Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Gatal tidak Boleh Digaruk, Lalu Bagaimana?

Basuki Eka Purnama
18/1/2024 11:38
Gatal tidak Boleh Digaruk, Lalu Bagaimana?
Ilustrasi(Freepik)

PAKAR dermatologi dan venereologi Amelia Setiawati Soebyanto merekomendasikan orang-orang mengompres air dingin kulit yang gatal ketimbang menggaruknya.

"Kita bisa kompres atau masukkan air dingin ke botol kaca kemudian digulung-gulungkan (ke kulit yang gatal). Itu akan mengurangi gatal karena gatal akan tercampur dengan rasa dingin," kata Amelia, dikutip Kamis (18/1).

Kemudian, mengenai pendapat sebagian orang bahwa mandi air panas bisa mengatasi gatal, Amelia menuturkan cara itu justru akan menambah rasa gatal.

Baca juga: Bentol Akibat Gigitan Kutu Busuk yang Meluas Pertanda Alergi

"Banyak yang bilang mandi air panas, langsung hilang gatalnya. Ya, bisa juga. Tapi, setelah itu lecet kulitnya. Setelahnya rasanya lebih gatal karena kulitnya lecet," tutur dia.

Kulit gatal merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit, polusi dikatakan memainkan peran penting dalam mengakibatkan kulit gatal.

Polusi dapat masuk ke kulit melalui penumpukan partikel polusi di permukaan kulit dan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. Beberapa di antaranya akan bersirkulasi dalam plasma yang kemudian masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam.

Baca juga: Waspadai Serangan Gatal pada Kalangan Gen Z

Lalu, polusi yang masuk ini kemudian menghasilkan radikal bebas yang akan menurunkan kemampuan antioksidan kulit baik secara enzimatik maupun non-enzimatik (vitamin E, vitamin C dan glutation).

Lapisan luar kulit yang rusak ini kemudian menyebabkan hilangnya air dalam jumlah banyak pada kulit. Akibatnya, kulit akan relatif lebih kering, mudah mengalami peradangan dan menimbulkan keluhan gatal.

Menurut Amelia, gatal menjadi keluhan kulit terbanyak pada praktik dokter spesialis kulit dan kelamin, apalagi kondisi cuaca dan polusi ekstrem seperti beberapa waktu belakangan ini.

"Hal ini karena polusi secara langsung dapat merusak fungsi lapisan kulit yang berpengaruh terhadap kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti eksim atopik," tutur Amelia.

Eksim atopik merupakan kelainan kulit di mana terdapat gangguan pada lapisan kulit yang diperparah dengan sensitivitas respon imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Faktor yang memperberat gejala eksim atopik yaitu adanya perubahan suhu dan kelembapan.

Selain eksim atopik, yang juga ditandai dengan gatal, beberapa kelainan kulit yang bisa timbul dari cuaca dan polusi ini adalah jerawat, psoriasis, dan kelainan pigmentasi kulit seperti flek wajah maupun di tangan.

"Lebih bahayanya lagi, polusi juga bisa meningkatnya risiko kanker kulit," pungkas Amelia. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya