini malahan berdampak meningkatkan IQ anak sebanyak 6 poin," pungkas Hesti. (Ant/Z-1)
Melalui Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, sebanyak 716 judul buku cerita anak telah diproduksi dan dipilih secara ketat.
TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri.
MEMBACA adalah jantungnya literasi. Membaca memberi asupan kepada nalar dan pikiran sehingga semakin terbuka, kritis, dan analitis.
Literasi harus dimulai dari rumah. Anak-anak yang terbiasa membaca akan memiliki wawasan luas yang mempersiapkan mereka untuk meraih cita-cita.
Pernahkah kamu merasa canggung atau tidak ingin orang tahu bahwa kamu sudah membaca pesan WhatsApp mereka?
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved